Begini perbedaan bulan puasa yang dirasakan Lolita Agustine saat tinggal di Jakarta
Lolita Agustine:Â Kalau di Malang mana ada orang makan di pinggir jalan.
Hal menarik dirasakan selebriti cantik Lolita Agustine ketika ia mulai menginjakkan kaki dan menjalani rutinitasnya di Ibukota, terutama di bulan ramadan. Sebab di Jakarta Lolita Agustine tidak terlalu merasakan suasana ramadan yang biasanya penuh dengan toleransi ketika umat muslim menjalankan ibadah puasa, terutama saat ia pergi ke tempat ramai.
"Sebenarnya ya aku tuh ngerasa Jakarta kan kota besar, jadi kalau pergi ke tempat shopping, mall, ke tempat ramai itu sebenarnya nggak ngerasa kaya bulan ramadan. Jadi makan ya makan, enggak ya enggak," ujar Lolita, saat ditemui di Darmawangsa Square, Jakarta Selatan, Jum'at (25/5).
-
Siapa yang mengeluarkan imbauan mengenai pelaksanaan ibadah puasa di bulan Ramadan? Sementara terkait Ramadan, Pengurus Pusat DMI itu mengeluarkan imbauan.
-
Apa yang dirasakan saat Ramadan berakhir? Seiring dengan terbenamnya matahari di akhir Ramadan, kita merasakan campuran perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
-
Apa yang dimaksud dengan ucapan menyambut Ramadhan? Kata-kata ucapan menyambut Ramadhan 2024 dapat menjadi perekat silaturahmi, sekaligus disisipi doa-doa baik untuk Ramadhan esok.
-
Apa tradisi unik yang dilakukan di Masjid Al-Mahmudiyah Suro saat bulan Ramadan? Mengutip dari kanal Liputan6.com, masjid tertua di Palembang ini memiliki sebuah tradisi yang dilaksanakan ketika bulan puasa tiba, yaitu berbagi Bubur Suro gratis kepada masyarakat.
-
Apa tradisi yang dilakukan warga di Dukuh Gatak, Desa Sekarsuli, Klaten untuk menyambut Ramadan? Ratusan warga di Dukuh Gatak, Desa Sekarsuli, Klaten menyambut Bulan Ramadan dengan mengadakan kirab budaya dan tradisi Sadranan.
-
Apa yang dilakukan dalam ibadah melempar jumrah? Melempar jumrah ialah sebuah tindakan melempar tujuh kerikil ke setiap jumrah menggunakan tangan kanan.
Hal tersebut dirasa Lolita cukup kontras jika dibandingkan dengan kota Malang yang merupakan kampung halamannya. Sebagai non-muslim Lolita mengungkapkan kalau dirinya merasakan toleransi yang masih terasa kuat di kampung halamannya, di mana ia belum pernah melihat ada orang dengan mudah menyantap makanan di pinggir jalan.
"(Diajari toleransi sejak kecil) Iya, jadi kan aku sekarang tinggal di kota besar, jadi toleransinya nggak begitu berasa. Kalau dulu di kampung aku di Malang, dari kecil sampai kuliah di Malang berasa banget kan. Kalau di malang mana ada orang makan di pinggir jalan jadi beda saja rasanya. Kalau di jakarta kayaknya berjuta juta orang tinggal di sini ada yang makan ada yang puasa kalau di malang masih di kampung berasa banget kan dulu jadi main sama temen temen abis tarawih," lanjutnya.
Meski tak banyak merasakannya di Ibukota, nyatanya Lolita tetap menunjukkan rasa toleransi terhadap orang-orang yang menjalankan ibadah puasa di sekitarnya. Tidak heran jika kemudian Lolita pun bisa merasakan nikmat dan kebahagiaan saat waktu berbuka tiba dan ia menghabiskannya bersama rekan-rekan kerjanya.
"Kalau aku sering ketemu orang muslim di lingkungan kerja aku ya sebagai teman ya menghormati mereka yang berpuasa. Tapi seru sih, kan aku selalu ikut bukber itu sudah jadi tradisi ikut bukber di program ini bukber di program ini terus ngumpul sama temen-teman, jadi seru saja. Terus satu minggu lalu abis tarawih, aku kumpul sama temen-teman dan baru sadar, gila ya kita kumpulnya cuma tiap ramadan tapi seru. Jadi ketemu temen-temen lama yang nggak (pernah) ketemu," pungkasnya.
(kpl/far/ntn)
(mdk/kln)