Jusuf Kalla Sebut Hanya Tiga Orang Ini Bisa Hentikan Perang di Palestina, Salah Satunya Pernah Mendekam di Penjara Israel
Jusuf Kalla juga menggarisbawahi pentingnya penguasaan teknologi untuk pertahanan negara.
Wakil Presiden Indonesia yang menjabat pada periode ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla, berpendapat bahwa hanya ada tiga orang di dunia yang mampu menghentikan kekejaman Israel di Palestina. Mereka adalah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, pemimpin Hamas Yahya Sinwar, serta siapapun yang menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).
Yahya Sinwar menggantikan Ismail Haniyeh sebagai pemimpin Hamas setelah Haniyeh dibunuh Israel di Teheran, Iran, pada 31 Juli lalu. Sinwar juga pernah bertahun-tahun dipenjara Israel karena melawan penjajah Israel.
"Hanya ketiga orang tersebut yang memiliki kekuatan untuk mendamaikan. Tidak ada negara lain yang bisa berperan tanpa mereka," ungkap Kalla setelah menerima penghargaan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jakarta pada Kamis (3/10).
Selain menyoroti peran krusial ketiga tokoh tersebut, Kalla juga menekankan pentingnya penguasaan teknologi dalam menyelesaikan konflik antar negara. Dia menyatakan bahwa perang di berbagai belahan dunia saat ini sangat bergantung pada kemampuan teknologi.
"Perang saat ini adalah perang yang berbasis teknologi yang belum kita kuasai. Oleh karena itu, tantangan ke depan bukan hanya berasal dari pihak yang ingin menguasai, tetapi juga tantangan yang berkaitan dengan teknologi," ujarnya.
Negara-negara Islam, terutama di kawasan Timur Tengah, tidak hanya bisa mengandalkan kekayaan sumber daya, tetapi juga harus berinvestasi dalam teknologi.
"Tanpa upaya untuk menguasai teknologi, negara-negara Islam akan berada dalam posisi terjajah," tambah Kalla.
"Oleh karena itu, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi harus menjadi bagian dari upaya kita di masa depan. Siapa yang bisa membayangkan bahwa pager kecil dapat bertransformasi menjadi bom yang sangat berbahaya? Hanya teknologi yang dapat mengatasi hal tersebut."
Terkait Satu Sama Lain
Kalla lebih lanjut menegaskan bahwa berbagai konflik di dunia memiliki hubungan yang erat satu sama lain.
"Semua masalah ini saling berhubungan, berkaitan dengan kekuatan ekonomi, pendidikan yang solid, dan penguasaan teknologi," ujarnya sambil menyoroti ketimpangan ekonomi di Indonesia.
Ia menyatakan bahwa sebuah negara tidak akan diabaikan jika memiliki kekuatan dalam ekonomi, pertahanan, keberanian, dan pendidikan yang baik.
"Itulah yang dapat menjadi solusi bagi tantangan kita di masa depan dan menjadi modal bagi negara mana pun untuk hidup dalam perdamaian serta melawan ketidakadilan global," tambahnya.