Korea Selatan Hadapi Badai Ekonomi, 400 Ribu Anak Mudanya Menyerah Cari Kerja
Mereka kehilangan motivasi karena ketersediaan lapangan pekerjaan formal semakin menurun.
Mereka kehilangan motivasi karena ketersediaan lapangan pekerjaan formal semakin menurun.
Korea Selatan Hadapi Badai Ekonomi, 400 Ribu Anak Mudanya Menyerah Cari Kerja
Sebanyak 400.000 masyarakat kelompok usia muda di Korea Selatan memutuskan untuk tidak mencari pekerjaan. Angka ini merupakan rekor tertinggi sejak tahun 2020.
Melansir The Korea Times, pemerintah sudah melakukan beragam upaya agar lapangan pekerjaan baik secara formal ataupun paruh waktu, bisa terus tumbuh. Namun upaya itu tidak terealisasi cukup baik.
Jumlah kelompok muda yang menyerah terhadap pekerjaan akhirnya meningkat lagi sembilan bulan terakhir, karena ketersediaan pekerjaan penuh waktu menurun.
Menurut survei Statistik Korea yang dirilis hari Minggu, 398.000 orang berusia antara 15 hingga 29 tahun tidak aktif secara ekonomi pada bulan Mei, tidak mencari atau mempersiapkan diri untuk mendapatkan pekerjaan.
Orang-orang ini tidak memiliki penyakit serius atau disabilitas tetapi melaporkan bahwa mereka hanya mengambil cuti.
Mereka juga berbeda dari para penganggur, yang secara aktif mencari pekerjaan dalam empat minggu terakhir tetapi tidak dapat menemukan pekerjaan.
Angka tersebut merupakan yang tertinggi kedua untuk bulan Mei sejak statistik terkait mulai disusun pada tahun 2003, dengan angka tertinggi adalah 462.000 pada bulan Mei 2020.
Jumlah anak muda yang tidak aktif secara ekonomi telah menurun dari tahun ke tahun sejak September lalu.
Namun, tingkat penurunan mulai mengecil pada bulan Maret. Angka tersebut mencapai puncaknya pada angka 56.000 pada bulan Januari, turun menjadi 5.000 pada bulan Maret, naik menjadi 14.000 pada bulan April, dan akhirnya meningkat pada bulan Mei.
Untuk mengatasi masalah yang sudah berlangsung lama ini, pemerintah mengumumkan serangkaian langkah pada bulan November.
Langkah-langkah tersebut meliputi perluasan program magang, tunjangan ujian Kualifikasi Keterampilan Teknis Nasional, dan layanan konseling.
Namun, para ahli percaya bahwa kebijakan tersebut memiliki keterbatasan jika tidak ada cukup pekerjaan berkualitas untuk kelompok usia 15-29 tahun.
"Dampak dari suku bunga tinggi dan berkurangnya investasi pascapandemi telah menyebabkan penurunan kualitas pekerjaan yang diinginkan oleh kaum muda," kata Kepala Penelitian di Institut Ekonomi adn Industri Korea, Kim Gwang-suk.
"Situasi ini mengakibatkan penurunan lapangan kerja tetap dan hilangnya motivasi mencari kerja di kalangan kaum muda."
Bulan lalu, jumlah pekerjaan tetap penuh waktu anjlok hingga 195.000 dibandingkan tahun lalu, menandai penurunan terbesar sejak pencatatan data dimulai pada tahun 2014.
Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah "pencari kerja yang putus asa" di kalangan generasi muda.
Meskipun ingin dan mampu bekerja, mereka menyerah mencari kerja, karena yakin tidak dapat menemukan posisi yang memenuhi harapan mereka, seperti tingkat upah.
Jumlah rata-rata mereka dari Januari hingga Mei mencapai 120.179, meningkat sekitar 11.000 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Meskipun terjadi pemulihan baru-baru ini yang didorong oleh ekspor semikonduktor, pertumbuhan lapangan kerja berkualitas relatif minim karena industri ini memiliki dampak yang rendah terhadap lapangan kerja.
Meningkatnya tren perusahaan besar yang memprioritaskan perekrutan pekerja berpengalaman juga dianggap sebagai faktor utama yang menghambat kaum muda memasuki pasar tenaga kerja.