Fokus di ASEAN, ISIS paling gencar rekrut imigran Rohingya
Jaringan lama Abu Sayyaf dan JI kembali aktif. Ancaman ISIS tak bisa lagi diabaikan RI, Filipina, atau Malaysia
Pengamat terorisme internasional memperkirakan Negara Islam Iran dan Syam (ISIS) kini berkonsentrasi merekrut jihadis dari Asia Tenggara. Selain warga Indonesia, imigran Rohingya jadi sasaran bujuk rayu militan agar mau berangkat atau dilatih menjadi jaringan teroris.
Dalam perkiraan terbaru, lebih dari 10 ribu simpatisan ISIS tersebar di Indonesia, Malaysia, Filipina, maupun Thailand. Colin Clarke, pengamat dari Lembaga RAND, menyatakan informasi yang dia terima ada aktivitas ekstra jaringan ISIS di kawasan ASEAN.
-
Apa yang dilakukan Rohingya ini? Anggota Polsek Panipahan menemukan 11 orang Rohingya dan 11 Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan menyebrang ke Malaysia secara ilegal.
-
Kenapa pengungsi Rohingya datang ke Indonesia? Para pengungsi itu kabur dari Cox's Bazar di Bangladesh, tempat penampungan terbesar warga Rohingya yang kabur dari Myanmar.
-
Di mana pengungsi Rohingya di Aceh berlabuh? Pantai di Pidie, Bireuen, Aceh Timur, dan Sabang yang menjadi tempat mereka bersandar.
-
Apa yang dilakukan oleh warga Rohingya di Pekanbaru? Mereka tiba tadi malam dan mengaku tidak tahu siapa yang membawa. Polisi mengamankan sebanyak 13 orang etnis Rohingya yang masuk wilayah Kota Pekanbaru, Riau. Mereka terlantar di jalan protokol yakni di pinggir Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru.
-
Dimana Rohingya itu ditemukan? Anggota Polsek Panipahan menemukan 11 orang Rohingya dan 11 Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan menyebrang ke Malaysia secara ilegal.
-
Bagaimana situasi Rohingya di Bangladesh? Pemerintah Bangladesh telah berupaya untuk menangani masalah keamanan ini dengan meningkatkan patroli dan keamanan di sekitar kamp-kamp pengungsian.
"Setelah berhasil melebarkan sayap di Afrika Utara, Asia Tenggara adalah sasaran logis bagi ISIS untuk melebarkan sayap," ujarnya seperti dilansir the Daily Mail, Kamis (13/8).
Imigran Rohingya paling rentan. Ada 3.500 pengungsi yang kini terkatung-katung di Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Diperkirakan 2.500 lainnya siap melaut untuk kabur dari Myanmar. "Dengan menawarkan insentif ekonomi, Al Qaidah dan ISIS sudah menjajaki kemungkinan merekrut (Rohingya)," kata pengamat terorisme Rohan Gunaratna.
Untuk rekrutmen non-Rohingya di ASEAN, sel-sel yang dipakai sebagian adalah pemain lama. Bekas militan Jamaah Islamiyah, Abu Sayyaf, serta Pasukan Bangsa Moro (MILF) digaet oleh utusan ISIS.
Faktor paling mengkhawatirkan, pengawasan negara-negara ASEAN terhadap penjara yang menampung tahanan radikal sama-sama lemah. Di Filipina maupun Indonesia, justru rekrutmen paling masif muncul dari penjara.
"Solidaritas tahanan terorisme di Asia Tenggara untuk menyebarkan gagasan sedang meningkat setahun terakhir," kata Peter Chalk, pengamat terorisme asal AS.
Tokoh perekrut ISIS, kini masuk daftar Badan Intelijen Negara serta Badan Nasional Penanggulangan Terorisme adalah Salim Mubarok. Jumlah WNI yang berangkat ke Suriah ataupun Irak masih di bawah 1.000 orang, tapi terus bertambah.
Lporan dari Institute for Policy Analysis of Conflict, situasi mengkhawatirkan juga muncul dari selatan Filipina. Tahun lalu, lebih dari 100 pemuda muslim asal Mindanao berangkat ke Timur Tengah menjadi jihadis.
Chalk punya data lain yang patut diwaspadai. Pelatihan ISIS tak mengharuskan setiap jihadis bertahan di Irak atau Suriah. Sebagian pun diperintahkan kembali ke negaranya masing-masing untuk memperluas pengaruh khilafah. Dalam hal ini, adanya 39 warga Malaysia yang bergabung dengan ISIS, dari dugaan awal 150, memicu potensi terorisme individu.
"Untuk negara berpenduduk 30 juta jiwa, kembalinya sel kecil kemampuan teror jelas berbahaya," tuturnya.
Bahaya ISIS yang mengancam ASEAN sudah diutarakan Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, pekan lalu. Dia menyatakan perlu ada upaya ekstra keras dari seluruh negara di kawasan untuk menangkal pengaruh militan khilafah yang semakin agresif merekrut anggota.
"Ancaman itu sudah jelas terjadi di kawasan kita, inilah alasan Singapura menangani terorisme, terutama ISIS, sangat serius," kata Loong.
Indonesia selama beberapa bulan terakhir dikejutkan oleh propaganda ISIS yang semakin ekstrem. Dalam foto yang viral sepekan lalu, seorang bayi menjadi simbol mengajak warga mendukung ISIS.
"om dan tante ayo hijrah atau berjihad di tempatnya, dari calon teroris Yahya Indonesia," seperti terlihat dari kertas yang diletakkan di atas bayi lelaki.
(mdk/ard)