Gejala DBD Berubah pada Penyintas Covid-19, Sejauh Apa Bahayanya?
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, perubahan gejala tersebut akibat pengaruh reaksi imunologi.
Setelah pandemi Covid-19, terjadi perubahan gejala Demam Berdarah Dengue (DBD).
Gejala DBD Berubah pada Penyintas Covid-19, Sejauh Apa Bahayanya?
Setelah pandemi Covid-19, terjadi perubahan gejala Demam Berdarah Dengue (DBD). Khususnya pada mereka yang pernah terjangkit Covid-19 atau penyintas Covid-19.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, perubahan gejala tersebut akibat pengaruh reaksi imunologi.
Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengakui, ada perubahan gejala DBD setelah pandemi Covid-19. Perubahan gejala penyakit itu mulai terlihat di Jawa Barat.
Dia mengambil contoh, pasien DBD kini mengalami demam yang lebih panjang, tak ada bintik merah, dan mimisan ketika trombositnya di bawah 100.000 per mikrolter.
"Memang ada perubahan (gejala DBD) setelah pandemi,"
kata Dicky melalui pesan elektronik, Jumat (3/5).
merdeka.com
Menurut Dicky, risiko buruk akibat perubahan gejala DBD ini bersifat relatif. Tergantung pada penanganan yang dilakukan tenaga kesehatan.
"Kalau enggak ada mimisannya lebih aman. Tapi yang bisa menjadi risiko adalah ketika dokter atau tenaga kesehatan masih merujuk pada pola-pola atau pun gejala-gejala yang lama. Ini jadi luput bahkan salah diagnosa," jelas Dicky.
Kemenkes mengonfirmasi adanya sejumlah perubahan gejala penyakit DBD pada tubuh seseorang yang pernah terjangkit Covid-19 karena pengaruh reaksi imunologi.
"Hal ini memang terkait perubahan reaksi imunologi yang terjadi pada tubuh seseorang yang pernah terinfeksi Covid-19," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes Imran Pambudi, Jumat (3/5).
Menurut Imran, Kemenkes memperoleh beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi Covid-19. Salah satunya datang dari Kota Bandung, Jawa Barat.
Dinas kesehatan setempat mendeteksi tanda-tanda DBD yang tidak biasa dikenali pada pasien. Seperti tidak ada gejala bintik merah dan mimisan yang selama ini menjadi pertanda serius di kalangan penderita DBD.
Imran menyebut bintik merah dan mimisan usai digigit nyamuk Aedes aegypti sebagai gejala klasik yang tidak selalu muncul pada penderita DBD di era endemi sekarang.
Pada kasus demam berdarah, bintik merah biasanya timbul pada hari ketiga dan berlangsung selama dua hingga tiga hari berikutnya. Bintik akan berkurang pada hari keempat dan kelima, lalu hilang pada hari keenam.
"Gejala tanda merah di kulit dan mimisan adalah gejala klasik yang timbul saat trombosit kurang dari 100.000 per mikrolter," katanya.
Gejala terbaru lainnya yang juga menandai DBD, kata Imran, adalah demam yang tak kunjung mereda, dari sebelumnya berkisar empat hingga 10 hari setelah gigitan nyamuk.
Dikatakan Imran alat diagnostik DBD di Indonesia saat ini relatif lebih maju dalam mendeteksi secara akurat DBD, salah satunya menggunakan rapid antigen (NS1).
"Sehingga kita tidak menunggu gejala-gejala klasik itu muncul yang kadang malah membuat keterlambatan penanganan. Bila ada demam tinggi disertai nyeri-nyeri badan agar segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan untuk dicek menggunakan NS1,"
katanya.
merdeka.com