AS Tetapkan Pasukan Rusia Lakukan Kejahatan Perang di Ukraina
AS telah menetapkan bahwa pasukan Rusia melakukan kejahatan perang di Ukraina, seperti disampaikan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken.
AS telah menetapkan bahwa pasukan Rusia melakukan kejahatan perang di Ukraina, seperti disampaikan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken.
Blinken menekankan bahwa penilaian Washington berdasarkan pada informasi yang dikumpulkan dari "sumber publik dan intelijen".
-
Bagaimana Bule Rusia tersebut diamankan? Bule tersebut, diketahui linglung di Lapangan Puputan, Badung, Kota Denpasar, pada Rabu (30/8) kemarin sekitar pukul 20:39 WITA.
-
Kenapa Bule Rusia tersebut diamankan? Seorang perempuan warga Negara Asing (WNA) asal Rusia bernama Xenia (25) diamankan oleh Satpol PP Kota Denpasar, diduga depresi dan mengalami gangguan jiwa.
-
Apa yang terjadi pada Bule Rusia tersebut? Bule tersebut, saat diamankan di Kantor Satpol PP Kota Denpasar, Bali, sempat membuka pakaian dan celananya hingga telanjang dan sempat memanjat pintu sel. "Mungkin dia depresi. Iya (Telanjang) saat baru di ruangan karena depresi ngamuk-ngamuk buka baju itu mungkin, di ruangan binaannya," kata Kepala Satpol PP Kota Denpasar, AA Ngurah Bawa Nendra saat dikonfirmasi, Kamis (31/8).
-
Mengapa dunia khawatir dengan Rusia? Namun, perhatian dunia saat ini sepenuhnya tertuju pada Rusia seiring dengan invasinya ke Ukraina.
-
Siapa yang mengamankan Bule Rusia tersebut? Seorang perempuan warga Negara Asing (WNA) asal Rusia bernama Xenia (25) diamankan oleh Satpol PP Kota Denpasar, diduga depresi dan mengalami gangguan jiwa.
-
Dimana Bule Rusia tersebut diamankan? Seorang perempuan warga Negara Asing (WNA) asal Rusia bernama Xenia (25) diamankan oleh Satpol PP Kota Denpasar, diduga depresi dan mengalami gangguan jiwa.
Dalam pernyataan pada Rabu, Blinken mengatakan ada beberapa laporan terpercaya terkait "serangan tanpa pandang bulu dan serangan sewenang-wenang yang menargetkan warga sipil" di Ukraina sejak invasi Rusia dimulai pada 24 Februari lalu.
"Hari ini saya bisa mengumumkan bahwa, berdasarkan informasi yang tersedia saat ini, pemerintah AS menilai anggota pasukan Rusia melakukan kejahatan perang di Ukraina," jelas Blinken, dikutip dari Al Jazeera, Kamis (24/3).
"Penilaian kami berdasarkan kajian dengan kehati-hatian atas informasi yang tersedia dari sumber-sumber publik dan intelijen. Seperti halnya dugaan kejahatan, pengadilan dengan yurisdiksi atas kejahatan tersebut pada akhirnya bertanggung jawab untuk menentukan kesalahan pidana dalam kasus-kasus tertentu."
Rusia membantah sengaja menargetkan warga sipil dalam invasinya di Ukraina, yang telah menghancurkan sejumlah kota dan daerah, dan memaksa lebih dari 3,5 juta orang melarikan diri dari negara tersebut.
Pekan lalu, Presiden AS Joe Biden atas nama pribadi menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin seorang "penjahat perang", pernyataan yang menuai kecaman dari Moskow yang disebut "retorika yang tak dapat diterima dan tak termaafkan". Pemerintah Rusia lalu mengusir duta besar AS pekan ini buntut dari pernyataan Biden tersebut.
Blinken mengatakan pasukan Rusia membunuh dan melukai ribuan warga sipil dalam serangannya di gedung apartemen, sekolah, rumah sakit, pusat perbelanjaan, dan infrasturktur lainnya.
Dia secara khusus merujuk situasi di Mariupol yang dikepung pasukan Rusia dalam beberapa minggu dan rumah sakit bersalin dan bioskop di Mariupol yang menampung warga sipil diserang.
Blinken menyebut pasukan Putin menggunakan taktik yang sama di Grozny, Chechnya, dan Aleppo, Suriah, di mana mereka mengintensifkan gempuran mereka di kota-kota untuk menyasar warga sipil.
Blinken juga mengatakan AS akan terus menelusuri laporan kejahatan perang di Ukraina dan "membagikan informasi yang kami kumpulkan dengan para sekutu, rekan, dan lembaga serta organisasi internasional."
"Kami berjanji untuk menuntut pertanggungjawaban menggunakan perangkat yang tersedia, termasuk tuntutan pidana."
Baca juga:
Bertemu Dubes Rusia, Cak Imin Harap Tercipta Suasana Damai di Ukraina
Inggris akan Kirimkan 6.000 Rudal Baru ke Ukraina
Kondisi Parah Sekolah di Ukraina Usai Serangan Udara Rusia
Putin Ingin Penjualan Gas ke Negara "Tak Bersahabat" Dibayar Pakai Rubel
Menimbang Kemungkinan Rusia Gunakan Senjata Nuklir di Ukraina