Bermimpi Kuil Sulaiman gantikan Masjid Al-Aqsa
The Temple Institute tengah menyiapkan rencana pembangunan Kuil Suci buat menggantikan Masjid Al-Aqsa.
Berdoa, berlutut, menunduk, berbaring, menari, bernyanyi, dan merobek pakaian. Semua kegiatan itu terlarang bagi warga Yahudi saat mengunjungi Kuil Gunung, lokasi di mana kuil suci pertama dan kedua mereka pernah tegak. Tempat ini berada di sebuah bukit di belakang Tembok Ratapan, kompleks Masjid Al-Aqsa, Kota Tua, Yerusalem.
Meski berada di bawah kedaulatan Israel - tempat dikenal umat muslim sebagai Haram al-Syarif - ini dikelola oleh Wakaf Islam, sebuah lembaga bentukan bersama Palestina dan Yordania. Sebab di sini juga terdapat Masjid Al-Aqsa (berkubah hijau) dan Masjid Kubah Batu (berkubah kuning emas).
Kompleks ini saban hari kebanjiran pengunjung muslim. Sebab, Al-Aqsa merupakan tempat suci ketiga bagi umat Nabi Muhammad setelah Masjid Al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Al-Aqsa pernah menjadi kiblat umat Islam sebelum dipindah ke Kabah.
Sesuai aturan Wakaf Islam, orang Yahudi hanya hanya boleh mengunjungi Kuil Gunung 4,5 jam saban hari dan dilarang berdoa di sana.
Namun dalam lawatan awal bulan ini, Direktur the Temple Institute Rabbi Chaim Richman melanggar kebijakan itu, seperti dilansir situs the Jewish Telegraphic Agency awal bulan ini. Hanya beberapa meter dari Kuil Gunung, di tengah kumpulan jamaah muslim, dengan suara berbisik dia membaca Torah bab Psalms. Isinya memohon kedamaian bagi Yerusalem.
"Tuhan akan menjawab doamu saat harimu sulit. Nama Tuhan Yaakov bakal melindungimu." Dalam kunjungan sebelumnya, dia mengaku menyanyikan semua doa Hallel dalam hati.
Richman getol menziarahi Kuil Gunung. Dia sampai hapal nama-nama tentara Israel berjaga di sana. The Temple Institute berkantor di Kota Tua memiliki satu tujuan: membangun kembali Kuil Suci di Yerusalem. Tentunya dengan menghancurkan lebih dulu Masjid Al-Aqsa. Dengan alasan arkeologis, Israel sudah melaksanakan proyek itu.
Menjelang perayaan Tisha b'Av, lembaganya melansir rekaman video berisi anak-anak Yahudi mengenakan ikat pinggang mengajak ayah mereka keluar dari sinagoge untuk mulai membangun Kuil Suci (kerap disebut Kuil Sulaiman). Di hari Tisha b'Av, umat Yahudi berpuasa buat mengenang kehancuran Kuil Suci pertama dan kedua.
"Tujuan kami adalah melaksanakan perintah, 'Mereka harus membuat sebuah kuil untuk Aku dan Aku akan tinggal di antara mereka,'" ujar Richman mengutip ayat Exodus. "Dasar dari kehidupan Torah adalah tindakan."
Setelah kuil kedua dihancurkan pada tahun 70 Masehi, kebanyakan rabbi bersikap seusia hukum Yahudi, yakni melarang pembangunan kuil sebelum kedatangan Sang Juru Selamat.
Namun the Temple Institute mengambil langkah berbeda. "Tidak ada ganjalan hukum bagi orang-orang Yahudi membangun kuil," tutur Richman. Ganjalan yang ada bersifat politis.
Organisasi ini tidak sungkan mengajak orang menyokong tujuan mereka. Dalam sebuah lukisan mereka pamrerkan, tergambar Kuil Suci Ketiga berdiri di atas lokasi sebelumnya Masjid Al-Aqsa. Tersedia jalur kereta bagi peziarah Yahudi ingin ke sana.
Untuk mewujudkan tujuan mereka, the Temple Institute sudah menyiapkan program dengan bantuan 20 orang mendalami Torah. Hasilnya sejauh ini mereka telah menyiapkan 40 obyek pemujaan tersimpan dalam tempat berlapis plexyglass di kantor mereka.
Kuil Suci ketiga antara lain akan berisi sejumlah terompet perak, harpa kuno Yunani terbuat dari kayu, dan menorah emas bertatak tujuh seberat hampir 81 kilogram. Buat menyiapkan benda-benda ritual ini, the Temple Institute melakukan riset sebelas tahun menelan anggaran US$ 150 ribu atau setara Rp 1,5 miliar.
Banyak rakyat Israel memandang tujuan the Temple Institute sangat berbahaya dan bisa menimbulkan konflik berdarah. Belajar dari pengalaman sebelumnya, lawatan Ariel Sharon 13 tahun lalu ke dalam Masjid Al-Aqsa meletupkan intifadah kedua selama lima tahun. Pada 1984, aparat keamanan Israel berhasil menghentikan sekelompok teroris Yahudi ingin meledakkan masjid Al-Aqsa.
Michael Elchior, rabbi orthodoks dan mantan anggota Knesset (parlemen Israel), sungguh menyadari betapa sensitifnya masalah itu. "Kami berdoal buat Kuil Suci, tapi kami juga mesti hati-hati umat lain juga inign tempat suci."
Anggota Knesset dari Partai Likud Moshe Feiglin termasuk yang mendukung kampanye the Temple Institute. Dia saban bulan mengunjungi Kuil Gunung hingga dilarang oleh Perdana Menteri Benjamin netanyahu karena takut menimbulkan provokasi. "Siapa membelakangi Kuil Gunung berarti menyerahkan Yerusalem," katanya.
Richman mengklaim sokongan terhadap mereka kian bertambah. Bagi dia, isu ini bukan sekadar masalah politik atau arkeologi. the Temple Institute sedang melaksanakan tugas suci dari Tuhan. "Intinya adalah kami tidak bisa hidup tanpa Kuil Suci."