Dunia Kecam Keras Israel Setelah Tembaki Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon, Dua TNI Terluka
Serangan terhadap pasukan perdamaian termasuk pelanggaran hukum humaniter internasional.
Pada Kamis (10/10) dini hari, Israel menembaki markas pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIFIL) di Naqoura, Lebanon. Dua anggota UNIFIL terkena tembakan tank Merkava pasukan penjajah Israel. Dua tentara yang terluka tersebut merupakan TNI yang dikirim ke Lebanon sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB perwakilan Indonesia.
Peningkatan eskalasi serangan udara militer Israel di perbatasan Lebanon sejak beberapa pekan lalu membuat PBB mengirim pasukan khusus penjaga perdamaian di Lebanon, diwakili oleh sedikitnya 50 negara.
Merespons atas serangan tersebut, juru bicara UNIFIL Andrea Teneti mengatakan, kepada Al Jazeera, serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian merupakan “pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional”.
Teneti menegaskan, Israel sebelumnya telah meminta pasukan UNIFIL untuk pindah ke “posisi tertentu” di dekat perbatasan. Namun, “kami memutuskan untuk tetap tinggal karena kehadiran UNIFIL penting di Lebanon selatan”.
“Jika situasi menjadi tidak memungkinkan bagi kami untuk beroperasi di Lebanon selatan. Dewan Keamanan akan memutuskan bagaimana cara melanjutkannya. Saat ini, kami bertahan, berusaha melakukan apapun yang kami bisa lakukan untuk memberikan bantuan,” imbuh Teneti.
Negara-negara lain juga ikut bereaksi atas serangan Israel terhadap pasukan UNIFIL, mengecam keras kebrutalan tersebut.
Duta Besar Amerika untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield mengatakan Gedung Putih “sangat prihatin” dengan laporan Israel yang menembaki pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon.
Tak Dapat Diterima
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell mengatakan, serangan terhadap pasukan UNIFIL yang posisinya sudah diketahui adalah “tindakan yang tidak dapat diterima dan tidak dapat dibenarkan”.
"Dua anggota Blue Helmets telah terluka dan ini tidak dapat diterima. Setiap serangan yang disengaja terhadap pasukan penjaga perdamaian merupakan pelanggaran berat terhadap Hukum Humaniter Internasional dan Resolusi 1701," tulis Borrell di X.
Borrell menegaskan kembali “dukungan penuh” Uni Eropa terhadap UNIFIL.
Sementara itu, Kementerian Eropa dan Luar Negeri Prancis mengutuk serangan itu dan mengatakan pihaknya sedang menunggu penjelasan dari Israel mengapa serangan itu terjadi.
“Perlindungan pasukan penjaga perdamaian merupakan kewajiban yang berlaku bagi semua pihak yang berkonflik,” imbuh pernyataan tersebut, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Panggil Dubes Israel
Menteri Pertahanan Italia, Guido Crosetto, menyebut serangan terhadap pangkalan UNIFIL “sama sekali tidak dapat diterima”.
“Ini bukan kesalahan dan kecelakaan,” kata Crosetto dalam konferensi pers.
“Hal ini dapat dianggap sebagai kejahatan perang dan merupakan pelanggaran serius terhadap hukum militer internasional,” katanya.
Ia menambahkan, pihaknya telah memanggil duta besar Israel untuk meminta penjelasan mengenai serangan tersebut.
Sementara itu, Perdana Menteri Irlandia, Simon Harris juga mengutuk serangan tersebut.
"Setiap penembakan di sekitar pasukan atau fasilitas UNIFIL adalah tindakan yang gegabah dan harus dihentikan," tegasnya.
Irlandia mengirim sekitar 370 tentara dalam misi penjaga perdamaian.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti