Obama dan Putin kutuk penyerangan markas tabloid Charlie Hebdo
"Saya telah arahkan pemerintah saya untuk berikan bantuan yang diperlukan membawa teroris ke pengadilan," kata Obama.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengutuk serangan markas tabloid Charlie Hebdo yang menewaskan 12 orang. Obama menyebut pelaku penyerangan adalah kelompok teroris.
"Kami berhubungan dengan pejabat Prancis dan saya telah arahkan pemerintah saya untuk memberikan bantuan yang diperlukan untuk membantu membawa teroris ini ke pengadilan," kata Obama, Rabu (8/1).
Sejumlah pria bersenjata meneriakkan slogan-slogan Islam menyerbu kantor koran Charlie Hebdo di Paris. Penyerang membawa senapan serbu AK-47 dan peluncur granat.
Pemimpin Redaksi Mingguan itu, Stephane Charbonnier, dan tiga kartunis tewas dalam serangan itu. Mingguan ini telah menarik kontroversi dengan menerbitkan kartun satir Nabi Muhammad SAW, suatu yang tabu bagi ummat Islam.
"Saya sangat mengutuk penembakan mengerikan di kantor majalah Charlie Hebdo di Paris yang dilaporkan menewaskan 12 orang," kata Obama.
Presiden AS memuji Prancis sebagai sekutu tertua Amerika. "Pikiran dan doa kami dengan korban serangan teroris ini dan rakyat Prancis pada masa sulit ini," katanya.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengirim belasungkawa kepada korban serangan mematikan tersebut. "Moskow tegas mengutuk terorisme dalam segala bentuknya," kata juru bicara Putin, Dmitry Peskov, kepada kantor berita Tass.
"Tidak ada yang bisa membenarkan serangan teroris. Satu pernyataan Kremlin mengatakan presiden mengutuk keras kejahatan keji ini dan menegaskan kesiapannya untuk melanjutkan kerja sama aktif dalam pertempuran terhadap ancaman terorisme."
Putin, lanjutnya, juga menyampaikan duka mendalam kepada Presiden Prancis Francois Hollande. "Dia menyampaikan kata-kata simpati dan dukungan kepada kerabat dan orang-orang terkasih dari mereka yang meninggal serta cepat sembuh bagi semua orang yang menderita akibat tangan ekstremis itu," tambahnya.