Paus Fransiskus Tegaskan Yerusalem Simbol Perdamaian Islam, Kristen & Yahudi
Paus Fransiskus menegaskan Yerusalem harus menjadi simbol hidup berdampingan dengan damai, bagi penganut tiga agama samawi (Ibrahimiah), terutama Kristen, Yahudi, dan Islam. Pernyataan tersebut diberikan dalam deklarasi bersama Raja Maroko Mohammed VI, dalam kunjungan pertamanya ke negara di Afrika Utara tersebut.
Paus Fransiskus menegaskan Yerusalem harus menjadi simbol hidup berdampingan dengan damai, bagi penganut tiga agama samawi (Ibrahimiah), terutama Kristen, Yahudi, dan Islam. Pernyataan tersebut diberikan dalam deklarasi bersama Raja Maroko Mohammed VI, dalam kunjungan pertamanya ke negara di Afrika Utara tersebut, Sabtu (30/3).
Kedua pemimpin menyebut Yerusalem sebagai warisan umum kemanusiaan untuk banyak keyakinan, khususnya bagi umat ketiga agama monoteistik.
-
Kapan Paus Fransiskus akan berkunjung ke Jakarta? Oleh sebab itu, sebanyak ribuan personel disiagakan dalam mulai dari 2-7 September 2024 untuk mengawal Paus selama ada di Jakarta.
-
Di mana pengepungan Yerusalem terjadi? Pengepungan Yerusalem adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Perang Salib, ketika Saladin berhasil merebut kembali kota suci dari tangan tentara salib Kristen.
-
Apa yang ditemukan para peneliti di Yerusalem? Para peneliti Badan Kepurbakalaan Israel (IAA) menemukan toilet pribadi dari Periode Bait Suci Pertama di kawasan pejalan kaki Armon Hanatziv di Yerusalem.
-
Apa yang dilakukan Paus Fransiskus di Indonesia? Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik Sedunia yang juga merupakan Kepala Negara Vatikan, mengadakan kunjungan di Indonesia.
-
Kenapa Paus Fransiskus mengunjungi Indonesia? Sebagai umat Katolik, Ryan berterima kasih kepada Paus Fransiskus karena mau memilih Indonesia sebagai tempat untuk melakukan lawatan atau kunjungan apostolik.
"Karakter multi-agama yang sangat khusus, dimensi spiritual dan identitas budaya Yerusalem... harus dilindungi dan dipromosikan," bunyi deklarasi yang dimaksud, sebagaimana dikutip dari laman Channel News Asia, Minggu (31/3).
Pernyataan tersebut tentu sangat kontras dengan pengakuan sepihak Presiden AS, Donald Trump beberapa waktu lalu bahwa Yerusalem merupakan Ibu Kota Israel. Sebuah pernyataan yang memicu kemarahan negara-negara Islam, mengingat Palestina menganggapnya sebagai bagian dari teritori di masa depan.
Bukanlah tanpa alasan deklarasi tersebut diberikan oleh pemimpin Maroko dan Paus Fransiskus.
Raja Mohammed VI merupakan ketua sebuah komite Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang bertugas melindungi dan memulihkan warisan agama, budaya dan arsitektur Yerusalem. Sedangkan Paus Fransiskus adalah kepala spiritual bagi 1,3 miliar umat Katolik dunia yang memiliki prioritas untuk memperbaiki hubungan dengan negara-negara lain.
Dalam kesempatan yang sama, Paus juga menyerukan perlawanan terhadap ekstremisme di depan ribuan warga Maroko yang hadir. Mereka bukan hanya umat Katolik di Maroko, namun juga puluhan ribu warga umum yang melihat pidato Paus melalui layar lebar yang disediakan pemerintah.
Raja Mohammed VI juga menyatakan hal yang senada. Dalam sebuah upacara di menara Masjid Hassan, pemimpin Maroko itu menolak agama sebagai justifikasi serangan teror.
"Yang dimiliki oleh teroris bukanlah agama, (tapi) itu justru karena ketidaktahuan terhadap agama. Sudah saatnya agama tidak lagi menjadi alasan ... untuk intoleransi," katanya.
Dalam kunjungan perdana tersebut, Paus menyempatkan diri untuk mengunjungi sebuah lembaga pendidikan Islam. Di sana Paus berbincang dengan murid dari Nigeria dan Prancis. Mereka ternyata belajar tentang Islam yang moderat.
Sebagaimana diketahui, Maroko adalah sebuah negara yang menjadikan Islam sebagai agama nasional, namun tetap memperbolehkan pemeluk Kristen dan Yahudi untuk beribadah dengan bebas.
Meski demikian, warga negara yang didapati telah mengajak Muslim untuk keluar dari agamanya, akan diberikan sanksi pidana hingga tiga tahun penjara.
Sebagai tambahan informasi, pemeluk Katolik di Moroko hingga saat ini mencapai sekitar 35.000 jiwa, sebagian besar merupakan imigran dari sub-sahara Afrika. Rabat mengklaim bahwa negaranya mengadaptasi pendekatan kemanusiaan dalam menangani imigran dan menolak tuduhan telah memindah paksa para pendatang ke perbatasan selatan.
Reporter: Siti Khotimah
Baca juga:
Sederet Ancaman Keras Erdogan kepada Trump dan Amerika
Palestina Sebut Penggalian di Yerusalem Program Yahudisasi & Pembersihan Etnis
Israel Negara Paling Banyak Dikecam PBB di 2018
Netanyahu Sebut Brasil Bakal Pindahkan Kedutaan Besarnya ke Yerusalem
Mahathir Mohamad Sebut Australia Tidak Punya Hak Akui Yerusalem Ibu Kota Israel
Delegasi Palestina Sebut Keputusan Australia Rusak Proses Perdamaian di Timur Tengah