Hasil Penelitian: Vaksin Covid-19 Tidak Membahayakan Plasenta
Tidak ada dasar biologis di balik klaim yang beredar di media sosial yang menyebut vaksin Covid-19 dapat merusak atau membahayakan plasenta, organ yang menyediakan oksigen dan nutrisi bayi selama kehamilan.
Tidak ada dasar biologis di balik klaim yang beredar di media sosial yang menyebut vaksin Covid-19 dapat merusak atau membahayakan plasenta, organ yang menyediakan oksigen dan nutrisi bayi selama kehamilan.
“Tidak ada alasan teoretis untuk percaya bahwa vaksin ini akan berbahaya,” jelas Dr Richard Beigi, yang duduk di Kelompok Kerja Ahli Imunisasi, Penyakit Menular, dan Kesehatan Masyarakat dari American College of Obstetricians and Gynecologists, kepada CNN dalam sesi Tanya Jawab.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Apa itu Vaksin Herpes Zoster? Vaksin Herpes ZosterSangat penting bagi masyarakat untuk melakukan pencegahan dengan mendapatkan vaksin Herpes Zoster. Hal ini agar kondisi seperti yang dijelaskan sebelumnya bisa dicegah. Vaksin Herpes Zoster sendiri perlu didapatkan oleh kelompok usia 50 tahun ke atas.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kenapa bentuk kapsid virus berbeda-beda? Bentuk kapsid sangat bergantung pada jenis virusnya. Kapsid virus bisa berbentuk bulat, polihedral, heliks, atau bentuk lain yang lebih kompleks. Kapsid tersusun atas banyak kapsomer atau sub-unit protein.
“Tidak pernah ada vaksin yang dikaitkan dengan infertilitas,” lanjutnya, dikutip dari CNN, Rabu (12/5).
Namun itu tidak menghentikan penyebaran informasi yang salah yang dapat menimbulkan ketakutan dan menyebabkan ibu hamil ragu untuk divaksinasi.
“Kami telah mencapai tahap dalam distribusi vaksin di mana kami melihat keragu-raguan vaksin, dan keragu-raguan ini disampaikan orang hamil,” kata Dr. Emily Miller, asisten profesor kebidanan dan ginekologi di Northwestern Medicine, dalam sebuah pernyataan.
Dalam sebuah penelitian baru yang diterbitkan Selasa, Miller dan timnya di Northwestern memastikan vaksin Covid-19 tidak membahayakan plasenta dan tidak memberi dampak negatif pada kehamilan.
“Tim kami berharap data ini, meskipun masih awal, dapat mengurangi kekhawatiran tentang risiko vaksin untuk kehamilan,” lanjut Miller, salah satu penulis penelitian tersebut.
Para penulis mengatakan, penelitian yang diterbitkan Selasa di jurnal Obstetrics & Gynecology itu adalah yang pertama meneliti dampak vaksin Covid-19 pada plasenta.
Sebagai organ pertama yang terbentuk selama kehamilan, plasenta sangat penting untuk perkembangan janin karena plasenta menyediakan oksigen ke jaringan janin saat paru-paru berkembang, dan memberi nutrisi saat saluran pencernaan terbentuk. Selain itu, plasenta menghasilkan hormon yang dibutuhkan dan meneruskan antibodi pada akhir kehamilan untuk melindungi bayi setelah lahir.
“Plasenta seperti kotak hitam di pesawat terbang. Jika ada yang tidak beres dengan kehamilan, biasanya kita melihat perubahan pada plasenta yang dapat membantu kita mengetahui apa yang terjadi,” jelas penulis lainnya, Dr Jeffery Goldstein, asisten profesor patologi di Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern Feinberg dalam sebuah pernyataan.
Miller dan Goldstein memeriksa plasenta dari 84 perempuan yang divaksinasi dan 116 perempuan yang tidak divaksinasi yang melahirkan di salah satu rumah sakit di Chicago. Selain mencari kelainan, tim juga mencari bukti aliran darah abnormal, yang sebelumnya telah dilaporkan pada pasien hamil yang dinyatakan positif Covid-19.
Penulisnya melihat "tidak ada peningkatan insiden" dari masalah aliran darah atau lesi atau malformasi plasenta pada perempuan yang mendapat vaksin versus mereka yang tidak divaksinasi.
“Internet telah memperkuat kekhawatiran bahwa vaksin tersebut dapat memicu respons imunologis yang menyebabkan ibu menolak janinnya,” kata Goldstein dalam sebuah pernyataan.
“Penemuan ini membuat kami percaya bahwa itu tidak terjadi,” lanjutnya.
“Dari apa yang kami ketahui, vaksin Covid tidak merusak plasenta,” tegasnya.
Risiko infeksi Covid-19 untuk perempuanhamil termasuk reaksi serius, bahkan kematian, dan peningkatan risiko kelahiran prematur untuk bayi mereka, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau CDC.
Sebuah penelitian baru-baru ini terhadap perempuan dengan diagnosis Covid-19 dari 18 negara berbeda menemukan bahwa mereka berisiko lebih tinggi untuk mengalami efek samping seperti preeklamsia, infeksi, dirawat di ICU, dan kematian.
Risiko kematian perempuan hamil dengan Covid-19 adalah 1,6 persen, yang 22 kali lebih tinggi daripada perempuan hamil yang tidak terinfeksi, menurut penelitian tersebut.
Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi virus corona juga berisiko lebih tinggi mengalami kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah.
Kebutuhan untuk melindungi calon ibu dan bayinya yang belum lahir dari risiko Covid-19 membuat kelompok medis utama di Amerika Serikat mendesak perempuan untuk mempertimbangkan vaksinasi.
“Sebenarnya tidak ada alasan teoretis untuk percaya bahwa hal itu akan membahayakan ibu atau anaknya yang belum lahir, dan kami sangat yakin ini akan memberikan manfaat yang besar bagi ibu dan bayinya,” kata Beigi dari ACOG.
Sebuah penelitian sebelumnya oleh Miller dan Goldstein yang diterbitkan pada April menemukan perempuan hamil yang divaksinasi Covid-19 berhasil membuat dan mentransfer antibodi ke bayi mereka yang sedang tumbuh.
Faktanya, perempuan yang divaksinasi pada awal trimester ketiga memiliki kesempatan lebih baik untuk memberikan antibodi pelindung kepada bayi mereka daripada perempuan yang divaksinasi mendekati tanggal persalinan.
“Kami mulai beralih ke kerangka kerja melindungi janin melalui vaksinasi, bukan dari vaksinasi,” kata Miller.
(mdk/pan)