Dianggap Pengalihan Isu Atas Kekejaman Israel di Gaza, Grup Boyband Ini Tuai Kecaman
Single pertama boy band ini menuai banyak perdebatan dari pengguna media sosial.
Sebuah boyband group “As1one” atau dibaca “As One” baru saja debut di industri hiburan namun, debutnya mendapat sambutan dingin dari warganet.
Band yang dijuluki “group pop Israel-Palestina pertama di dunia” ini terdiri dari empat musisi Israel dan dua musisi Palestina. Mereka baru saja merilis single perdananya pada September yang mendapat reaksi beragam dari pengguna media sosial.
Dilansir Middle East Eye (MEE), boy grup debutan label asal Amerika, Thirty Tiger ini terdiri dari anggota grup Ohad Attia dan Neta Rozenblat, keduanya orang Yahudi Israel dari Tel Aviv; Sadik Dogosh, seorang Muslim Badui Palestina dari Rahat; Aseel Farah, orang Kristen Palestina dari Haifa; dan orang Yahudi Israel Niv Lin dan Nadav Philips.
“Kami di sini untuk membuat musik dan menyatukan orang-orang. Tidak masalah dari mana Anda berasal, apa latar belakang Anda, atau apa keyakinan Anda. Kita bisa menyukai musik yang sama dan mendapatkan kegembiraan dari lagu yang sama," jelas boyband tersebut kepada Billboard.
“Kami benar-benar di sini untuk membuat musik yang dapat menyatukan orang-orang. Itulah inti dari semua ini. Itulah tujuan kami datang.”
Pengalihan Isu Genosida
Namun banyak pengguna media sosial yang skeptis pada boyband ini. Salah seorang pengguna media sosial yang mempertanyakan tujuan band tersebut dengan menyebut “Usaha yang bagus untuk mengalihkan perhatian dari genosida."
“Ini adalah aksi humas yang menjijikkan, terutama mengingat apa yang terjadi di Gaza dan Tepi Barat,” tulis seorang pengguna Reddit.
"Saya tidak mempermasalahkan 'keberagaman' boyband tersebut. Saya mempermasalahkannya karena hal itu merupakan pencitraan boyband tersebut,” komentar yang lain.
Beberapa dari mereka juga ada yang bergurau tentang nama band ini. “Wrong Direction,” tulis beberapa orang, yang mengacu pada nama grup pop populer Inggris-Irlandia, One Direction.
Judul Lagu Kontroversial
Beberapa pengguna media sosial lainnya menyoroti judul lagu perdana grup Israel-Palestina tersebut yang berjudul “All Eyes On Us,” dengan slogan-slogan yang menyerukan perhatian terhadap penderitaan warga Palestina.
Sebelumnya tagar “All eyes on Rafah” sempat viral pada bulan Mei di mana pasukan Israel menyerang sebuah kamp pengungsi dan menewaskan sedikitnya 45 orang yang sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.
Meskipun banyak yang mengkritik pilihan judul lagu tersebut, beberapa pihak berpendapat bahwa mungkin hal itu dilakukan untuk menegaskan kembali kehadiran dan keberadaan para anggota band.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti