Cerita ajaib Suku Moken, diterjang tsunami 2004 cuma satu tewas
Etnis bahari di Thailand itu dapat wangsit akan datang gelombang besar tiga hari sebelum kejadian.
Wilasinee, seorang warga Suku Moken, di sisi Barat Thailand, mengaku masih ternganga bila ingat cerita 10 tahun lalu. Pada 26 Desember 2004, ombak setinggi pohon kelapa menghantam perkampungan mereka yang terletak di pulau tengah Laut Andaman.
Etnis Moken adalah bangsa bahari, sama seperti Bugis di Sulawesi. Mereka hidup, bekerja, dan berpindah dari satu pulau ke pulau lain sekitar Andaman.
-
Kapan Museum Tsunami di Banda Aceh didirikan? Museum Tsunami menjadi monumen untuk memperingati bencana tsunami yang melanda Aceh pada penghujung 2004.
-
Mengapa Museum Tsunami Aceh dirancang dengan konsep seperti Rumoh Aceh? Museum ini berkonsep seperti Rumoh Aceh dan on escape hill dan secara gaya arsitektur mengedepankan nilai-nilai Islam, budaya lokal, dan abstraksi tsunami.
-
Mengapa Masjid Baiturrahim Ulee Lheue disebut sebagai saksi bisu tsunami Aceh? Bangunan berwarna putih dengan balutan pilar-pilar menghiasi bagian depan ini dulunya sempat menjadi pengungsian di masa pemerintahan Hindia Belanda. Mengunjungi Masjid Baiturrahim Ulee Lheue, Saksi Bisu Dahsyatnya Tsunami Aceh 2004 Sebuah bangunan religius terletak tidak jauh dari pelabuhan ini memiliki nilai historis yang tidak bisa dibeli menggunakan apapun. Lebih dari itu, bangunan ini menjadi saksi bisu kedahsyatan bencana alam Tsunami Aceh pada tahun 2004 silam.
-
Dimana lokasi Museum Tsunami Aceh berada? Letaknya berada di Jalan Sultan Iskandar Muda, dekat dengan Simpang Jam serta berseberangan dengan Lapangan Blang Padang.
-
Kapan gempa dan tsunami Aceh yang menghancurkan Rumah Sakit Umum Meuraxa? Peristiwa gempa dan tsunami Aceh pada 2004 masih terus dikenang sampai saat ini.
-
Kapan tsunami Storegga terjadi? Tsunami kolosal yang melanda Eropa utara lebih dari 8.000 tahun yang lalu mungkin telah membinasakan penduduk Zaman Batu di Inggris utara.
Menurut Wilasinee, yang saat itu masih 15 tahun, hantaman tsunami begitu dahsyat. Pemuda ini beruntung lari menuju bukit karena sedang bermain di ladang. Melihat desanya tersapu habis hanya dalam hitungan detik, dia menangis.
"Saya yakin gelombang bah itu menewaskan seluruh keluarga di kampung," ujarnya seperti dilansir Channel News Asia, Kamis (25/12).
Ternyata, cuma satu saja korban tewas dari sekitar 100-an warga Moken. Itupun kakek tua yang tak kuat lari menuju dataran lebih tinggi.
Mantan Kepala Suku Moken Salama Klathale mengatakan sedikitnya korban jiwa ini berkat cerita turun-temurun yang diwariskan oleh nenek moyang. Leluhur Moken selalu bercerita tentang kemunculan Laboon, sebuah gelombang besar yang akan menelan seluruh isi bumi. Bila Laboon muncul, warga harus berlari ke bukit terdekat.
"Salah satu ciri kedatangan Laboon adalah laut akan mengering. Ketika melihat pantai surut sangat jauh pagi itu, kami langsung memerintahkan semua orang mengungsi," ungkap Klathale.
Kesiap-siagaan itu ditambah wangsit salah satu tetua Moken. Tiga hari sebelum tsunami menerjang, dia mengaku sudah bermimpi didatangi pria bertopeng. Sosok misterius ini mengingatkan soal kemungkinan Laboon datang.
Lepas dari cerita mistis tersebut, Suku Moken terbukti punya kesadaran tanggap bencana menghadapi tsunami. Kini, satu dekade selepas bencana dahsyat merenggut 290 ribu jiwa tersebut, pemerintah Thailand berusaha memindah warga Moken ke daratan. Tujuannya agar mereka lebih mudah dipantau pemda Provinsi Pang Nga.
Kini etnis Moken lebih banyak berdiam di pesisir. "Gaya hidup kami berubah. Tapi sekarang banyak orang tua Moken menyadari pentingnya pendidikan lantaran cari kerja di daratan cukup susah," kata Jao Klathale, salah satu tetua adat Moken.
(mdk/ard)