DPR AS Kutuk Serangan Rasial Donald Trump ke Empat Anggota Kongres Perempuan
House of Representatives atau DPR Amerika Serikat mengutuk serangan rasial Presiden Donald Trump kepada empat anggota kongres perempuan, sementara sejumlah politikus Demokrat kembali menyerukan pemakzulan terhadap Trump.
House of Representatives atau DPR Amerika Serikat mengutuk serangan rasial Presiden Donald Trump kepada empat anggota kongres perempuan, sementara sejumlah politikus Demokrat kembali menyerukan pemakzulan terhadap Trump. Pada Minggu (14/7), Trump melalui Twitter menyerang Ilhan Omar, Alexandria Ocasio-Cortez, Rashida Tlaib, dan Ayana Pressley dan meminta mereka kembali ke negara asal nenek moyang mereka. Keempat perempuan ini adalah keturunan kulit berwarna dan imigran.
Politikus Demokrat merasa sangat gerah dengan pernyataan rasial Trump, politikus dari Republik menolak mengecam Trump. Pada proses voting yang berlangsung Selasa (16/7) sore, sebagian besar anggota DPR AS menyetujui resolusi dan menyatakan bahwa, pernyataan rasis Trump telah melegitimasi ketakutan dan kebencian orang Amerika baru dan orang kulit berwarna.
-
Apa yang diramalkan tentang Donald Trump? Roberts menunjukkan bahwa Trump mungkin lebih fokus pada kekalahannya di masa lalu dibandingkan peluang yang ada saat ini. Maksudnya adalah Trump diramalkan bakal kalah di pemilu presiden tahun ini.
-
Kapan Donald Trump diramal? Jauh sebelum Donald Trump mengalami penembakan saat kampanye, pada Januari 2024 lalu, ia pernah diramal.
-
Apa yang terjadi kepada Donald Trump saat sedang berkampanye? Mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump ditembak. Peristiwa tersebut terjadi kala Trump sedang kampanye Pilpres AS di depan pada pendukungnya di Butler, Pennsylvania, Amerika Serikat, pada Sabtu (14/7).
-
Apa motif pelaku penembakan terhadap Donald Trump? Identitas dan motif pelaku penembakan belum jelas hingga saat ini.
-
Siapa yang meramal Donald Trump? Ramalannya itu dilakukan oleh seorang paranormal bernama Paula Roberts yang disiarkan oleh Fox News pada Januari lalu.
-
Mengapa ramalan Donald Trump menimbulkan perdebatan? Prediksi ini memicu perdebatan ringan namun menegangkan dengan pembawa acara Jesse Watters. Pasalnya Watters dikenal atas dukungannya terhadap Trump.
"Mengutuk keras pernyataan Trump yang menyebut saudara Amerika kami yang imigran, dan mereka yang dipandang seperti imigran oleh presiden, harus kembali ke negara lain," kata pernyataan tersebut, dilansir dari The Guardian, Rabu (17/7).
Empat perempuan tersebut disebut 'The Squad' oleh media AS, merupakan anggota kongres progresif yang terpilih tahun lalu dan kerap mengkritik Trump.
Dinilai sebagai strategi yang diperhitungkan Trump untuk menyemangati pendukungnya demi kepentingan Pilpres 2020, pada Jumat lalu Trump mengatakan kepada empat perempuan ini, yang terlibat perdebatan dengan Ketua DPR Nancy Pelosi, agar menghormati Pelosi. Kemudian serangannya dilanjutkan melalui serangkaian cuitan di Twitter pada Minggu pagi yang meminta keempat perempuan ini kembali ke negara asal nenek moyang mereka.
"Sejauh yang saya khawatirkan jika Anda membenci negara kami, jika Anda tidak bahagia di sini, Anda bisa pergi," kata Trump di Gedung Putih saat ditanya terkait cuitannya, Senin lalu.
Ditanya apakah dia khawatir banyak orang menyambut baik cuitannya dan menjadi alasan bagi kelompok nasionalis kulit putih, Trump berkata: "Itu tidak menjadi masalah bagi saya karena banyak orang sepakat dengan saya. Yang saya sampaikan, mereka ingin pergi, mereka bisa pergi. Sekarang, perkataan saya tidak mengatakan pergi selamanya. Dikatakan pergi jika Anda mau."
Pada hari Selasa, Trump kembali mencuit bahwa cuitan sebelumnya bukanlah pernyataan rasial tetapi pernyataan dari empat perempuan tersebut yang rasial. Dia juga keliru mengklaim mereka antisemit dan mendukung Alqaida.
Pada Senin malam, The Squad mengadakan konferensi pers, menyerukan warga AS tidak "terganggu" dengan pernyataan Trump.
"Dia sangat senang memecah negara kita berdasarkan ras, agama, jenis kelamin, orientasi, atau status imigrasi," kata Omar.
Secara praktis, resolusi tersebut kemungkinan tidak akan mengubah bahasa atau tindakan Trump. Namun dapat berdampak pada pemilihan 2020.
Sejak Trump melancarkan serangan rasialnya, hanya sedikit anggota Partai Republik yang menanggapi. Pengamat menilai Trump memiliki pengaruh kuat dalam partai, politikus Republik takut berbicara untuk menentangnya.
Pada Selasa, tak lama setelah DPR meloloskan resolusi, anggota kongres Al Green dari Texas, kembali mengajukan pasal pemakzulan terhadap Trump. Ini adalah ketiga kalinya sejak Trump menjabat pada 2017.
Green menilai Trump tidak layak mempertahankan cita-cita membuat Amerika kembali menjadi negara hebat.
"Apa yang Anda lakukan ketika pemimpin dunia yang merdeka itu rasis. Apa yang Anda lakukan? Anda mengajukan pasal pemakzulan, memakzulkan presiden Amerika Serikat," tegasnya.
Baca juga:
Minggu Pagi Ketika Trump Menuangkan Minyak ke Kobaran Api Rasial
Diserang Trump, Empat Perempuan Anggota Kongres: Kami Tak Akan Diam
Melania Trump Bungkam Suaminya Serang Anggota Kongres Perempuan dengan Pernyataan Ras
Donald Trump Serang Anggota Kongres Perempuan dengan Pernyataan Rasial
Teori Rasis, Hubungan Terorisme di Selandia Baru dan Presiden Donald Trump