Dirjen WHO Peringatkan Varian Omicron & Delta Bisa Picu 'Tsunami' Covid
Virus corona varian Delta dan Omicron bisa memicu 'tsunami" kasus Covid-19 yang akan menyebabkan tekanan besar pada sistem kesehatan.
Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan, virus corona varian Delta dan Omicron bisa memicu 'tsunami" kasus Covid-19 yang akan menyebabkan tekanan besar pada sistem kesehatan.
"Saya sangat khawatir Omicron, menjadi lebih menular (dan) menular di saat bersamaan seperti Delta, memicu tsunami kasus," jelasnya dalam konferensi pers online pada Rabu, dikutip dari Al Jazeera, Kamis (30/12).
-
Di bagian mana dari otak mikroplastik ditemukan? Dilansir Smithsonian, Rabu (18/9), ilmuwan telah menemukan polutan kecil di jaringan otak, khususnya bulbus olfaktorius yang terletak di atas hidung.
-
Apa yang dimaksud dengan 'otak mini' yang telah dikembangkan oleh para ilmuwan? "Untuk pertama kalinya di dunia, para ilmuwan telah berhasil mengembangkan organoid otak manusia yang disebut “otak mini”. Terbuat dari jaringan janin manusia. Organoid ini hanya seukuran sebutir beras, namun berpotensi menawarkan cara baru dalam mempelajari perkembangan otak dan penyakit.
-
Bagaimana kondisi mikrogravitasi memengaruhi otot astronot? Pada lingkungan tanpa bobot seperti di luar angkasa, otot mendapatkan rangsangan yang terlalu sedikit dan mulai melemah serta memburuk dengan cepat.
-
Dimana Mikroskop umumnya disimpan? Mikroskop harus disimpan di tempat yang sejuk, kering, bebas debu, uap asam-basa.
-
Dimana 'otak mini' ini diujicoba untuk mempelajari kerusakan pada sistem saraf? Organoid otak yang dimulai dari sel induk manusia sebelumnya telah terbukti merespons rangsangan visual; digunakan untuk memperbaiki jaringan otak tikus yang cedera; dan telah terinfeksi COVID-19 untuk mempelajari kerusakan yang dapat ditimbulkannya pada sistem saraf.
-
Siapa yang menemukan mikroplastik di jaringan otak? Dilansir Smithsonian, Rabu (18/9), ilmuwan telah menemukan polutan kecil di jaringan otak, khususnya bulbus olfaktorius yang terletak di atas hidung.
Dua tahun setelah virus corona baru muncul, pejabat tinggi di badan kesehatan PBB ini telah memperingatkan masih terlalu dini untuk memastikan dengan data awal soal Omicron, varian terbaru yang terdeteksi, menyebabkan penyakit yang lebih ringan.
Pertama kali dilaporkan bulan lalu di Afrika Selatan, Omicron telah menjadi varian dominan di Amerika Serikat dan kawasan Eropa.
Ketika 92 dari 194 negara anggota WHO gagal mencapai target memvaksinasi 40 persen populasinya akhir tahun ini, Tedros mendesak setiap orang membuat "resolusi Tahun Baru" untuk mendukung kampanye vaksinasi 70 persen populasi negara sampai awal Juli 2022.
Menurut data WHO, angka kasus Covid yang tercatat di seluruh dunia naik sampai 11 persen pekan lalu dibandingkan pekan sebelumnya, dengan hampir 4,99 juta kasus baru yang dilaporkan dari 20-26 Desember.
Kasus baru di Eropa yang mencakup lebih dari setengah total kasus baru, naik 3 persen. Sementara di Amerika naik sampai 39 persen dan naik sampai tujuh persen di Afrika. Secara global, terjadi kenaikan bertahap sejak Oktober.
Khawatir dengan lonjakan kasus ini, Tedros mengatakan hal itu dapat menimbulkan “tekanan besar pada petugas kesehatan yang kelelahan dan sistem kesehatan (di) ambang kehancuran”.
Tedros mengutip "bukti konsisten" Omicron memiliki keunggulan pertumbuhan dibandingkan varian Delta.
Disebutkan bahwa penurunan insiden kasus telah terlihat di Afrika Selatan, dan data awal dari Afrika Selatan, Inggris dan Denmark menunjukkan penurunan risiko rawat inap pada Omicron tetapi masih lebih banyak data diperlukan untuk memastikan hal ini.
Kepala kedaruratan WHO, Michael Ryan mengatakan penting dalam beberapa pekan mendatang untuk “menekan penualaran kedua varian ini seminimal mungkin”.
Ryan mengatakan infeksi Omicron sebagian besar dimulai di kalangan anak muda.
“Apa yang belum kita lihat adalah gelombang Omicron yang terbentuk sepenuhnya pada populasi yang lebih luas,” jelasnya.
"Saya sedikit gugup membuat prediksi positif sampai kita melihat seberapa baiknya perlindungan vaksin bekerja pada lansia dan populasi yang lebih rentan," lanjutnya.
Misinformasi dan kesenjangan vaksin
Tedros mengecam sikap negara-negara kaya, menuding negara kaya memonopi senjata melawan Covid (vaksin) dan membiarkan virus menyebar.
"Populisme, nasionalisme sempit dan menimbun alat kesehatan, termasuk masker, terapi, diagnostik, dan vaksin, oleh sejumlah kecil negara, merusak kesetaraan, dan menciptakan kondisi ideal bagi kemunculan varian baru," jelasnya.
Sementara itu, Tedros mengatakan misinformasi menjadi gangguan konstan pada 2021, menjegal upaya untuk melawan pandemi.
"Dalam gelombang besar kasus saat ini yang terlihat di Eropa dan banyak negara di seluruh dunia, misinformasi yang memicu keraguan pada vaksin sekarang berdampak pada kematian yang tidak proporsional kelompok yang belum divaksinasi.
Tedros menyesalkan bahwa sementara ada 1,8 juta kematian yang tercatat pada tahun 2020, meningkat menjadi 3,5 juta pada tahun 2021; dan jumlah sebenarnya bisa jauh lebih tinggi.
Namun, lanjut Tedros, dia tetap optimis 2022 bisa menjadi tahun kita tidak hanya bisa mengakhiri fase akut pandemi, tapi juga menyusun langkah keamanan kesehatan yang lebih kuat.