Bersedekah tak perlu lebih dulu kaya ala pesantren di Lamongan
Merdeka.com - Banyak orang berpikir harus punya banyak uang dahulu untuk bersedekah. Akibatnya, sedekah pun tak segera dilaksanakan lantaran belum juga kaya raya.
Sebuah pesantren di Lamongan, Jawa Timur sejak dini mengajarkan kepada para santrinya untuk bersedekah kepada sesama. Bukan cuma uang yang disedekahkan, apa saja yang dimiliki demi untuk membantu sesama bisa disedekahkan, keahlian sekali pun.
Uniknya, pesantren yang berada di Desa Turi, Kecamatan Turi, Lamongan ini kerap membagi-bagikan lampu bekas kepada warga sekitar, tentunya yang masih bisa dipakai. Bagaimana ceritanya?
-
Siapa yang menemukan lampu minyak itu? Natanel Melchior dan Alon Segev, prajurit cadangan dari Batalyon 404 Brigade Artileri 282, sedang berkeliaran di lapangan ketika mereka menemukan sepotong tembikar yang terbalik dan berbentuk bulat yang menarik perhatian mereka.
-
Siapa yang mengganti lampu mati di Bundaran HI? Pergantian dilakukan oleh tim profesional dari Satgas Suku Dinas Bina Marga DKI Jakarta.
-
Apa itu Lampu Colok? Lampu Colok atau biasa disebut 'Pelite' atau 'Pelito' dalam Bahasa Melayu ini sudah menjadi ciri khas yang berkembang di masyakarat Riau. Sampai sekarang, perayaan ini masih terus eksis dan menjadi salah satu kegiatan wajib saat malam terakhir bulan Ramadan.
-
Dimana lampu minyak itu ditemukan? 'Wadah tersebut tertutup oleh lumpur,' ungkap Melchior. 'Saya membersihkannya, dan setelah menyadari bahwa mungkin ada sesuatu yang istimewa, saya segera menghubungi Badan Purbakala.'
-
Dimana penggantian lampu dilakukan? Petugas melakukan penggantian lampu penerangan jalan di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Rabu (21/8/2024).
-
Bagaimana lampu minyak ditemukan? Natanel Melchior dan Alon Segev, prajurit cadangan dari Batalyon 404 Brigade Artileri 282, sedang berkeliaran di lapangan ketika mereka menemukan sepotong tembikar yang terbalik dan berbentuk bulat yang menarik perhatian mereka.
"Ini soal prinsip, ideologi. Dulu founding father kami, guru kami mengajarkan kami sedekah jangan kaya dulu. Kemudian apa yang bisa kita sedekahkan kepada orang lain meski kita gak punya," kata Gus Naim, salah satu pengasuh Yayasan Sumber Pendidikan Mental Agama Allah (SPMAA) kepada merdeka.com, Kamis (27/2).
Gus Naim bercerita, awalnya para santri di pesantren yang dia asuh memiliki kebiasaan mengotak atik barang-barang elektronik bekas yang sudah rusak dan akhirnya bisa dihidupkan kembali. Sehingga akhirnya tercetuslah ide untuk memanfaatkan lampu-lampu yang sudah tak terpakai, di otak atik kembali dan akhirnya bisa dimanfaatkan dan dibagikan secara cuma-cuma kepada warga.
"Di sini semua kerusakan bisa diselesaikan sendiri, misalnya sanyo, lampu dan lain-lain," kata Gus Naim.
"Jadi apa yang bisa kita berikan, termasuk skill ya kita sedekahkan," imbuhnya.
Gus Naim berbagi cerita soal bagaimana menghidupkan kembali lampu yang sudah rusak dan tak terpakai. Lampu-lampu yang didapatkan dari door to door rumah warga dan diambil dari tempat-tempat sampah tersebut dibongkar kembali, kemudian dilihat onderdilnya yang rusak di bagian mana. Jika ada onderdil yang gak bisa dipakai, dibelikan penggantinya dengan harga yang sangat murah, antara Rp 500-700 saja.
"Kalau yang rusak tabungnya, kami belum mampu membuat teknologinya atau pun menyervisnya," ungkap Gus Naim.
Setelah diperbaiki, lampu tersebut dibagikan kepada para warga sekitar yang membutuhkan. Gratis, tis, tis.
(mdk/war)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sepak bola api merupakan tradisi di kala Bulan Ramadan
Baca SelengkapnyaKendati tak cukup luas, namun antusiasme warganya begitu luar biasa.
Baca SelengkapnyaFestival Lampu Colok ala masayarakat Melayu menjadi ciri khas perayaan saat malam-malam terakhir bulan Ramadan di Provinsi Riau.
Baca SelengkapnyaSetiap Jumat, ia bersedekah di Surabaya, Gresik, dan Situbondo
Baca SelengkapnyaUntuk melakukan amal dan sedekah, Anda dituntut agar tak menunggu menjadi kaya terlebih dahulu sebab sekecil apapun yang dijadikan amal akan tetap berpahala.
Baca SelengkapnyaSetelah menempati rumah baru, orang Betawi juga wajib membawa sejumlah peralatan rumah tangga salah satu cermin sebagai bentuk mawas diri sebelum beraktivitas.
Baca SelengkapnyaDengan semangat gotong-royong dan dedikasi tinggi, mereka menghidupkan kembali tempat ibadah yang sebelumnya terlantar selama bertahun-tahun.
Baca SelengkapnyaUntuk saat ini turbin tidak bisa beroperasi karena terkendala kemarau
Baca SelengkapnyaSaat dzikir, mereka mematikan lampu masjid agar prosesi ibadah itu berjalan lebih khusyuk
Baca SelengkapnyaKisahnya viral dan membawa berkah untuk Mak Sombret.
Baca SelengkapnyaBerikut kata-kata bijak Islami tentang sedekah dan tumbuhkan rasa kepedulian antar sesama.
Baca Selengkapnya