Perusahaan Drone untuk Ukraina Ini Buka 200 Lowongan Kerja, Penempatan di Inggris, Minta Gabung?
Tekever perusahaan drone untuk Ukraina berencana memperluas operasinya di Inggris dengan menciptakan 200 lapangan pekerjaan dalam tiga tahun ke depan.
Perusahaan teknologi Tekever, yang mengembangkan drone untuk pengawasan dan pengumpulan intelijen di Ukraina, berencana untuk memperluas operasinya di Inggris, Mereka berencana merekrut 200 pekerja dalam tiga tahun ke depan.
Menurut laporan BBC pada Selasa (24/9), Tekever telah membuka 30 posisi di Aberporth, Wales Tengah, dan berencana untuk memperluas kegiatan operasional di lokasi tersebut serta di Southampton. Drone AR3 yang diproduksi oleh Tekever, yang dapat terbang hingga 16 jam, dirakit dan diuji di Parc Aberporth, Ceredigion.
Di awal tahun ini, Kementerian Pertahanan Inggris mengumumkan pengalokasian dana sebesar 60 juta poundsterling, sekitar Rp 1,2 triliun (dengan estimasi kurs 1 pound = Rp 20.227), untuk pengadaan drone pengawasan baru bagi tentara Ukraina, termasuk AR3.
Drone ini dirancang untuk diluncurkan dari tanah menggunakan ketapel, memiliki rotor untuk peluncuran vertikal, serta dapat mendarat dengan parasut dan kantung udara pelindung. Matthew Biginton dari Tekever menjelaskan perusahaan ini merekrut tenaga kerja lokal dengan berbagai latar belakang.
"Kami merekrut dari sektor ritel, gudang makanan hewan, dan bengkel, sambil memberikan pelatihan keterampilan yang dibutuhkan. Kami bahkan mengikutsertakan beberapa karyawan dalam program gelar," ujarnya.
Morgan Brandy Phillips, seorang pegawai magang dari Aberaeron, berbagi pengalamannya bergabung dengan Tekever setahun setelah lulus A-level. Dia mengaku mendapat informasi lowongan pekerjaan ini dari ayahnya yang bekerja di lokasi parkir perusahaan.
"Saya banyak belajar tentang listrik, pencetakan 3D, dan pengerjaan serat karbon. Ini sangat menyenangkan karena lokasinya dekat dengan rumah saya," katanya.
Tekever menganggap fasilitas yang ada di Parc Aberporth sangat penting untuk pengembangan drone mereka. Mengingat area tersebut memiliki ruang udara terbatas, yang memungkinkan mereka melakukan pengujian tanpa perlu izin khusus.
Wakil Direktur Perusahaan, Scott McClelland, menjelaskan ini adalah kali pertama mereka mendirikan fasilitas produksi di luar Portugal.
"Kemampuan untuk menyesuaikan dan menguji drone kami di lapangan terbang sangat krusial bagi kami," tuturnya.
Rusia Produksi Drone Pakai Mesin dari China
Sebelumnya, dilaporkan Rusia telah memanfaatkan mesin yang diproduksi oleh China untuk memproduksi drone untuk serangan jarak jauh yang akan dikerahkan di Ukraina, setidaknya sejak pertengahan 2023. Hal ini dilaporkan oleh Reuters pada hari Jumat (13/9) dengan merujuk pada sumber intelijen Eropa.
Perusahaan Rusia IEMZ Kupol dilaporkan telah memproduksi lebih dari 2.500 unit drone Garpiya-A1 antara Juli 2023 dan Juli 2024. Drone Garpiya memiliki berat lepas landas maksimum di bawah 300 kilogram dan mampu menjangkau hingga 1.500 kilometer.
Menurut informasi dari badan intelijen Eropa yang dikutip oleh Reuters dan juga dilansir oleh The Moscow Times pada Sabtu (14/9/2024), drone Garpiya 'sangat mirip' dengan drone Shahed yang dirancang oleh Iran, namun menggunakan mesin Limbach L-550 E. Mesin ini awalnya dirancang oleh sebuah perusahaan Jerman yang tidak disebutkan namanya, namun kini diproduksi oleh perusahaan China Xiamen Limbach.
Pada bulan Desember 2023, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kepada IEMZ Kupol terkait produksi peralatan pertahanan antipesawat dan drone kamikaze jenis serang. IEMZ Kupol merupakan anak perusahaan dari Almaz-Antey, yang merupakan kontraktor pertahanan terbesar di Rusia dan juga telah dikenakan sanksi.
Beberapa perusahaan dari China dan Rusia dilaporkan sedang mengembangkan drone kamikaze yang terinspirasi dari kendaraan udara tak berawak (UAV) kelas Shahed yang berasal dari Iran, menurut sejumlah pejabat Eropa yang berbicara kepada media Bloomberg yang berbasis di AS. Para pejabat yang tidak ingin disebutkan namanya tersebut menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan itu mulai berdiskusi pada tahun 2023 dan telah memulai pengembangan serta pengujian modelnya tahun ini. S
ebuah perusahaan asal China juga meluncurkan Sunflower 200 tahun lalu, yang memiliki kemiripan tinggi dengan drone Shahed-136 buatan Iran yang digunakan Rusia dalam konflik melawan Ukraina.
Transaksi Jual Beli Rusia dengan China
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri China menginformasikan kepada Reuters mereka "memantau dengan ketat" ekspor produk yang memiliki potensi untuk aplikasi militer. Namun dalam waktu bersamaan menekankan tidak ada larangan untuk berdagang dengan Rusia.
Baik perusahaan-perusahaan Rusia maupun China yang disebutkan dalam laporan tersebut tidak memberikan tanggapan atas permintaan komentar. Badan intelijen Eropa dalam pernyataannya menyatakan kekhawatiran perusahaan-perusahaan China terus menyediakan komponen yang memungkinkan Rusia untuk memproduksi drone kamikaze berukuran besar.
"Pengiriman komponen penting ke Rusia harus dihentikan," ungkap badan tersebut.
Selain itu, Reuters melaporkan bahwa Kementerian Pertahanan Rusia telah menandatangani kontrak senilai 1 miliar rubel ($10,9 juta) dengan IEMZ Kupol pada awal 2023 untuk mengembangkan pabrik yang bertujuan memproduksi drone. Garpiya dikabarkan diproduksi di bekas pabrik semen di Izhevsk, ibu kota Republik Udmurtia, di mana laporan investigasi sebelumnya menunjukkan bahwa lokasi tersebut telah diubah menjadi pabrik produksi drone sejak perang dimulai.
IEMZ Kupol diduga telah membeli pabrik semen itu pada tahun 2020. Ukraina memperkirakan bahwa Rusia telah meluncurkan hampir 14.000 pesawat tanpa awak ke berbagai target sipil dan militer sejak invasi besar-besaran pada Februari 2022, dengan sebagian besar di antaranya adalah Shahed yang dirancang oleh Iran.