Ini Pengakuan Pilot Pernah Terbangkan Boeing 737 MAX Sebelum Ethiopian Airlines Jatuh
Menurut Aviation Safety Reporting System (ASRS) yang dikelola oleh NASA, catatan salah satu pilot dari insiden pada November 2018 -- hanya beberapa minggu setelah Lion Air jatuh, mengatakan pesawat mengalami pitched nose down, kondisi ketika hidung pesawat miring dan menukik selang dua hingga tiga detik.
Usai jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perairan Karawang lima bulan lalu, pesawat Boeing 737 MAX kembali jadi sorotan setelah kecelakaan Ethiopian Airlines Minggu 10 Maret lalu. Kecelakaan itu adalah yang kedua terjadi dalam lima bulan.
Setidaknya empat pilot asal Amerika Serikat mengungkapkan permasalahan yang terjadi dengan pesawat Boeing 737 MAX itu.
-
Siapa yang menjadi pilot pesawat jet tersebut? Penerbangan ini dipiloti oleh Donald Myers dan George Nikita, dengan penumpang Richard Windsor, Robert Williams, dan Frank Wilder.
-
Siapa yang menjadi pilot pesawat British Airways nomor 5390? Dilansir dari Business Insider, Kamis (27/6), ketika pesawat berada di ketinggian 17.300 kaki, panel kaca depan pesawat tiba-tiba meledak dengan hebatnya.
-
Kapan AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 28 Desember 2014, pesawat AirAsia QZ8501 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Singapura.
-
Siapa yang kini dipekerjakan sebagai pilot jet pribadi? Ya, kini Vincent sudah kembali menjadi seorang pilot dan terbangkan pesawat jet pribadi yang lekat dengan imej orang-orang tajir melintir.
-
Siapa yang menjadi pilot pesawat dan helikopter tempur TNI AD? Bagi Cahyo, Joy adalah copilot terbaik dalam rumah tangga mereka. Cahyo sendiri adalah seorang pilot pesawat dan helikopter tempur TNI AD.
-
Kapan pesawat Thai Airways 311 jatuh? Pesawat ini melakukan penerbangan pertamanya pada 2 Oktober 1987. Awalnya beroperasi dalam maskapai Kanada Wardair dengan registrasi C-FGWD, Wardair lalu diakuisisi oleh Canadian Airlines International pada tahun 1989 dan operasi mereka terkonsolidasi dan terintegrasi di bawah panji Canadian Airlines.
Mereka semua mengeluhkan pesawat yang bisa tiba-tiba menukik ke bawah, demikian menurut dokumen yang diperoleh kantor berita AFP pada basis data keselamatan penerbangan.
Insiden itu tampaknya melibatkan sistem stabilisasi penerbangan yang dirancang untuk mencegah pesawat berhenti (stall), "MCAS," yang dilaporkan terjadi dalam kecelakaan fatal Lion Air yang menewaskan 189 orang tak lama setelah lepas landas.
Setelah kecelakaan terbaru pada Minggu 3 Maret 2019, di mana Boeing 737 MAX 8 lain dari Ethiopian Airlines jatuh 6 menit selepas tinggal landas, banyak maskapai penerbangan dan pemerintah di seluruh dunia mencekal operasional pesawat atau melarangnya mengudara di langit mereka -- termasuk Kanada yang baru saja mengambil langkah tersebut pada hari Rabu.
Federal Aviation Administration (FAA) atau Administrasi Penerbangan Federal, sehari sebelumnya pada hari Selasa, mengatakan tak ada alasan untuk mencekal pesawat Boeing 737 MAX, meskipun perusahaan pabrikan pesawat AS itu telah diminta memperbarui perangkat lunak penerbangan dan pelatihan di pesawat. Meski belakangan, AS memutuskan untuk mengandangkan MAX 8.
Sejauh ini, penyebab tragedi di Ethiopia belum ditentukan, meskipun kotak hitam dengan data penting dan rekaman pilot telah ditemukan, sehari setelah pesawat jatuh pada Senin 4 Maret.
Menurut Aviation Safety Reporting System (ASRS) yang dikelola oleh NASA, catatan salah satu pilot dari insiden pada November 2018 -- hanya beberapa minggu setelah Lion Air jatuh, mengatakan pesawat mengalami pitched nose down, kondisi di mana hidung pesawat miring dan menukik selang dua hingga tiga detik setelah menggunakan autopilot sesaat lepas landas.
"Kapten segera memutus autopilot dan menaikkan pesawat (climb)," kata laporan itu. "Sisa penerbangan itu berjalan lancar."
Laporan itu mengatakan awak pesawat meninjau kejadian itu "secara panjang lebar ... tetapi tidak dapat menemukan alasan mengapa pesawat mengalami kondisi pitch nose-down dengan sangat agresif."
Pilot lain dalam penerbangan November lalu mengatakan bahwa kru mendiskusikan kekhawatiran tentang pesawat Boeing 737 MAX. "Saya sebutkan akan menggunakan autopilot lebih cepat dari biasanya," ujar salah seorang juru mudi pesawat.
Tetapi anehnya, ketika menggunakan mode tersebut ada peringatan otomatis yang muncul dengan cepat bertuliskan "DONT SINK DONT SINK!"
"Saya segera memutus AP (autopilot) ... dan melanjutkan pendakian," kata petugas itu. Tetapi setelah ditinjau, "terus terang tidak ada di antara kami yang bisa menemukan kesalahan..."
"Dengan kekhawatiran tentang kondisi nose-down Boeing MAX 8, kami pikir pantas untuk mengungkapnya ke publik."
Pada kecelakaan Lion Air, masalah terpusat pada sensor Angle of Attack (AOA) yang terhubung ke Sistem Stabilisasi Pesawat Udara (MCAS).
Bencana Ethiopian Airlines terjadi tak lama setelah lepas landas dan pesawat mengalami pendakian (climb) dan penurunan (descent) yang tidak teratur setelah lepas landas.
"Kami akan menolak mengomentari laporan ASRS tertentu," kata juru bicara FAA kepada AFP. "Kami tidak mengetahui adanya laporan terverifikasi tentang masalah MCAS di AS."
ASRS adalah sistem laporan sukarela yang memungkinkan penelitian untuk "mengurangi kemungkinan kecelakaan penerbangan."
Reporter: Tanti Yulianingsih
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
AS dan Kanada Resmi Larang Terbang Boeing 737 MAX
Firasat Penumpang Ethiopian Airlines yang Tewas Bersama Ibu dan Tiga Anaknya
CEO Ethiopian Airlines Akui Pilot Alami Masalah Kontrol Sebelum Pesawat Jatuh
Cerita Duka Keluarga Penumpang dan Kru Pesawat Ethiopian Airlines
Berpengalaman di Kasus Lion Air, RI Tawarkan Bantuan Investigasi Ethiopia Airlines