Indonesia Diprediksi Punya Warisan Budaya Musik Klasik Berusia 1.200 Tahun
Candi Borobudur melalui relief-reliefnya menyimpan banyak catatan sejarah yang patut ditelisik dan dipelajari. Salah satunya adalah terkait alat musik klasik.
Candi Borobudur melalui relief-reliefnya menyimpan banyak catatan sejarah yang patut ditelisik dan dipelajari. Salah satunya adalah terkait alat musik klasik. Alat musik klasik selama ini identik dengan penemuan bangsa Barat di benua Eropa. Tapi di Indonesia juga diprediksi memiliki warisan budaya musik klasik yang usianya jauh lebih tua dari musik klasik Eropa.
Hal inilah yang saat ini tengah dikembangkan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI bersama para musisi. Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid menyampaikan, musik klasik di Barat lahir sekitar 400 tahun yang lalu.
-
Di mana Candi Borobudur terletak? Candi Borobudur merupakan salah satu bangunan kuno nan ikonik di Indonesia. Terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
-
Kapan Candi Borobudur dibangun? Dibangun pada abad ke-9, Borobudur dikenal sebagai salah satu situs bersejarah terbesar dan paling indah di dunia.
-
Kapan Festival Lampion di Candi Borobudur diadakan? Mengutip untar.ac.id, perayaan Waisak bertepatan pada bulan purnama di Bulan Vaisakha.
-
Kapan Ganjar Pranowo menemani Kaisar Jepang berkeliling Candi Borobudur? Pada Kamis (22/6), Kaisar Jepang, Hironomiya Naruhito berkunjung ke Candi Borobudur.
"Ini hasil kombinasi dari berbagai macam alat di seluruh daratan Eropa, dan dikombinasi sehingga menjadi musik klasik yang kita nikmati sekarang. Borobudur 1.200 tahun yang lalu pernah memiliki himpunan alat-alat musik yang artinya untuk masyarakat saat itu sudah menjadi sesuatu yang mapan. Hanya saja kita terputus dengan tradisi itu sehingga sekarang ini kita tidak mengenal bunyinya orkestra klasik Borobudur itu," jelasnya dalam pembukaan United Nations Day di Perpustakaan Nasional, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (2/12).
Hilmar mengatakan saat ini para musisi berinisiatif mengumpulkan, membuat, dan merekonstruksi kembali seluruh orkestra yang terdapat dalam relief candi untuk dimainkan. Targetnya orkestra Borobudur ini akan ditampilkan tahun depan.
"Insyaallah kalau semuanya lancar tahun depan kita bisa menampilkan orkestra Borobudur. Ini untuk pengembangan yang saya kira kemungkinan-kemungkinan yang akan muncul darinya (Borobudur) itu tidak terbatas," jelasnya.
"Kalau musik klasik yang lahir di Eropa maka menghasilkan begitu banyak hal baik di dunia ini, kita juga cukup yakin bahwa pada Desa Borobudur yang 1.200 tahun umurnya bisa juga memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi dunia," lanjutnya.
Sumber Informasi Tiada Habisnya
Hal ini menjadi bagian dari upaya pengembangan warisan budaya dunia. Borobudur adalah salah satu warisan budaya dunia yang ditetapkan UNESCO. Hilmar mengatakan, berbicara soal warisan budaya dunia tak hanya berkaitan dengan perlindungan yang erat kaitannya dengan biaya pemeliharaan tapi juga bagaimana upaya pengembangan dan pemanfaatan.
"Bagaimana cara mengembangkan dan memanfaatkan warisan budaya yang kita miliki? Kalau misalnya kita lihat Borobudur sebagai situs bangunan fisik, yang ramai dikunjungi orang, tapi kalau kita mau lihat lebih dalam soal pengembangan informasinya maka sebetulnya kita berangkat pada sebuah perpustakaan raksasa," jelasnya.
Dalam relief-reliefnya terkandung informasi yang luar biasa banyak. Termasuk juga jika dilihat dari arsitektur, cara membangun dan lainnya.
"Jadi itu cerita yang tak pernah ada habisnya yang bersumber dari satu monumen itu. Dan pengembangan di sini berarti kita menelaah apa arah informasi yang terkandung di dalam candi Borobudur dan mungkin itu bermanfaat dan efektif buat kita hari ini. Dan ternyata kita mendapatkan banyak sekali hal," jelasnya.
Sejak Borobudur terdaftar menjadi warisan budaya dunia sejak puluhan tahun lalu, sampai sekarang banyak informasi-informasi baru yang bisa didapatkan dari bangunan megah candi Buddha tersebut. Khususnya informasi yang berkaitan dengan kebajikan dan kearifan pada masa itu. Salah satunya terkait orkestra musik.
"Misalnya saja musik. Di dalam relief itu ada 48 alat musik. Yang menurut hemat saya sangat penting secara universal," jelasnya.
Fokus Pada Narasi
Hilmar Farid menyampaikan, terkait pemanfaatan situs warisan budaya dunia, umumnya situs-situs ini menjadi data tarik pariwisata. Ke depan, pihaknya akan fokus pada narasi mengenai situs tersebut. Hal ini juga erat kaitannya dengan perdamaian dunia dan pembangunan berkelanjutan 2030.
"Peace, karena sebetulnya kenapa warisan dunia itu penting di dalam masyarakat sebagai pengingat bahwa ini adalah monumen yang tidak lekang oleh waktu, pembangunan boleh jalan, perubahan terjadi di dalam masyarakat kita selama 1200 tahun dia tetap utuh dan bisa berdiri," jelasnya.
Hal yang sangat menarik, lanjutnya, Borobudur adalah candi Buddha yang kini berdiri megah di tengah masyarakat yang mayoritas muslim. Ini bisa ditunjukkan pada dunia sebagai simbol perdamaian.
"Tidak ada simbol yang lebih baik tentang perdamaian dan pengertian toleransi daripada itu dan ini harusnya kita narasikan terus menerus sehingga Borobudur tidak hanya menjadi sebuah situs yang menarik secara visual tapi juga sangat penting secara kultural. Dan upaya-upaya seperti ini ke depan kita harapkan tentu akan bisa mengubah cara kita memperlakukan warisan dunia ini bisa juga menggeser sedikit makna atau pengertian kita mengenai pembangunan," pungkasnya.
(mdk/pan)