Profil
Agus Dermawan Wintarto Martowardojo
Agus Dermawan Wintarto Martowardjojo, atau lebih dikenal sebagai Agus Martowardjojo adalah bankir yang kini menjabat sebagai Menteri Keuangan, menggantikan Sri Mulyani yang menjadi Direktur Pelaksana di World Bank.
Agus resmi dilantik bersama wakilnya Anny Rahmawati yang sebelumnya menjabat sebagai Dirjen Anggaran Kementrian Keuangan.
Agus lahir di Belanda, tepatnya di Kota Amsterdam, 24 Januari 1956. Meski lahir di belanda, Agus menempuh pendidikan dasar dan menengahnya di Indonesia, tepatnya di Pangudi Luhur Jakarta. Sejak awal, minatnya terhadap ekonomi memang kuat, tak salah ketika ia memutuskan untuk studi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Selepas dari UI, ia meneruskan pendidikannya di bidang perbankan State University of New York dan Stanford University di Amerika, lantas melanjutkan ke Institute Banking & Finance di Singapura. Dalam kurun waktu ini, Agus tak hanya kuliah sebagaimana biasa, melainkan aktif dalam mengikuti berbagai macam seminar, kursus, pelatihan dan sejenisnya, tentu saja yang berkaitan dengan perbankan. Tak heran jika di usianya yang sangat muda, ia telah menjadi bankir yang tergolong hebat.
Karir perbankannya dimulai dari Officer Development Program (ODP) di Bank of America, sebagai International Loan Officer. Keluar dari Bank of America, ia langsung dipinang oleh Bank Niaga, sebagai Vice President, Corporate Banking Group di Surabaya dan Jakarta. Sejak saat itu, ia berpindah-pindah pekerjaan, namun masih tetap di bidang perbankan, diantaranya Bank Bumiputera dan Bank Expor Impor Indonesia, serta pernah menjabat sebagai Deputy Chief Executive Officer Maharani Holding.
Sebelum menjabat menjadi menteri keuangan, Agus sempat menjadi Direktur Utama di dua bank terkemuka: Bank Permata dan Bank Mandiri. Kemauan Agus memikul jabatan sebagai Dirut Bank Mandiri dinilai berani oleh banyak kalangan, mengingat kursi tersebut telah menyeret beberapa seniornya ke balik jeruji besi akibat berbagai kasus. Apalagi, saat itu usia Agus yang tergolong muda dan kondisi intern Bank Mandiri yang kurang menguntungkan. Bank Mandiri, saat itu memiliki kredit bermasalah (non-performing loan, NPL) di atas 20%—jauh melewati ambang batas bank sehat yang seharusnya hanya sebesar 5%. Sejumlah kredit bermasalah yang menjadi prioritasnya adalah utang Grup Kiani dan Garuda Indonesia.
Agus memang bukan orang asing di Bank plat milik negara ini. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Managing Director Risk Management and Credit Restructuring, Managing Director Retail Banking and Operation Coordinator, dan managing Director Human Resources and Support Services yang masing-masing jabatan bertahan selama 1 tahun.
Selama menjabat sebagai Dirut Bank Mandiri, berbagai macam pembenahan telah ia lakukan untuk memulihkan kondisi bank. Hingga pada RUPS 17 Mei 2010, ia terpilih lagi menjadi Dirut untuk masa jabatan 5 tahun ke depan.
Pemilihan Agus sebagai Menteri Keuangan sempat diragukan oleh beberapa kalangan (lagi-lagi) mengingat usianya yang relative muda. Namun, pertimbangan presiden saat itu adalah: Agus, selain sosok yang mumpuni dan berhasil mengendalikan bank terbesar di Indonesia, juga merupakan sosok yang dekat dengan bankir dan kalangan perbankan Indonesia. Tak heran, karena Agus aktif (bahkan pernah menjadi ketua) di berbagai organisasi perbankan seperti Asosiasi Bankir Indonesia, Himpunan Bank Milik Negara (HIMBARA), Advisor Asosiasi Perbankan Indonesia, Perbanas (Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional Swasta), dan Bankers Club Indonesia.
Pada 26 Maret 2013 dia terpilih sebagai gubernur Bank Indonesia. . Ia menggantikan Darmin Nasution, yang menjabat sejak 2009. Masa jabatan Darmin sendiri selesai pada 22 Mei 2013. Agus akan menjabat selama 5 tahun di Bank Indonesia untuk periode 2013-2018. Ia akan menggantikan Darmin Nasution, yang menjabat sejak 2009. Masa jabatan Darmin sendiri selesai pada 22 Mei 2013.
Agus menang melalui voting dengan pemungutan suara 54 anggota fraksi. Dari hasil pemungutan suara, sebanyak 46 anggota memilih Agus. Sisanya tujuh suara menolak, dan satu anggota abstain.
Riset dan analisa oleh Siwi P. Rahayu