Kisah Pilu Dokter Spesialis Jantung Palestina, 175 Anggota Keluarganya Dibunuh Israel Selama Perang Genosida di Gaza
Perang genosida Israel di Gaza telah membunuh 42.409 warga Palestina.
Kebiadaban Israel di Jalur Gaza, Palestina, masih berlangsung sampai saat ini. Kendati Israel mengklaim kematian pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, perang masih akan terus berlanjut dan belum berakhir. Demikian disampaikan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu saat mengumumkan kematian Sinwar.
Sejak Israel melancarkan perang genosida di Gaza pada 7 Oktober 2023, pasukan penjajah telah membunuh 42.409 warga Palestina. Salah satu warga Palestina yang kehilangan banyak keluarga adalah dokter spesialis jantung, Tariq Haddad.
- Nasib Mengerikan Dokter & Tenaga Medis Palestina yang Dipenjara Israel, Disiksa-Diperkosa di 'Neraka' Hingga Tewas
- Dokter Yahudi Skakmat Wanita Zionis Sebut Orang Palestina Hewan, Blak-blakan Bongkar Kejahatan Israel
- Kesaksian Dokter atas Kebiadaban Israel di Gaza: 500 Korban dalam 25 Menit
- Sosok 2 Dokter Indonesia Pulang ke Tanah Air Usai Jadi Relawan di Gaza, Kesaksiannya soal Kekuatan Rakyat Palestina Bikin Takjub
Haddad mengatakan 175 anggota keluarganya dibunuh Israel selama perang di Gaza dalam setahun terakhir.
"Hamza baru berusia 10 tahun," ujarnya kepada Al Arabiya News, merujuk pada salah satu kerabatnya, seperti dikutip pada Kamis (16/10).
"Dia satu-satunya anggota keluarganya yang selamat. Dia terbangun di rumah sakit setelah mengalami amputasi, dan mendapati bahwa orang tuanya, paman-pamannya, kakek-neneknya, serta semua anggota keluarganya telah tiada. Tragisnya, dia sendiri kemudian meninggal akibat trauma yang dialaminya," jelasnya.
Haddad, seorang ahli jantung Palestina yang tinggal di Amerika Serikat. Dalam kesehariannya, ia berusaha menyelamatkan nyawa orang-orang asing, sementara dirinya merasa tidak berdaya untuk menyelamatkan keluarganya sendiri. Ketika kisahnya sampai ke telinga Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, Haddad diundang untuk bertemu. Namun, saat itu ia diberitahu bahwa pertemuan tersebut hanya akan berlangsung selama tiga menit.
Tak Ada Balasan
Bagi Haddad, waktu tersebut sangat tidak memadai untuk menyampaikan kemarahannya terkait dampak dukungan militer AS terhadap Israel. Oleh karena itu, ia memilih untuk menulis surat sepanjang 12 halaman daripada bertatap muka langsung dengan Blinken.
"Bagaimana saya bisa menatap mata seseorang selama tiga menit yang tidak hanya dapat mencegah kematian anggota keluarga saya dan 15.000 anak di Gaza, tetapi juga secara aktif berkontribusi terhadap penderitaan mereka dengan menyediakan amunisi militer dari pasokan militer AS?"
Haddad mengungkapkan suratnya tidak mendapatkan balasan.