Hentikan Ransomware, peselancar ini direkrut pemerintah Inggris
Marcus menyebut bisa jadi di lain waktu virus ini bisa kembali menyebar setelah diutak-atik pembuatnya.
Marcus Hutchins (22) merupakan salah satu orang berhasil menyelamatkan Inggris dari virus Ransomware yang menyerang sistem siber dunia. Karena kehebatannya itu, dia kini bekerja sama dengan Pusat Keamanan Siber Nasional Negeri Inggris. Tujuannya untuk mencegah serangan siber global ini kembali terjadi.
Dilansir dari surat kabar Mirror, Senin (15/5), pemuda yang menyukai pizza dan selancar ini berhasil menghentikan penyebaran virus siber tersebut dari rumah orangtuanya di selatan Inggris. Hutchins menghentikan virus itu hanya dalam beberapa jam.
Hutchins yang dikenal dengan nama daring 'Malware Tech' menyebutkan kemungkinan serangan siber akan kembali pada akhir pekan.
"Saya tidak begitu khawatir dengan surat elektronik. Namun biasanya ransomware akan menembus 'backdoor' dan kami masih belum memperbaikinya sebelum itu (virus) membunuhnya," tutur pemuda 22 tahun itu.
"Ada kemungkinan seseorang bisa meretas sistemnya kembali," imbuh dia.
Hutchins menyebutkan, ada kemungkinan hari ini virus tersebut kembali menyerang sistem siber dunia. Dan hal tersebut akan terus dia informasikan kepada semua orang.
Salah satu teman pemuda itu menyebutkan, Hutchins menghapuskan virus menggunakan whizzkid, panggilan pemuda tersebut untuk komputernya.
Sementara itu, pendiri Fidus Information Security, Kurtis Baron menyebutkan, penarikan Hutchins bekerja sama dengan lembaga siber pemerintah bukanlah sebuah pekerjaan baginya.
"Ini bukan pekerjaan bagi dia, tapi lebih merupakan gairahnya," ucap Baron.
Merujuk data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), serangan siber ini bersifat tersebar dan massif serta menyerang sumber daya sangat penting. Di Indonesia, korban serangan siber itu adalah RS Harapan Kita dan RS Dharmais.
Serangan siber yang menyerang Indonesia berjenis ransomware. Ransomware adalah sebuah jenis malicious software atau malware yang menyerang komputer korban dengan cara mengunci komputer korban atau meng-encrypt semua file yang ada sehingga tidak bisa diakses kembali.
Tahun ini sebuah jenis ransomware baru telah muncul dan diperkirakan bisa memakan banyak korban. Ransomware baru ini disebut Wannacry. Wannacry ransomware mengincar PC berbasis windows yang memiliki kelemahan terkait fungsi SMB yang dijalankan di komputer tersebut.
Baca juga:
Korut dituding dalang serangan siber WannaCry
4 Alternatif OS Windows yang lebih aman dari serangan ransomware
Microsoft soal WannaCrypt: Segera aktifkan Windows Update
Indonesia ikut kena serangan siber, bagaimana cara penyebarannya?
Begini parahnya serangan siber diterima Indonesia
-
Apa itu Ransomware? Dikutip dari situs Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kemenkeu, Ransomware pertama kali muncul pada awal tahun 1990-an dan dikenal sebagai "AIDS Trojan" atau "PC Cyborg".
-
Kapan serangan ransomware WannaCry terjadi? Salah satu permintaan tebusan terbesar terjadi pada Serangan ransomware WannaCry pada Mei 2017 silam yang menyebar secara global melalui komputer dengan sistem windows.
-
Apa itu ransomware? Ransomware adalah varian malware yang secara khusus menargetkan file dan sistem dengan mengenkripsinya menggunakan protokol yang tidak dapat dibobol tanpa kunci dekripsi yang benar.
-
Kenapa perangkat bisa terserang ransomware? Ransomware adalah jenis malware yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kerugian signifikan pada perangkat komputer dan jaringan. Berikut beberapa penyebab umum perangkat terserang ransomware: Phishing, Kelemahan Keamanan Software, Akses Jarak Jauh yang Tidak Aman, Lemahnya Penggunaan Password, Kurangnya Kesadaran Keamanan Pekerja yang Melakukan Pekerja dari Rumah (WFH), Pengunduhan Drive-by, Lemahnya Penggunaan Backup.
-
Bagaimana serangan ransomware itu terjadi? Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian menyebut serangan ransomware itu merupakan jenis baru dari pengembangan lockbit 3.0.
-
Apa dampak yang ditimbulkan dari serangan ransomware? Serangan ransomware dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan, gangguan operasional, dan hilangnya data penting.