Ini 4 senjata maut Rusia buat habisi ISIS di Suriah
Rusia pasang target 5 bulan ISIS harus musnah. Per hari 300 serangan udara dijalankan di Suriah
Federasi Rusia mulai awal Oktober resmi terjun memerangi Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). Pangkalan udara di Heymin, Suriah, menjadi titik utama pengiriman jet Sukhoi SU-25 buat membombardir markas-markasmilitan khilafah yang dianggap merongrong sekutu mereka, Presiden Suriah Basyar al-Assad.
Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menuding operasi militer Rusia di Suriah lebih banyak bertujuan mengamankan posisi Assad. Sejak awal Oktober, menurut intelijen AS, lebih dari 90 persen target yang dibom jet tempur Rusia justru basis kelompok pemberontak Sunni.
-
Apa yang terjadi pada Bule Rusia tersebut? Bule tersebut, saat diamankan di Kantor Satpol PP Kota Denpasar, Bali, sempat membuka pakaian dan celananya hingga telanjang dan sempat memanjat pintu sel. "Mungkin dia depresi. Iya (Telanjang) saat baru di ruangan karena depresi ngamuk-ngamuk buka baju itu mungkin, di ruangan binaannya," kata Kepala Satpol PP Kota Denpasar, AA Ngurah Bawa Nendra saat dikonfirmasi, Kamis (31/8).
-
Bagaimana Bule Rusia tersebut diamankan? Bule tersebut, diketahui linglung di Lapangan Puputan, Badung, Kota Denpasar, pada Rabu (30/8) kemarin sekitar pukul 20:39 WITA.
-
Mengapa dunia khawatir dengan Rusia? Namun, perhatian dunia saat ini sepenuhnya tertuju pada Rusia seiring dengan invasinya ke Ukraina.
-
Kenapa Bule Rusia tersebut diamankan? Seorang perempuan warga Negara Asing (WNA) asal Rusia bernama Xenia (25) diamankan oleh Satpol PP Kota Denpasar, diduga depresi dan mengalami gangguan jiwa.
-
Kapan Atraksi Grup Sirkus Rusia di PIM 2 Jakarta berlangsung? Personel grup sirkus asal Rusia, The Nikolaevs melakukan atraksi akrobatik Flying Trapeze di Atrium Utama Mal Pondok Indah 2, Jakarta, Minggu (30/6/2024).
-
Apa yang ditampilkan oleh Grup Sirkus Rusia di PIM 2 Jakarta? Personel grup sirkus asal Rusia, The Nikolaevs melakukan atraksi akrobatik Flying Trapeze di Atrium Utama Mal Pondok Indah 2, Jakarta, Minggu (30/6/2024). Pertunjukan akrobatik Flying Trapeze ini diadakan dalam rangka merayakan libur sekolah.
Laporan ini berbeda dari janji Presiden Vladimir Putin yang beralasan mengirim bermacam alutsista ke Suriah untuk menghancurkan militan (ISIS) serta teroris lainnya.
Dubes Rusia membantah bila serangan di Suriah membunuh warga sipil dan anak kecil, maupun lebih banyak menyerang markas pemberontak Suriah. Dia menuding isu-isu itu dilontarkan oleh media Barat.
"Kami sangat kecewa akan pemberitaan tersebut. Padahal pasukan militer kami selalu memberi penjelasan seterbuka mungkin terkait apa yang telah kami lakukan dan target apa yang akan dilumpuhkan," tutur Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Galuzin, di kediamannya di Jakarta Selatan, dua pekan lalu.
Lebih jauh dikatakan bahwa militer Rusia memasang target lima bulan untuk menghabisi ISIS. Awal pekan ini, petinggi militer Negeri Beruang Merah memastikan serangan udara digelar 300 kali per hari, menyasar instalasi vital ISIS. Artinya, alutsista yang dikerahkan Rusia tentu tak main-main untuk menggelar operasi skala massif seperti itu.
Berikut deretan senjata maut Rusia untuk habisi ISIS di Suriah yang dikumpulkan merdeka.com dari berbagai sumber:
Kirim 28 jet tempur varian Sukhoi
Untuk menenangkan konflik Suriah yang berlarut-larut, Rusia menambah armada pesawat tempurnya menjadi 28 unit.
Kendati demikian, pihak Moscow tidak menampik pemberitaan tersebut dan mengakui telah meningkatkan kehadiran mereka di daerah konflik tersebut.
"Ada 28 pesawat tempur dan pesawat pembawa bom di pangkalan udara Provinsi Latakia, Suriah," seru pejabat AS yang tak disebutkan namanya itu, seperti dilansir dari Channel News Asia, Selasa (22/9).
Beberapa pekan terakhir pihak Washington sendiri sangat mengkritik tindakan Rusia tersebut, dalam aksinya mendukung rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad yang menghambat perdamaian di Suriah.
Pejabat kelas dua AS juga mengatakan bila ada 20 jet tempur Rusia dan Helikopter yang terpampang. Tidak hanya itu, Rusia juga mengoperasikan sejumlah Drone, namun tidak memberi keterangan lebih jauh fungsi pesawat tanpa awak tersebut.
Menurut penuturan pemerintah Rusia, 12 Pesawat tempur jenis SU-24, 12 Pesawat tempur jenis SU-25, dan empat pesawat patroli telah beroperasi di Suriah.
"Kehadiran mereka bukan bertujuan untuk mengelilingi (berpatroli) dan membela lapangan terbang di provinsi Latakia, Suriah, namun lebih ditujukan bila Rusia ingin berperan dalam penyerangan di daerah terkait," tutur Jeffrey White, analis dari Institut Washington.
Kerahkan ratusan tank T-90
Rusia diberitakan telah mengirim tank dan pasukan artileri mereka ke Suriah, lapor pihak resmi Amerika Serikat. Diakui aksi mereka adalah untuk mematikan titik potensial kelompok militen ISIS, namun pihak AS mencurigai bila keterlibatan Rusia di Suriah adalah sebagai dukungan terhadap rezim Presiden al Assad.
"Sekurangnya tujuh tank type T-90s yang mana jenis paling modern Rusia sudah berada di Pangkalan Udara Latakia di pinggir Mediterania," tutur seorang  pihak resmi AS yang tidak disebutkan namanya kepada AFP, seperti dilansir dari the Guardian, Senin (14/9).
Bersamaan dengan itu, Ratusan bala tentara Rusia juga sudah disiapkan di Latakia, dengan sejumlah rumah berjalan yang memuat 1,500 orang. Masih di hari yang sama, Juru Bicara Pentagon, Â Kapten Angktan Laut Jeff Davis, mengatakan bila pasukan Rusia sudah siap menerima mandat yang turun langsung dari Moscow untuk oprasi militer udaanya.
Spetsnaz diterjunkan berbekal rompi pelindung nano
Setelah sebelumnya diberitakan bila Rusia telah memasok tujuh tank terbaiknya di Suriah, kini negara Beruang Merah kembali mengirim Spetsnaz, pasukan khusus mereka demi perangi pasukan pemberontak. Spetnaz kini telah dibekali seragam rompi pelindung teknologi nano.
Kendati begitu, Rusia masih menyelimuti bila apa yang mereka lakukan semata untuk melawan kelompok teror militan seperti ISIS.
"Mandat pengirimian Spetsnaz diturunkan langsung oleh Presiden Vladimir Putin, kehadiran mereka di medan Suriah bukan untuk perlindungan namun lebih ke serangan ke titik misi dan memusnahkan target," sebut korespomden Daily Mirror, Chris Hughes, seperti dikutip dari koran the Daily Mail, Selasa (6/10).
Spetsnaz diketahui bergabung dalam Serangan Udara Divisi Gunung ke-7. Reputasinya yang mengerikan dalam menumpas target serta menyelesaikan misinya melawan jihadis di Chechnya.
Kerahkan monster peluncur rudal Blazing Sun
Federasi Rusia mengirim peluncur rudal jenis TOS-1A yang diberi kode 'Blazing Sun' ke garis depan di Suriah. Senjata ini disebut-sebut mampu menghancurkan delapan kompleks menara apartemen sekali serang.
Express.co.uk melaporkan, Minggu (18/10), senjata raksasa ini rencananya dipakai untuk menyerang basis militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Peluncur rudal ini bisa mengirim 30 misil sekali tembak. "Oksigen akan vakum di sekitar daerah sasaran setelah diledakkan," kata salah satu wartawan Rusia yang pernah melihat uji coba Blazing Sun.
Rusia terakhir kali menggunakan Blazing Sun untuk menyerbu markas pejuang muslim Chechnya pada 1999. Konon prototipe Blazing Sun juga muncul saat Soviet menginvasi Afghanistan satu dekade sebelumnya.
Negeri Beruang Merah bersikap agresif pada ISIS setelah menyatakan terlibat melindungi sekutunya, Presiden Suriah Basyar al-Assad, mulai awal bulan ini. Setidaknya 40 titik yang disinyalir gudang logistik ISIS ditembak oleh tim jet tempur Sukhoi Su-34.
mun, Amerika Serikat menuding Rusia bukan cuma menghabisi ISIS. Serangan jet tempur Sukhoi justru banyak mengarah ke markas Tentara Pembebasan Suriah, kelompok pemberontak Assad yang didanai AS. Negeri Paman Sam sekaligus menuding serangan Rusia menelan korban jiwa warga sipil Suriah. Kementerian Luar Negeri Rusia membantah tudingan Amerika Serikat.
Merujuk perkembangan terbaru, lembaga independen pemantau HAM Suriah memastikan 40 personil ISIS tewas akibat serangan udara intensif Rusia akhir pekan lalu. Iring-iringan 16 kendaraan ISIS di Kota Hama itu dihajar rudal jet tempur.
Dalam serangan berbeda, yang digalang Koalisi Barat pimpinan AS, pemimpin Al Qaidah tewas. Sanafi al-Nasr, warga Arab Saudi sekaligus penyalur dana terkemuka bagi al-Qaidah, berada di Suriah untuk membantu Front Al Nusra. Kelompok ini adalah minoritas yang ikut mengacau situasi politik Suriah. Sanafi tewas dalam serangan di barat laut Suriah, pada Kamis (15/10).
(mdk/ard)