Kepala Polisi Filipina ajak pecandu ikut menghabisi pengedar narkoba
"Anda diizinkan membunuh (bandar) karena anda korban," kata Kepala polisi Ronald dela Rosa
Kepala Polisi Filipina, Jenderal Ronald dela Rosa, secara tersirat mengakui pihaknya bertanggung jawab atas pembunuhan massal pengedar narkoba selama nyaris tiga bulan terakhir. Tidak hanya itu, dia mengajak para pencandu bertobat dengan cara membunuh jaringan pengedar.
Imbauan kontroversial itu disampaikan Ronald saat menggelar jumpa pers disiarkan televisi hari ini, Jumat (26/8). "Sebaiknya anda (para pencandu) datangi rumah-rumah mereka, tuangkan bensin dan bakarlah semuanya untuk melampiaskan kemarahan anda," ujarnya seperti dilansir Inquirer.
-
Kenapa elang Filipina terancam punah? Ancaman utama mereka adalah kehilangan habitat akibat pertanian, pertambangan, perburuan, penebangan, dan perubahan iklim.
-
Bagaimana Filipina menjadi negara merdeka? Baru tanggal 4 Juli 1946, republik Filipina mencapai kemerdekaan penuh setelah mencapai kesepakatan dengan Amerika. Manuel Roxas mengambil kembali sumpahnya sebagai Presiden pertama Republik Filipina, setelah menyepakati perjanjian dengan Amerika Serikat.
-
Di mana elang Filipina yang terlihat di video ini mendiami? Dikenal dengan sebutan 'elang pemakan monyet' di wilayahnya, burung ini memiliki reputasi yang legendaris di dalam hutan hujan yang lembab di kepulauan Filipina.
-
Bagaimana cara elang Filipina berburu monyet? Untuk berhasil mengejar monyet, dibutuhkan kerja sama antara sepasang elang Filipina. Salah satu elang akan mengalihkan perhatian kera sementara elang yang lain akan menyergap dari atas dan menangkap kera tersebut.
-
Kenapa pelatih Filipina mengeluh tentang wasit Yudi Nurcahya? Ia merasa Filipina berpotensi meraih kemenangan jika wasit Yudi Nurcahya memberikan penalti kepada mereka.
-
Kapan Alice Guo meninggalkan Filipina? Diawali pada 18 Juli 2024 meninggalkan Filipina, lalu menuju Malaysia, kemudian ke Singapura pada 21 Juli, dan melakukan perjalanan ke Indonesia pada 18 Agustus.
"Bandar dan pengedar merampok uang anda, menghancurkan otak kalian. Bukankah kalian ingin membunuh mereka? Silakan. Membunuh mereka untuk kasus seperti ini diiizinkan sebab anda semua adalah korban."
Pidato Ronald adalah bagian perayaan ulang tahun ke-115 Korps Kepolisian Filipina yang digelar di Visayas. Selain mengajak pecandu membunuh pengedar, dia mengingatkan anak buahnya agar bersikap lebih keras pada kejahatan narkotika.
Ronald secara spesifik meminta personel kepolisian tak ragu menembak lebih dulu tersangka narkoba. "Jangan sampai terbunuh, kalian semua harus tetap hidup. Maka kesimpulannya kalian harus siap membunuh," ujarnya di hadapan ratusan anggota kepolisian.
Penembakan pecandu narkoba di Filipina (c) Reuters/Czar Dancel
Nyaris 1.800 orang tewas selama nyaris tiga bulan terakhir di Filipina. Mereka menjadi korban perang melawan narkoba yang dicanangkan Presiden Rodrigo Duterte. Pembunuhan bandar dan pecandu narkoba di banyak kota sempat diklaim bukan tindakan polisi. Sebagian meyakini para pembunuh misterius itu adalah milisi sipil yang disokong pemerintah.
Ronald De La Rosa menyatakan operasi resmi pihaknya "cuma" menewaskan 712 orang, semuanya terbukti pengedar narkoba. Sedangkan untuk 1.067 orang lainnya yang ditembak mati di jalanan, polisi mengaku belum tahu siapa pelakunya.
Maraknya pembunuhan ekstrajudisial di Filipina ini memicu kecaman internasional, termasuk oleh Sekretaris Jendera Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon. Ban menyebut maraknya pembunuhan pengedar narkoba kelas teri di Filipina sebagai pelanggaran HAM berat. Duterte tersinggung atas kritikan luar negeri terhadap kebijakan dalam negerinya memerangi narkoba.
Tidak semua orang di Filipina mendukung agenda sang presiden. Senator Leila de Lima menyatakan kebijakan Duterte membunuh banyak orang atas nama perang melawan narkoba sudah kelewatan. Demi melancarkan agenda perang melawan narkoba, Duterte ternyata memotong 25 persen anggaran kesehatan, perburuhan, serta politik luar negeri. Alokasi dana itu dialihkan untuk kepolisian dan militer.
"Kita selangkah lagi akan memiliki tiran di negara ini," ujarnya kepada TIME.
Baca juga:
Presiden Duterte berkunjung ke Indonesia awal September 2016
Perang narkoba ala Filipina menewaskan 1.800 orang
Tidak terima dikritik, Duterte ancam tarik diri dari PBB
Duterte: PBB jangan rewel Filipina bunuh 1.000 bandar narkoba
Ancam teroris, Duterte bilang dia bisa 10 kali lebih kejam dari ISIS
Duterte: Hancurkan Abu Sayyaf, titik!
5 Kegilaan Duterte perangi narkoba, penjahat & pejabat serahkan diri