Bayraktar dan Anka, Dua Jet Tempur Tanpa Awak Andalan Turki Bakal Ditempatkan TNI AU di Wilayah Terluar Indonesia
Dua drone yang datang ke Indonesia diharapkan bisa meningkatkan kualitas pertahanan khususnya lingkup udara untuk TNI AU.
Dua drone yang datang ke Indonesia diharapkan bisa meningkatkan kualitas pertahanan khususnya lingkup udara untuk TNI AU.
Bayraktar dan Anka, Dua Jet Tempur Tanpa Awak Andalan Turki Bakal Ditempatkan TNI AU di Wilayah Terluar Indonesia
TNI Angkatan Udara (AU) bersiap menerima dua drone atau pesawat tanpa awak Anka dan Bayraktar yang dipesan pemerintah Indonesia dari Turki.
Kepastian kedatangan drone ini disampaikan Wakil Kepala Staf Angkatan Udara (Wakasau) Marsdya Andyawan Martono menyusul agenda lawatan Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau), Marsekal TNI M Tonny Harjono ke Turki beberapa waktu lalu.
"Kan perang modern kita perlu namanya semuanya sudah nirawak ya, sehingga Kasau beberapa waktu yang lalu sudah melihat beberapa UAV (unmanned aerial vehicle) yang akan kita gunakan saat ini," kata Andyawan kepada awak media, Rabu (10/7).
Ada dua pesawat nirawak tiba di Indonesia.
"Yang memang akan datang ke Indonesia dari negara yang tadi disebutkan ada 2 yaitu Anka dan Bayraktar," ujar Andyawan.
Meski belum dijelaskan secara detail lokasi penempatan, namun Andyawan memastikan dua drone teranyar yang akan datang dari Turki, bakal ditempatkan di wilayah terluar Indonesia demi kepentingan strategis TNI AU.
"Sudah di renstra ini penempatannya sudah dialokasikan nanti akan disampaikan kepada rekan-rekan penempatannya di mana jelas di tempat tempat terluar yang memang cukup strategis untuk TNI AU," ujar Andyawan.
Oleh sebab itu, Andyawan berharap dengan dua drone yang datang ke Indonesia bisa meningkatkan kualitas pertahanan khususnya lingkup udara untuk TNI AU.
"Ini adalah salah satu yang harus kita ikuti perang modern ke depan segala sesuatunya sudah nirawak lah," kata Andyawan.
Sekedar informasi, Indonesia melalui Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI membeli 12 pesawat nirawak (Unmanned Aerial Vehicle) atau drone tempur ANKA dari Turki. Drone ini dibeli Indonesia dengan nilai kontrak mencapai 300 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp4,53 triliun.
Pengiriman 12 unit UAV ANKA tersebut akan dilaksanakan 32 bulan setelah kontrak efektif.
Dalam kontrak pembelian itu juga termasuk kontrak tambahan berupa Integrated Logistic Support (ILS), Ground Support and Test Equipment (GS&TE), Flight Simulator, Infrastruktur Hanggar, dan pelatihan serta masa garansi selama 24 bulan atau 600 jam terbang.