Tiga ibu ini tega lakukan hal ekstrem demi ajari anak
Tiger mother adalah cara membesarkan anak dengan keras.
Banyak polemik yang terjadi ketika orangtua, terutama ibu, menerapkan sistem tiger mother. Tiger mother adalah cara membesarkan anak dengan keras.
Biasanya para ibu mendidik anaknya dengan mengritik anak secara verbal dan membuat mereka melakukan sesuatu tanpa penjelasan yang memadai. Cara pendidikan ini menjadi salah ketika apapun yang dilakukan dan diusahakan oleh anak tampak tak pernah cukup bagi orangtua mereka.
Metode tiger mother juga disebut sebagai metode yang merusak kepercayaan diri anak dan bahkan dapat mengarah kepada kekerasan kepada anak. Berikut adalah hal ekstrem yang pernah dilakukan ibu kepada anaknya yang cenderung kepada kekerasan fisik dan mental demi mengajarkan sang anak.
-
Kenapa pantun edukasi penting untuk anak? Pantun edukasi merupakan sarana terbaik untuk mengajarkan kepada anak maupun remaja bahwa belajar adalah hal yang penting.
-
Kenapa Nia Ramadhani menemani anak-anaknya belajar? Meskipun menantang kesabaran, Nia yakin bahwa ini adalah salah satu tugasnya sebagai seorang ibu, dan ia dengan ikhlas menemani anaknya.
-
Apa harapan utama orang tua untuk anak sekolah? Motivasi yang diberikan oleh orang tua bukan hanya sekadar dorongan untuk mencapai prestasi tinggi, tetapi juga fondasi penting dalam membentuk sikap belajar dan karakter anak.
-
Apa saja yang ditemukan selain mumi anak singa? Mumi singa ini ditemukan di kuburan yang dipenuhi patung kucing dan mumi kucing di Saqqara. Saqqaara terkenal dengan situs pusat pemakaman kunonya yang luas atau nekropolis.
-
Kenapa ikatan ibu dan anak sangat kuat? “Although the bond between a mother and her child is invisible, it’s stronger than any man-made material in existence.” – Ivana Davies- “Meskipun ikatan antara ibu dan anaknya tidak terlihat, itu lebih kuat dari materi buatan manusia mana pun yang ada.” – Ivana Davies
-
Kenapa orang tua memberikan banyak harapan untuk anak sekolah? Peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar kepada anak memiliki dampak yang mendalam pada perkembangan akademis dan pribadi anak.
Ibu biarkan anak sujud 20 kali untuk mendapatkan maaf
Seorang pelajar bernama Zheng tidak menyangka menemukan peristiwa yang mengiris hati di pinggir jalan Ti Hing Sports Center, Tue Mun, Hong Kong pada pukul 11 pagi, Kamis (30/7) lalu. Seorang anak terlihat bersujud kepada ibunya berpuluh-puluh kali, tapi si ibu tetap terus memarahinya.Â
Secara spontan, Zheng langsung merekam kejadian tersebut. Menurut Zheng, sang ibu rupanya memarahi anak yang berumur 6 tahun tersebut karena dianggap anaknya tidak serius saat latihan bulu tangkis.
"Kamu tidak melihat bola dengan benar saat kamu berlatih! Kamu tidak usah pulang sama ibu," teriak ibu tersebut kepada anaknya dalam video yang direkam Zheng, Senin (3/8).
Dikutip dari shanghaiist, Zheng melihat beberapa kali orang yang lewat mengingatkan agar ibu tersebut tidak berlebihan memarahi anaknya. Namun ibu yang mengenakan baju putih itu cuek dan terus memarahi anaknya.Â
Tiba-tiba menunduk dan jatuh tepat di depan sang ibu. Dia terus menerus bersujud agar ibunya mau memaafkan dirinya.Â
"Saya tahu saya salah maafkan saya," kata anak tersebut. Setelah dua puluh kali bersujud ibunya memaafkan.Â
Video yang disebarkan di media sosial inipun memancing amarah netizen. Salah seorang menilai, "Kenapa di dunia ini ada ini yang tega melatih anaknya keras seperti melatih pemain bulu tangkis Lin Dan,".
Tidak setuju pacaran, ibu masukkan anak ke dalam kandang
Zhang Qi, gadis berusia 24 tahun di Provinsi Hubei, China, harus tinggal di dalam kandangan jorok selama enam tahun di rumahnya setelah orangtuanya meminta dia memutuskan pacarnya.
Lebih parah lagi, dia diperlakukan layaknya binatang di dalam kandang itu, seperti dilansir Mirror, Rabu (25/2).
Seorang warga desa mengatakan, Zhang sebelumnya mencoba beberapa kali untuk kabur tapi orangtuanya mengatakan kepada orang-orang, anaknya itu gila dan harus dikurung di dalam kandang demi keselamatannya.
"Orangtuanya cukup berkuasa di desa ini dan warga dilarang ikut campur urusan mereka," kata warga bernama Chow Jen, 50 tahun.
Chow memberanikan diri memotret gadis itu di dalam kandangnya dan tidak mempedulikan ancaman dari orangtua Zhang lalu menyebarkannya di Internet.
Dia mengaku berbuat itu karena pihak berwenang menolak bertindak.
Hingga saat ini belum ada komentar pejabat pemerintah setelah foto itu tersebar. Namun sejumlah foto gadis itu di Internet sudah dihapus oleh lembaga sensor China.
"Setiap Imlek saya selalu pulang dan menemui gadis itu diam-diam," kata Chow.
"Saat terakhir saya melihatnya, gadis itu sedang berbaring di atas tumpukan jerami dengan dua lembar selimut dan beberapa makanan berserakan di dekatnya."
Demi kesehatan, ibu paksa anak makan tikus rebus
Wanita dari China membuat perdebatan sengit di dunia maya setelah mengunggah menu sarapannya yaitu semangkuk tikus rebus. Rupanya itu menu sarapan yang disajikan oleh ibunya setiap pagi.
Warga Fuzhou di Provinsi Fujian ini, Chen, mengatakan ibunya memaksa untuk menghabiskan sarapan tersebut sebelum dia beraktivitas.
Sang ibu percaya hidangan tikus rebus sangat bergizi dan berguna untuk stamina, ungkap Chen seperti dilansir dari surat kabar Daily Mail, Kamis (26/3).
Chen mengatakan pada awalnya, sang ibu berdalih jika yang direbusnya adalah kelinci. Namun, setelah itu Chen baru sadar bahwa yang di mangkuk itu adalah tikus rebus. Sontak Chen menolak memakannya, namun sang ibu memaksanya untuk dihabiskan.
"Namun ibuku malah mengatakan sudah bersusah payah membuat hidangan tersebut. Jadi aku harus memakannya untuk menghargainya," kata Chen.
Sang ibu percaya satu tikus setara tiga ekor ayam. Warga di Fuzhou juga berpikir, makan tikus dapat membantu mengobati kerontokan rambut. Diketahui, tikus adalah salah satu dari delapan hidangan popular di Fujian Barat, dengan sajian khasnya adalah dendeng tikus kering.
Namun pendapat ahli setempat memberitahu bahaya mengonsumsi tikus. "Mamalia ini sangat berbahaya bagi kesehatan bila di konsumsi karena membawa lebih dari ribuan kuman dan bakteri," ungkap seorang Dosen Sains Universitas Fujian, China.