Media Israel Ungkap Tawanan yang Ditangkap Hamas Diperlakukan dengan Baik, Tak Pernah Disiksa
Hamas memperlakukan para tawanan Israel dengan baik dan tidak pernah menyiksa mereka.
Advertisement
Media Israel Ungkap Tawanan yang Ditangkap Hamas Diperlakukan dengan Baik, Tak Pernah Disiksa
Media Israel juga mengakui hal ini dalam laporannya. Channel 12 Israel mengatakan pihaknya bertemu dengan sejumlah kerabat tawanan Israel yang telah dibebaskan Hamas, menegaskan bahwa mereka tidak mengalami segala bentuk penyiksaan atau perlakuan buruk. Hanya saja, mereka mengatakan hanya menerima makanan dalam jumlah terbatas.
Sumber: Middle East Monitor
“Dalam dua minggu terakhir, Gaza hampir kehabisan bahan makanan, sehingga mereka harus puas dengan beras dalam jumlah sedikit, dan mereka sangat kelaparan,” jelas laporan tersebut.
Israel masih tidak mengizinkan tawanan yang dibebaskan untuk berbicara kepada media. Namun, beberapa kerabat mereka yang berbicara kepada media tanpa menyebutkan nama. Para tawanan di Gaza diizinkan mendengarkan saluran radio Israel.
Rekomendasi Beritauntuk kamu
- Gencatan Senjata Hamas-Israel Diperpanjang Lagi Satu Hari, Bantuan Kemanusiaan Kembali Dikirimkan
- Pemimpin Hamas Sebut Kesepakatan Gencatan Senjata dengan Israel Semakin 'Dekat'
- Media Israel Akhirnya Akui Dunia Lebih Mendukung Palestina dan Citra Israel Kian Memburuk
- Hamas Ancam Bunuh Tawanan Jika Israel Terus Menggempur Gaza
“Salah satu tawanan kehilangan berat badannya sebesar 20 kilogram, yang satu kehilangan 9 kilogram, dan yang lainnya kehilangan 12 kilogram,” kata dokter.
Pada 24 November, gencatan senjata ditetapkan selama empat hari antara Israel dan Hamas.
Advertisement
Perjanjian tersebut mencakup pembebasan 50 tawanan Israel dari Gaza dengan 150 warga Palestina, serta masuknya ratusan truk bermuatan bantuan kemanusiaan, serta bantuan medis dan bahan bakar ke seluruh wilayah Jalur Gaza. Pada Senin, Qatar sebagai mediator mengumumkan perpanjangan gencatan senjata selama dua hari dan lebih banyak tawanan akan dibebaskan.
Sumber: Middle East Monitor