Dewan Islam Singapura larang masjid hina kaum gay
Sebaliknya, masjid harus mendukung dan mengarahkan kaum gay agar kembali pada kodratnya.
Dewan Agama Islam Singapura (MUIS) telah menyerukan masjid-masjid di Negeri Singa itu tidak mencampuri maupun menjelekkan kaum gay. Mereka justru menyarankan agar membantu dan mendukung para pecinta sesama jenis agar kembali ke kodratnya.
Situs themalaymailonline.com melaporkan, Ahad (22/6), MUIS mengatakan mereka tidak mendukung dan tidak melaknat gaya hidup semikian. Namun tidak bisa setuju jika percintaan sesama jenis ini dipromosikan dalam suatu acara publik dan besar-besaran. "Diperlukan di sini membangun ketahanan umat muslim dari kaum gay dan jangan sampai gaya hidup mereka menjangkiti umat muslim, namun tanpa mengolok-olok mereka," ujar direktur Dewan Pembangunan Agama Mohd Murat Aris.
Masjid juga harus membuat program agama yang baik dan pesan-pesan untuk keluarga, serta pentingnya mendidik seluruh anggota keluarga. Diharapkan dengan ini para pemuda dan pemudi muslim tidak terlibat dengan gaya hidup kaum gay.
Aris juga berpesan agar masjid-masjid menghentikan perdebatan dengan kaum Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transeksual (LGBT). Ini seruan demi mengatasai ajakan seorang pengajar Islam bernama Noor Deros. Dia mencanangkan gerakan baju putih demi protes terhadap homoseksual. Noor juga memberi pernyataan di siaran persnya dan situs gerakan baju putih itu agar memaksimalkan peran keluarga.
Sejauh ini situsnya telah banyak diikuti oleh warga Singapura namun ada pula yang mengkritik gerakan dia jalankan untuk memecah belah persatuan penduduk terutama selama ramadan. Meski mendapat kritikan gerakan baju putih Noor juga didukung oleh komunitas gereja. Pendeta senior Lawrence Khong menyatakan dukungannya dalam kampanye baju putih. "Saya justru senang kita lebih vokal demi moralitas dan keluarga," ujarnya.