Donald Trump Tunjuk Sosok Pro-Israel Sebagai Duta Besar AS untuk PBB
Israel memberikan apresiasi terhadap keputusan Trump yang memilih Elise.
Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, telah menunjuk Elise Stefanik, seorang anggota Kongres dari Partai Republik yang berusia 40 tahun, sebagai calon duta besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam pemerintahannya mendatang. Sebagai sahabat lama Trump, Elise dikenal sebagai pendukung setia Israel dan mengkritik PBB karena dianggapnya kurang memberikan dukungan dalam perang melawan Hamas.
"Elise adalah pejuang America First yang sangat kuat, tangguh, dan cerdas," ungkap Trump saat mengumumkan pilihannya, seperti yang dikutip dari BBC pada Rabu (13/11/2024). Konsep America First sendiri merupakan kebijakan nasionalis yang berfokus pada kepentingan ekonomi, politik, serta militer AS di atas kepentingan negara lain, dan mulai mendunia selama kampanye Trump.
- AS Jatuhkan Sanksi kepada Pemukim Israel di Tepi Barat
- Trump Tunjuk Tokoh Agama Anti-Palestina Jadi Dubes AS Untuk Israel
- Para Menteri Israel Bergembira Trump Kembali Jadi Presiden AS, Berharap Dapat Keuntungan Ini
- Trump Dinilai Bakal Makin Kuat Dukung Israel di Timur Tengah, Ini Tanda-Tandanya Kata Pengamat
Jika Elise dilantik, dia akan menggantikan Linda Thomas-Greenfield, seorang diplomat karier yang telah mengabdi di Kementerian Luar Negeri AS selama 35 tahun. Elise menyatakan rasa terhormatnya menerima nominasi dari Trump dan berharap mendapatkan dukungan dari rekan-rekannya di Senat. Untuk dapat menjabat, Elise harus melalui proses konfirmasi di Senat.
"Amerika Serikat terus menjadi mercusuar dunia, namun kita mengharapkan dan harus menuntut agar teman-teman dan sekutu kita menjadi mitra kuat dalam perdamaian yang kita cari," tambah Elise dalam pernyataan yang disampaikan kepada New York Post.
Elise memiliki pengalaman terbatas dalam kebijakan luar negeri dan keamanan nasional, yang diperolehnya selama bertugas di Komite Angkatan Bersenjata dan Komite Tetap Intelijen DPR. Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, dia menjadi salah satu pendukung Israel yang paling vokal di Kongres. Dia menarik perhatian publik ketika memimpin sidang mengenai penanganan protes pro-Palestina oleh presiden universitas di berbagai kampus. Bulan lalu, dia mengusulkan perlunya "penilaian ulang yang lengkap atas pendanaan AS untuk PBB" setelah Otoritas Palestina berusaha untuk mengeluarkan Israel dari PBB terkait pelanggaran hak asasi manusia di Jalur Gaza.
Pada hari Senin (11/11), juru bicara internasional Israel untuk PBB, Jonathan Harounoff, menyatakan, "Duta Besar PBB untuk Israel Danny Danon berharap dapat bekerja sama erat dengan Elise Stefanik dalam menangani kebohongan jahat di PBB yang dipromosikan oleh negara-negara musuh sambil tetap berkomitmen pada kebenaran dan keadilan."
Elise lahir dan dibesarkan di bagian utara New York dan merupakan anggota pertama dalam keluarganya yang meraih gelar sarjana setelah lulus dari Universitas Harvard pada tahun 2006. Setelah itu, dia terjun ke dunia politik, menjadi penasihat kebijakan domestik di Gedung Putih di bawah Presiden George W. Bush, dan akhirnya menjabat sebagai pembantu senior kepala staf Bush, Joshua Bolten.
Elise kemudian berperan sebagai penasihat kampanye utama untuk Paul Ryan saat mencalonkan diri sebagai wakil presiden mendampingi Mitt Romney. Setelah Romney kalah, Elise kembali ke New York bagian utara dan mencalonkan diri untuk Kongres, berhasil merebut kursi yang sebelumnya dikuasai oleh Demokrat dengan selisih lebih dari 20 poin.
Meskipun dia awalnya mencitrakan dirinya sebagai seorang konservatif tradisional, Elise ternyata tampil sebagai salah satu pendukung Trump yang paling bersemangat, baik selama persidangan pemakzulan pertama pada tahun 2019 maupun saat Trump menggugat hasil Pilpres AS 2020.
Sejak saat itu, dukungannya terhadap Trump tidak pernah pudar.Penunjukan Elise sebagai duta besar akan mengosongkan kursi DPR dari New York, yang berpotensi memicu pemilu khusus. Beberapa sekutu Trump, termasuk miliarder Elon Musk, berpendapat bahwa kehilangan kursi Elise merupakan risiko besar, mengingat persaingan ketat antara Republik dan Demokrat untuk mengendalikan DPR, yang hasilnya masih sulit diprediksi.