Cinta tak direstui, lima orang ini dibunuh keluarga sendiri
Orangtua atau keluarga sampai hati membunuh anak mereka sendiri karena menolak dijodohkan.
Meski zaman sudah semakin modern namun di beberapa belahan dunia masih ada orangtua yang lebih memilih menjodohkan anaknya dengan pasangan yang mereka inginkan. Padahal anak mereka sebetulnya tidak mau dijodohkan dan sudah memiliki pujaan hatinya sendiri.
Apa daya, inilah kisah cinta dua insan yang tidak direstui keluarga. Sejumlah kisah itu bahkan berakhir tragis dan memilukan. Orangtua atau keluarga sampai hati membunuh anak mereka sendiri karena menolak dijodohkan.
Bagaimana kisah mereka? Ikuti lima ceritanya berikut ini.
-
Dimana pembunuhan sadis itu terjadi? Diberitakan sebelumnya, seorang ibu muda berinisial MSD (24) tewas digorok oleh NKW (24), suaminya sendiri di dalam rumah kontrakan Jalan Cikedokan RT01 RW04, Kampung Cikedokan, Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi.
-
Apa jenis penipuan yang marak terjadi belakangan ini? Salah satunya yang marak belakangan ini adalah social engineering bermodus penipuan melalui permintaan untuk mengklik sebuah file undangan pernikahan berformat APK di WhatsApp (WA).
-
Kapan kejadian pembunuhan itu terjadi? Tindak penganiayaan itu terjadi di tepi Jalan Talang Sekuang Desa Muara Panco Timur, Kecamatan Renah Pembarap, Kabupaten Merangin, Jambi, Jumat (15/12) sekitar pukul 10.30 WIB.
-
Apa motif pelaku melakukan pembunuhan? Dia sedang pusing mencari uang untuk membiayai kuliah adiknya beserta biaya kebutuhan hidup untuk orangtuanya.
-
Kapan Pallu Butung sering diburu? Makanan tersebut banyak dicari ketika Bulan Ramadan karena cocok sebagai menu berbuka puasa.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
Nikahi lelaki pilihannya, perempuan ini tewas dirajam
Seorang wanita 25 tahun kemarin dilempari batu hingga tewas oleh keluarganya sendiri di luar sebuah pengadilan di Pakistan dalam sebuah tindakan pembunuhan demi kehormatan sebab menikahi pria yang dicintainya. Ini seperti dikatakan polisi.
"Farzana Parveen saat itu sedang menunggu Pengadilan Tinggi di Kota Lahore, sebelah timur Pakistan, untuk dibuka, ketika sekitar belasan pria mulai menyerang dia dengan batu bata," kata Umer Cheema, seorang perwira polisi senior Pakistan, seperti dilansir stasiun televisi Al Arabiya, Rabu (28/5/2014).
Cheema mengatakan ayah perempuan itu, dua saudara laki-lakinya dan mantan tunangannya berada di antara para penyerang. Farzana menderita cedera parah pada bagian kepalanya dan dinyatakan meninggal di rumah sakit.
Dia menjelaskan semua tersangka kecuali ayahnya berhasil melarikan diri. Ayah perempuan itu mengaku membunuh putrinya dan menjelaskan tindakan itu dilakukan sebab masalah kehormatan.
Banyak keluarga di Pakistan berpikir jika seorang wanita menikah dengan pria pilihannya sendiri akan membawa aib pada keluarga mereka.
Cheema mengatakan Farzana telah bertunangan dengan sepupunya tetapi menikah dengan pria lain. Keluarganya mengajukan kasus penculikan terhadap suami Farzana, namun putrinya itu datang ke pengadilan untuk menyatakan dia telah menikah atas kehendaknya sendiri.
Farzana dikatakan tengah hamil tiga bulan. Dia telah menikah dengan pria dicintainya bernama Muhammad Iqbal, seperti dikutip surat kabar the Daily Mail.
Sekitar seribu perempuan Pakistan dibunuh setiap tahun oleh keluarga mereka terkait pembunuhan demi kehormatan. Ini menurut kelompok hak asasi asal Pakistan Aurat Yayasan.
Angka sebenarnya mungkin beberapa kali lebih tinggi sejak Yayasan Aurat hanya mengkompilasi angka dari laporan surat kabar. Sementara pemerintah tidak mengkompilasi statistik secara nasional.
Para pegiat mengatakan hanya beberapa kasus pembunuhan semacam ini diajukan ke pengadilan dan mereka yang melakukan pembunuhan demi kehormatan ini dapat memakan watu selama bertahun-tahun untuk disidang. Tidak ada pihak yang melacak berapa banyak kasus yang berhasil diadili.
Bahkan mereka yang diyakini melakukan pembunuhan seperti ini mungkin akan berakhir dengan pembebasan. Hukum Pakistan memungkinkan keluarga korban untuk memaafkan pembunuh mereka.
"Namun dalam pembunuhan demi kehormatan, sebagian besar para pembunuh perempuan itu adalah keluarga mereka sendiri," kata Wasim Wagha dari Yayasan Aurat.
Undang-undang memungkinkan mereka untuk menentukan seseorang untuk melakukan pembunuhan, kemudian memaafkannya.
"Ini adalah kesalahan besar dalam hukum," jelas dia. "Kami benar-benar berjuang tentang masalah ini."
Pasangan baru menikah digorok keluarga hingga tewas
Polisi Pakistan Juni tahun lalu mengatakan pasangan baru menikah (perempuan 17 tahun dan lelaki 31 tahun) di Desa Satrah, Provinsi Punjabi, diikat oleh keluarga mereka lalu digorok hingga tewas dengan sabit lantaran pernikahan mereka tidak disetujui.
Ibu dan ayah mempelai perempuan membujuk pasangan itu pulang ke rumah Kamis lalu. Mereka berjanji pernikahan pasangan muda baru menikah 18 Juni lalu itu akan direstui keluarga, seperti dilansir situs Asia One, Sabtu (28/6/2014).
"Ketika pasangan itu sampai mereka kemudian mengikat keduanya dengan tali," kata polisi setempat, Rana Zashid. "Dia (ayah mempelai perempuan) menggorok leher mereka."
Polisi kemudian menangkap keluarga pengantin perempuan. Mereka mengatakan malu atas pernikahan anak mereka bernama Muafia Hussein yang menikah dengan seorang pria dari suku lain.
Tradisi kolot di banyak wilayah di Pakistan seringkali menyebabkan seorang perempuan kehilangan nyawa karena dianggap membuat malu keluarga.
Perempuan menikahi pria dicintainya kerap tidak diterima karena dianggap menghina keluarga yang akan menjodohkannya dengan pria lain.
Gadis India meregang nyawa dipukuli keluarga
Seorang wanita muda di India dipukuli sampai mati oleh anggota keluarganya sendiri, sementara pacarnya dipenggal dalam sebuah aksi pembunuhan demi kehormatan. Insiden mengerikan ini terjadi setelah keduanya diiming-imingi akan dinikahkan usai kabur untuk melakukan kawin lari jika kembali.
Nidhi Barak (20 tahun), seorang mahasiswi jurusan seni rupa, dan pacarnya, Dharmender Barak (23 tahun), yang belajar di perguruan tinggi teknik, tewas pada Rabu malam di Desa Gharnavati, Negara Bagian Haryana, sambil disaksikan oleh warga lokal, seperti dilansir surat kabar the Daily Mail, Kamis (19/9/2013).
Nidhi dan Dharmendera diketahui kawin lari ke Ibu Kota New Delhi tiga hari lalu sebab keluarga mereka tidak menyetujui hubungan keduanya. Tapi mereka kemudian balik ke desa setelah terpancing dengan janji-janji bahwa keduanya tidak akan disakiti dan diizinkan menikah.
Orang tua Nidhi dan pamannya telah ditangkap. Polisi saat ini sedang melacak kakaknya dan anggota keluarga lainnya yang kabur usai insiden itu.
Menurut polisi, pasangan muda-mudi itu disiksa selama beberapa jam di rumah Nidhi, sebelum dia dipukuli sampai mati di depan umum. Dharmender juga dipukuli, lengan dan kakinya dipatahkan, sebelum dia akhirnya dipenggal. Tubuhnya diduga dibuang di dekat rumahnya di sebuah alun-alun di desa itu.
Polisi, yang telah diberitahu oleh seorang penduduk desa mengenai insiden itu, dilaporkan telah menangkap keluarga Nidhi yang sedang membakar tubuhnya dalam sebuah tumpukan kayu.
Polisi menemukan tubuh Nidhi sudah terbakar setengah, sementara tubuh Dharmender telah dibawa untuk dilakukan otopsi.
Kepala polisi setempat, Anil Kumar mengatakan, selain membunuh Dharmender, mereka juga memenggal dia. "Kami telah menangkap ayah, ibu dan paman Nidhi, serta kami sedang mencari saudara, teman, dan pengendara mobil yang membawa pasangan itu kembali ke rumahnya di Desa Gharnavati."
"Keduanya berasal dari desa yang sama dan kasta yang sama. Ini merupakan aksi pembunuhan untuk mempertahankan kehormatan, tetapi pembunuhan itu tidak disetujui oleh masyarakat," lanjut dia.
Mahkamah Agung India mengatakan pada 2010 bahwa hukuman mati harus diberikan kepada orang-orang yang bersalah atas pembunuhan demi kehormatan, dan menyebut kejahatan itu sebagai tindakan barbar di Negeri Sungai Gangga itu.
Tidak ada jumlah resmi terkait insiden pembunuhan demi kehormatan di India. Namun, Asosiasi Perempuan Demokratis India mengatakan bahwa dari penelitian pihaknya menunjukkan ada sekitar seribu kasus seperti itu dalam satu tahun di seantero India.
Perempuan ini ditembak di hari pernikahan
Seorang perempuan India ditembak mati tepat di hari pernikahannya. Pelakunya ternyata masih sepupu dia.
Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Jumat (9/5/2014), dokter cantik Jaishri Namdeo tengah berdiri di pelaminan dengan suaminya di resepsi pernikahan diselenggarakan di Kota Bhopal. Tiba-tiba sepupunya Anurag Singh menembakkan peluru tepat di leher perempuan itu.
Anurag masuk ke resepsi dengan menyamar sebagai juru foto. Setelah melakukan aksinya dia hendak bunuh diri dengan menembakkan peluru ke kepalanya namun digagalkan oleh para tamu yang langsung mendorongnya ke lantai.
Diduga Anurag mencintai Namdeo dan tidak rela dia menikah dengan pria lain. Lelaki itu ditahan oleh tamu hingga polisi datang.
Namdeo, seorang perawat, meninggal dalam perawatan di rumah sakit sebab peluru menembus terlalu dalam. Suaminya, Rohit, selamat dalam insiden itu.
"Kami masih belum jelas motif pelaku. Namun dia mengatakan Namdeo pernah bersamanya. Itu saja," ujar juru bicara polisi tidak disebutkan namanya.
Anak curi kondom, pria ini cekik putrinya hingga tewas
Asadullah Khan, 51 tahun, dan istrinya Shazia, 41 tahun, asal Pakistan diseret ke pengadilan karena membunuh putrinya bernama Lareeb Khan, 19 tahun.
Pria muslim itu di persidangan mengaku mencekik anaknya hingga tewas setelah putrinya itu ketahuan mencuri kondom di sebuah toko karena ingin bercinta dengan pacar yang tidak direstui.
Tabloid Mirror melaporkan, Senin (28/9), dalam pengadilan di Darmstadt, Jerman, sang ayah mengatakan anaknya itu sudah membuat malu keluarga karena menjalin asmara dengan pria yang tidak disetujui olehnya.
Sang ayah dan istrinya adalah pasangan yang menikah karena dijodohkan orangtua dan Asadullah juga ingin melakukan hal yang sama terhadap putrinya.
Khan mengaku membunuh Lareeb pada pagi hari 28 Januari lalu. Menurut koran Jerman Bild, peristiwa itu disaksikan oleh istrinya.
Setelah dibunuh, jasad Lareeb kemudian diberi pakaian lalu dibawa turun apartemen dengan kursi roda. Mereka kemudian membawa mayat anaknya ke sebuah hutan dan membuangnya di sana.
Seorang pejalan kaki kemudian menemukan jenazah Lareeb sehari kemudian.
Menurut pengaduan ibunya di pengadilan, Lareeb kabur dari rumah selama beberapa hari karena bertengkar dengan keua orangtuanya dan dia juga melepas jilbabnya.
"Suatu hari kami menerima surat dari polisi yang menyatakan anak kami mencoba mencuri kondom," kata sang ibu.
Sejak menerima kabar dari polisi itu ayah Lareeb murka dan melarang anaknya keluar rumah hingga mereka membunuhnya.
Sidang kasus ini masih terus berlanjut.