Memuliakan Ramadan dengan Perbanyak Menuntut Ilmu
Seorang muslim tidak boleh menjadi orang yang bodoh, orang yang tidak memiliki ilmu.
Seorang muslim tidak boleh menjadi orang yang bodoh, orang yang tidak memiliki ilmu.
Memuliakan Ramadan dengan Perbanyak Menuntut Ilmu
Kebahagiaan di dunia dan di akhirat adalah dambaan setiap orang yang berada di dunia ini. Nabi Muhammad SAW mengibaratkan bahwa kebahagiaan di dunia dan akhirat adalah hal yang paling utama yang diinginkan setiap orang.
Dalam hal dunia, manusia pasti ingin memiliki harta benda, kedudukan, dan kemewahan-kemewahan. Tapi bagaimana mendapatkan hal tersebut?
Islam sebagai agama yang rahmatan lil 'alamin sudah mengajarkan kepada pemeluknya mengenai hal ini: siapa yang menginginkan dunia, maka dengan ilmu (ﻣَﻦْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻪِ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ).
Seorang muslim tidak boleh menjadi orang yang bodoh, orang yang tidak memiliki ilmu.
Hal ini karena ilmu yang akan membawa seseorang bisa mendapatkan akhirat (ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺍﻷَﺧِﺮَﺓَ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻪِ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ). Sampai kemudian, Allah SWT membedakan perilaku antara orang yang berilmu dengan orang yang tak berilmu.
Allah SWT berfirman dalam QS. Az-Zumar/39: 9: ….هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ…..
Artinya: "… Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?...” (QS. Az-Zumar/39: 9).
Contoh Orang Berilmu
Contoh mudah dapat diambil dari sebuah benda batu. Orang yang ilmunya kurang akan menggunakan batu itu dengan biasa. Dia akan mengambil batu itu, lalu batu diangkat dan kemudian digiling sedemikian rupa. Begitu setiap hari dilakukan.
Meski terlihat profesional di bidangnya, namun tetap saja yang diurusinya adalah sebuah batu biasa. Tapi, bagaimana jadinya jika orang berilmu memanfaatkan batu tersebut?
Orang-orang berilmu bukan mengurusi batu-batu yang ada di kali, sebagaimana contoh di atas, namun batu ginjal pada orang-orang yang sakit. Karena dia memiliki ilmu kedokteran, maka dia mengetahui ilmu tentang batu ginjal dan bisa menyembuhkannya.
Orang yang mengangkat batu setiap hari, sebagaimana contoh pertama di atas, upahnya paling banyak Rp50 ribu per hari. Namun, orang yang memiliki ilmu dan ahli di bidang batu ginjal akan menghasilkan uang jutaan hanya dalam satu kali melakukan operasi, jauh di atas orang yang hanya mengurusi batu kali.
Dari sini derajat orang berilmu berbeda dengan orang tak berilmu. Allah berfirman dalam QS. Al-Mujadalah/58: 11: …يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ…
Artinya: “…Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat…” (QS. Al-Mujadalah/58: 11)
Jadi, seseorang diangkat derajatnya oleh Allah SWT karena imannya. Derajat orang beriman akan berbeda dengan orang-orang yang tak beriman. Setelah faktor keimanan, orang-orang berilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Contohnya adalah perbedaan antara seorang profesor dengan orang biasa ketika membicarakan konsep kenegaraan.
Seorang profesor akan mampu menjelaskan konsep kenegaraan hingga mengaitkannya dengan konsep lainnya, seperti ekonomi, teknologi, kebijakan publik, regulasi kenegaraan, dan sebagainya.
Bulan Ramadan adalah kesempatan untuk umat manusia untuk menambah ilmu, baik pengetahuan agama maupun pengetahuan umum. Ilmu agama adalah salah satu bagian dari cara Allah SWT menjadikan umat pintar.
Bagaimana caranya? Umat mesti berdoa agar Allah SWT cinta kepadanya. Sebab, Allah SWT jika sudah cinta kepada seseorang, maka dia akan diberi kemampuan tentang pelajaran-pelajaran keislaman.
Para ulama tersohor, ahli fikih, ahli hadis, semua dicintai Allah SWT karena memiliki ilmu pengetahuan. Semoga Ramadan ini menjadi momentum umat Islam untuk memperbanyak menimba ilmu pengetahuan.
Catatan: Tulisan ini buah pemikiran Pimpinan Dewan Syariah Daarul Qur’an KH. Ahmad Kosasih, M.Ag