Larangan muslim ke Amerika bisa jadi bahan propaganda ISIS
Larangan muslim ke AS bisa jadi bahan propaganda ISIS. Pengamat kebijakan publik mengatakan ISIS bisa memanfaatkan larangan itu buat merekrut anggota baru. Usulan larangan terhadap muslim dibuat saat Trump masih menjadi kandidat dari Partai Republik pada awal masa kampanye 2015.
Perintah eksekutif Presiden Amerika Serikat Donald Trump atas larangan masuknya para pengungsi dari negara-negara mayoritas Islam dinilai dapat dijadikan bahan propaganda oleh kelompok Negara Islam Irak dan Syam (ISIS).
"Larangan itu dapat dijadikan alat cukup baik oleh ISIS untuk merekrut anggota baru," kata Profesor dan Direktur Program Kebijakan Publik di Sekolah Bloustein, Universitas Rutgers, Stuart Shapiro, seperti dilansir dari laman USA Today, Senin (30/1).
Usulan larangan terhadap muslim dibuat saat Trump masih menjadi kandidat dari Partai Republik pada awal masa kampanye 2015. Rival Trump dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, saat itu mengkritik rencana kebijakan tersebut dan mengatakan hal itu bisa dijadikan alat propaganda. Namun, karena kurang bukti, Clinton justru dikritik karena pernyataannya tersebut.
-
Apa yang diramalkan tentang Donald Trump? Roberts menunjukkan bahwa Trump mungkin lebih fokus pada kekalahannya di masa lalu dibandingkan peluang yang ada saat ini. Maksudnya adalah Trump diramalkan bakal kalah di pemilu presiden tahun ini.
-
Kapan Donald Trump diramal? Jauh sebelum Donald Trump mengalami penembakan saat kampanye, pada Januari 2024 lalu, ia pernah diramal.
-
Apa motif pelaku penembakan terhadap Donald Trump? Identitas dan motif pelaku penembakan belum jelas hingga saat ini.
-
Apa yang terjadi kepada Donald Trump saat sedang berkampanye? Mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump ditembak. Peristiwa tersebut terjadi kala Trump sedang kampanye Pilpres AS di depan pada pendukungnya di Butler, Pennsylvania, Amerika Serikat, pada Sabtu (14/7).
-
Apa yang dikatakan Donald Trump tentang dirinya dan Israel? "Saya presiden terbaik dalam sejarah Israel. Tidak ada yang melakukan apapun seperti yang saya lakukan ke Israel," kata Trump Maret lalu dalam wawancaranya dengan Israel Hayom.
-
Siapa yang meramal Donald Trump? Ramalannya itu dilakukan oleh seorang paranormal bernama Paula Roberts yang disiarkan oleh Fox News pada Januari lalu.
Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ©REUTERS
Tidak lama usai Clinton menyatakan kritiknya, Asy Syabab, kelompok teroris Afrika Timur yang berafiliasi dengan Al Qaidah merilis rekaman video bertajuk muslim dan Barat menyatakan mereka tidak akan diterima di negara-negara AS.
"AS memiliki sejarah perbudakan, segregasi, hukuman mati tanpa peradilan, dan Ku Klux Klan. Nantinya, AS akan menjadi tanah diskriminasi agama," demikian isi video berdurasi 51 menit itu.
Sebelumnya, video ISIS juga dirilis di mana diungkapkan serangan teroris Brussels dipicu oleh komentar Trump tentang negara yang menjadi tempat mengerikan karena serangan teror.
Seorang pengamat kebijakan pemerintah, Rutgers Shapiro juga menyayangkan perintah eksekutif dibuat Trump tersebut.
"Dengan memberlakukan perintah tersebut, berpikir hal itu dapat mengurangi serangan teroris, justru malah membuat risiko itu meningkat," kata Shapiro.
Beberapa pengamat lain juga menyatakan pendapat serupa. Michelle Benson, seorang profesor ilmu politik di University Buffalo mengatakan, perintah eksekutif akan memunculkan dialog anti-Amerika antara ISIS dan orang yang terkena dampak larangan tersebut.
"Para pentolan ISIS kemungkinan akan memberitahu rakyat Irak bahwa setelah menyerang tanah mereka, menjatuhkan pemimpin mereka, meninggalkan politik dan ekonomi bangsa berantakan serta meminta bantuan untuk memerangi terorisme, Amerika sekarang menganggap semua warga Irak adalah ancaman," ungkap Benson.
pemimpin Asy Syabaab Anwar al-Awlaki ©Daily Mail
Di Suriah, kelompok radikal kemungkinan akan berpendapat bahwa AS akan mengebom negara, tetapi tidak membantu orang-orang pengungsi yang hidupnya telah hancur.
"Selama AS memiliki satu kebijakan yang hanya berlaku untuk negara-negara muslim, kebijakan ini akan digunakan sebagai alat rekrutmen," Benson memperingatkan.
Tak hanya para pengamat, banyak pemimpin pemerintahan di AS dan di seluruh dunia juga menyatakan kekhawatiran yang sama. Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif, melalui akun media sosial Twitter mengecam larangan terhadap muslim tersebut.
"Tindakan Trump merupakan 'hadiah besar' untuk ekstremis dan pendukung mereka. Dan hal itu tidak menunjukkan landasan persahabatan dengan rakyat Iran yang diklaim AS," tulis Zarif.
Bahkan, para pemimpin Irak juga menyerukan balasan larangan tersebut. Pemerintah Irak saat ini sedang mempertimbangkan untuk melarang semua pemegang paspor Amerika masuk ke Irak, termasuk militer dan pekerja kontrak, dan mungkin mengusir beberapa orang Amerika sudah ada.
Baca juga:
Trump pecat jaksa agung AS yang tolak larangan bagi muslim
Menengok nilai perdagangan AS dengan negara muslim Rp 2.940 triliun
Pendeta ini suruh para penentang Presiden Trump bunuh diri
Trump beri Pentagon 30 hari buat bikin strategi taklukan ISIS
Kecam Donald Trump, ratusan mahasiswa kedokteran AS tidur di jalan