Koran Korea Utara Serukan Mobilisasi Massa Atasi Kekeringan Lahan Pertanian
Dalam sebuah artikel yang dimuat di halaman depan organ partai yang berkuasa, Rodong Sinmun, media pemerintah Korut melaporkan curah hujan diperkirakan jauh lebih rendah daripada rata-rata pada akhir Mei.
Koran ternama di Korea Utara pada Selasa (14/5) memperingatkan sektor pertanian di negara itu sedang mengalami kerusakan parah karena penurunan curah hujan rata-rata. Koran itu juga menyerukan mobilisasi massa untuk memerangi kerusakan tanaman yang disebabkan kekeringan yang sedang berlangsung.
Dalam sebuah artikel yang dimuat di halaman depan organ partai yang berkuasa, Rodong Sinmun, media pemerintah Korut melaporkan curah hujan diperkirakan jauh lebih rendah daripada rata-rata pada akhir Mei.
-
Di mana Korea Utara terletak? Korea Utara merupakan negara yang terletak di Asia Timur. Ibu kotanya bernama Pyongyang dan berseberangan dengan Korea Selatan.
-
Dimana lokasi dari kampung dengan bangunan khas Korea dan Jepang di Sumatera Barat? Di Payakumbuh juga ada kampung ala Korea dan Jepang di Lembah, Tarantang, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat. Bangunan khas ala Korea dan Jepang ada di tempat ini. Tempat ini sengaja dibuat dengan suasana persis seperti di negara asalnya. Nuansanya hampir sama persis, ditambah adanya pohon sakura dengan bunga yang berguguran bikin suasana mirip di Korea dan Jepang.
-
Di mana para pekerja Korea Selatan ini menghina orang Indonesia? Situs web tersebut merupakan platform online yang digunakan para pekerja Korea Selatan yang tinggal di Indonesia.
-
Apa makna dari kata bijak Korea "가장 중요한 것은 지금 이 순간이다"? "가장 중요한 것은 지금 이 순간이다" - "Hal terpenting adalah saat ini."
-
Kapan Kyra berangkat ke Korea? Ariyo Wahab sangat bangga putrinya, Kyra Wahab, akhirnya bisa diterima di sebuah universitas di Korea Selatan. Dan bulan September lalu, putri sulungnya berangkat ke Korea.
-
Siapa yang kuliah di Korea Selatan? Ariyo Wahab sangat bangga putrinya, Kyra Wahab, akhirnya bisa diterima di sebuah universitas di Korea Selatan. Dan bulan September lalu, putri sulungnya berangkat ke Korea.
"Dilaporkan perkiraan fenomena kekeringan (di seluruh negeri)," bunyi artikel itu, dilansir dari laman NK News, Rabu (15/5).
Koran itu juga menyoroti upaya di Provinsi Hwanghae Selatan, bagian barat negara itu dan di daerah lain untuk mengamankan pasokan air dan memastikan tanaman tidak terpengaruh kondisi cuaca yang buruk.
"Perjuangan yang keras dalam menerapkan langkah-langkah untuk mencegah kerusakan akibat kekeringan sedang dilakukan," tulis Rodong Sinmun.
"Rancangan terburuk tidak dapat mengalahkan energi massa yang dipenuhi tekad yang luar biasa dan dimobilisasi sepenuhnya dengan kemauan untuk beraksi atau mati. Para pejabat dan pekerja di sektor pertanian yang mempertahankan medan pertempuran utama dalam konstruksi ekonomi sosialis, harus menghargai tanggung jawab mereka dengan sungguh-sungguh, dan menyerbu untuk melindungi ladang pertanian dari kerusakan akibat kekeringan," lanjutnya.
Selama akhir pekan, KCTV melaporkan, curah hujan rata-rata hampir setengahnya dalam beberapa bulan pertama tahun 2019 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Rata-rata curah hujan nasional pada periode Januari-Mei diperkirakan akan dicatat sebagai yang terendah sejak pengamatan cuaca dimulai," kata siaran pada Sabtu malam yang disorot Kantor Berita Korea Selatan Yonhap.
Koran partai ini pada bulan Februari juga mendesak warga memobilisasi semua upaya untuk mengamankan pasokan air, memperingatkan warga tengah berlomba melawan waktu di tengah penurunan besar dalam curah hujan rata-rata.
"Sekarang bukan saatnya menunggu salju dan hujan sambil memandang ke langit," kata surat kabar itu dalam sebuah artikel yang juga dimuat di halaman depannya. "Mengamankan air adalah masalah serius, yang berpacu dengan waktu," lanjutnya.
Liputan media pemerintah juga terbit sehari setelah pernyataan Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Masyarakat (IFRC), memperingatkan kekeringan yang dilaporkan telah dimulai pada awal musim semi, dapat memperburuk masalah kelaparan, kekurangan gizi dan masalah kesehatan bagi ribuan warga Korut.
"Kami sangat prihatin tentang dampak kekeringan ini pada anak-anak dan orang dewasa yang sudah berjuang untuk bertahan hidup," kata Mohamed Babiker, yang mengepalai operasi IFRC.
Seorang pakar menilai artikel yang terbit pada Selasa itu penting karena koran partai itu mengakui kerusakan, meskipun kontras dengan liputan media pemerintah selama kekeringan yang lebih parah melanda di masa lalu.
Analis dari NK Pro, Minyoung Lee menilai, bahasa yang digunakan tentang kerusakan saat ini lebih halus dibandingkan dengan tahun-tahun terakhir kekeringan yang signifikan pada 1999-2001 dan 2012.
"Fokus tulisan ini adalah tentang mencegah kerusakan kekeringan, bukan tentang kerusakan sendiri," ujarnya.
Namun menyusul laporan bulan lalu oleh Program Pangan Dunia PBB (WFP) dan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) yang mengklaim 10,1 juta warga Korut rawan pangan, artikel itu kemungkinan akan memperkuat kekhawatiran meningkatnya krisis kemanusiaan di Korut.
"Meskipun beberapa data FAO-WFP mungkin tidak jelas dan tidak tepat, survei itu dan sekarang artikel ini di Rodong Sinmun tentang kekeringan sangat mengkhawatirkan," kata Peter Ward, seorang penulis dan peneliti tentang ekonomi Korea Utara dan analis yang berkontribusi pada NK Pro.
"Kami tidak benar-benar tahu seberapa buruk situasi di negara pada umumnya, dan seberapa buruk itu mungkin terjadi. Ini tidak terlihat seburuk akhir 1990-an, tetapi strategi terpadu jangka panjang untuk membantu menyelesaikan masalah kerawanan pangan Korea Utara yang berada di atas politik sangat penting," pungkasnya.
Baca juga:
70 Negara Desak Korut Hentikan Program Senjata Nuklir
Jepang Kritik Keras Uji Coba Rudal Korut: Langgar Resolusi PBB
Korea Utara Dua Kali Uji Coba Peluncuran Nuklir Dalam Lima Hari
Presiden Korsel: Korea Utara Luncurkan Dua Rudal Mungkin Bentuk Protes Terhadap AS
Korea Utara Lakukan Uji Coba Rudal Balistik
Pleno Pemilu 2019 di Korea Utara: Jokowi Raih 21 Suara, Prabowo Dapat 3