Para Ahli Sebut Vaksin Covid-19 Bisa Menjangkau Seluruh Masyarakat Dunia Akhir 2023
Analisis pengembangan dan peningkatan produksi vaksin Covid-19 yang ada menunjukkan, dosis vaksin bisa menjangkau seluruh masyarakat global kemungkinan sampai September 2023.
Analisis pengembangan dan peningkatan produksi vaksin Covid-19 yang ada menunjukkan, dosis vaksin bisa menjangkau seluruh masyarakat global kemungkinan sampai September 2023, menurut temuan Pusat Perkembangan Global (CDG).
CDG merilis laporan awal bulan ini yang menggunakan proyeksi model untuk menganalisis kemungkinan keberhasilan pengembangan dan produksi vaksin.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Apa gejala Covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Bagaimana Pilkada 2020 diselenggarakan di tengah pandemi? Pemilihan ini dilakukan di tengah situasi pandemi COVID-19, sehingga dilaksanakan dengan berbagai protokol kesehatan untuk meminimalkan risiko penularan.
Menurut para ahli, kemungkinan regulator menyetujui setidaknya satu vaksin pada akhir tahun saat ini kurang dari 2 persen. Kemungkinan adanya vaksin meningkat menjadi 50 persen pada akhir April 2021 dan 85 persen pada akhir 2022, dan 98 persen pada akhir 2022.
“Berdasarkan portofolio Operation Warp Speed dan CEPI per September 2020, model tersebut memprediksi 78 persen kemungkinan bahwa setidaknya satu dari vaksin yang didanai Operation Warp Speed akan berhasil dan 67 persen kemungkinan bahwa setidaknya satu dari vaksin yang didanai CEPI akan berhasil," jelas laporan CDG, dikutip dari Alarabiya, Minggu (25/10).
“Model tersebut memprediksi kemungkinan kurang dari 1 persen bahwa tidak ada vaksin yang disetujui dari portofolio global saat ini, berdasarkan masukan yang kami peroleh dari wawancara ahli. Namun, jika kita menggunakan masukan yang lebih pesimistis dari para ahli, ini meningkat menjadi hampir 20 persen," tambah laporan yang ditulis oleh beberapa ahli itu.
Laporan tersebut mengatakan bahwa para ahli tidak berharap bahwa vaksin generasi pertama akan mengurangi risiko infeksi individu yang cukup untuk menimbulkan kekebalan kawanan dan mengakhiri pandemi.
“Langkah-langkah kesehatan masyarakat lainnya harus dilanjutkan. Pakar kami percaya bahwa vaksin berikutnya mungkin akan lebih manjur daripada yang sebelumnya," tulis para ahli.
Baru-baru ini, Johnson & Johnson mengatakan pihaknya ingin melanjutkan kembali uji coba di AS pada Senin atau Selasa dan tetap berada di jalur yang tepat untuk menghasilkan data dari uji coba keefektifan vaksin pada akhir 2020 atau awal 2021, kata kepala petugas ilmiah Johnson & Johnson, Paul Stoffels.
AstraZeneca, salah satu pengembang vaksin terkemuka, menghentikan uji coba di AS pada 6 September setelah laporan penyakit saraf yang serius, yang diyakini sebagai myelitis transversal, pada peserta uji coba perusahaan tersebut di Inggris.
Johnson & Johnson menghentikan uji coba tahap akhir skala besar pekan lalu setelah seorang peserta penelitian jatuh sakit. AstraZeneca melanjutkan uji coba pada Jumat.
(mdk/pan)