Jalani Perawatan Laser Untuk Hilangkan Tanda Lahir dan Bintik di Tubuhnya, Seorang Perempuan di China Tewas
Kasus ini memicu kekhawatiran signifikan mengenai keamanan produk kosmetik.
Seorang perempuan di China meninggal dunia sepuluh hari setelah menjalani serangkaian perawatan laser untuk menghilangkan bintik dan tanda lahir. Kasus kematian ini menimbulkan kekhawatiran yang signifikan mengenai keamanan prosedur kosmetik, seperti yang dilaporkan South China Morning Post pada Senin (25/11).
Perempuan berusia 27 tahun tersebut, yang dikenal dengan nama belakang Liu, berasal dari Tianjin, sebuah kota yang terletak di bagian utara China. Suaminya melaporkan Liu memiliki banyak bintik di tubuhnya, di mana beberapa di antaranya berukuran besar dan berwarna gelap.
Liu diketahui menderita neurofibromatosis serta bintik cafe-au-lait, yang membuatnya harus menjalani beberapa prosedur untuk menghilangkan bintik-bintik tersebut. Ia telah menjalani sembilan sesi perawatan laser di Rumah Sakit Dermatologi Jinmen Tianjin, sebuah klinik swasta, dengan total biaya lebih dari 100.000 yuan atau sekitar Rp219 juta.
Namun, Liu mengungkapkan kepada dokter kondisinya semakin memburuk setelah menjalani prosedur operasi. Ibu dari korban juga menyatakan anaknya pernah menghentikan perawatan akibat rasa sakit yang sangat parah, yang disebabkan oleh anestesi yang tidak merata.
Pada 21 Oktober 2024, saat menjalani prosedur ke-10, Liu mengalami pusing setelah krim anestesi dioleskan. Meskipun dokter segera mengeluarkan krim tersebut, Liu mengalami syok, kejang, dan serangan jantung. Layanan darurat kemudian dipanggil, dan Liu dipindahkan ke rumah sakit lain untuk mendapatkan perawatan darurat, tetapi sayangnya, ia meninggal dunia sepuluh hari setelahnya.
Dokter darurat yang menangani kasusnya melaporkan Liu meninggal akibat komplikasi yang berkaitan dengan tekanan intrakranial yang berlebihan. Kejadian ini menjadi perhatian bagi banyak orang mengenai risiko yang mungkin terjadi dalam prosedur kosmetik yang seharusnya dianggap aman.
Autopsi Forensik
Jenazah Liu telah dikirim untuk menjalani autopsi forensik, dan saat ini hasilnya masih ditunggu. Suami Liu mencurigai dosis anestesi yang terlalu tinggi telah memicu reaksi alergi yang berujung pada kematiannya.
Staf Rumah Sakit Dermatologi Jinmen membela tindakan mereka dengan menyatakan penggunaan krim anestesi dilakukan sesuai dengan protokol yang berlaku. Direktur Rumah Sakit, Zhang, menyampaikan rasa penyesalan atas kejadian tersebut, dan menegaskan: "Kami akan bertanggung jawab penuh jika terbukti bersalah."
Di China, tenaga medis yang terbukti menyebabkan kematian pasien akibat kelalaian dapat dikenakan hukuman penjara selama maksimal tiga tahun serta denda. Insiden ini dengan cepat menarik perhatian di media sosial, dengan topik terkait mencapai 58 juta penayangan di platform Weibo.
Salah seorang wanita di Weibo, yang mengaku sebagai teman Liu, mengungkapkan rumah sakit tidak memiliki fasilitas perawatan darurat yang memadai. Hal ini, menurutnya, menyebabkan hilangnya kesempatan berharga untuk menyelamatkan nyawa Liu.
Klinik Ilegal
"Jika Liu tidak menjalani operasi, tragedi ini mungkin tidak akan terjadi. Dibandingkan dengan kesehatan, kecantikan tidaklah pentingm," kata seorang warganet di media sosial.
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya mempertimbangkan risiko kesehatan dibandingkan dengan penampilan. Di China, industri kosmetik dipenuhi dengan berbagai kontroversi terkait praktik medis yang tidak sesuai.
Data menunjukkan hanya 12 persen dari 13.000 klinik kosmetik di negara tersebut yang mematuhi regulasi yang ada. Kasus kematian akibat prosedur kosmetik terus dilaporkan di berbagai daerah.
Misalnya, pada Januari tahun lalu, seorang wanita berusia 43 tahun di China timur meninggal dunia akibat kelalaian medis saat menjalani prosedur sedot lemak. Selain itu, pada Desember 2020, seorang wanita di China selatan kehilangan nyawanya setelah menjalani enam prosedur kosmetik dalam waktu 24 jam.