Pengacara banyak temukan kejanggalan dalam bukti dakwaan Siti Aisyah
Pengacara banyak temukan kejanggalan dalam bukti dakwaan Siti Aisyah. Pengacara mengatakan Siti Aisyah dijadikan alat untuk melakukan pembunuhan.
Pengacara Siti Aisyah (SA), terdakwa kasus pembunuhan kakak pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, Kim Jong-nam, di Malaysia, menilai bukti-bukti yang dihadirkan jaksa penuntut dalam sidang kliennya terlalu lemah. Dari sederet bukti yang ada, tak satupun menunjukkan SA lah pembunuh adik tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong-un tersebut.
"Jika mengikuti situasi yang ada, tidak ada kejelasan siapa yang membunuhnya. Berdasarkan rekaman CCTV yang diputar di pengadilan, Siti Aisyah tidak melakukan apapun. Yang terekam hanya SA sedang berlari," kata pengacara SA, Gooi Soon Seng, Rabu (11/7).
-
Siapa KH Ahmad Hanafiah? KH Ahmad Hanafiah menjadi salah satu sosok paling berpengaruh di Kota Lampung yang juga seorang ulama berpengaruh di sana.
-
Siapa Halimah Agustina Kamil? Halimah Agustina Kamil, Sorot Elegan dalam Lingkaran Keluarga Cendana, Mantan Istri Putra Ketiga Soeharto, Bambang Trihatmodjo.
-
Di mana Aisyah Rahmawati saat ini bertugas? Setelah 4 tahun berlalu, kini Aisyah Rahmawati tumbuh menjadi wanita cantik dan berprofesi sebagai anggota TNI AD.
-
Apa yang diidap Siti Badriah? Siti Badriah mengungkapkan harapannya bahwa benjolan tersebut hanyalah jerawat biasa. Namun, ketika benjolan tidak kunjung hilang dan malah makin membesar menyerupai bisul, dia merasa terganggu.
-
Siapakah Hang Nadim? Salah satu figur pahlawan legendaris dari Pulau Bintan yang berjasa melindungi tanah kelahirannya dari jajahan bangsa Portugis.
-
Siapa Syekh Nurjati? Syekh Maulana Idhofi Mahdi Datuk Kahfi atau Syekh Nurjati menjadi tokoh penyebar Agama Islam yang berpengaruh di sekitar abad ke-14.
Sebaliknya, kata Gooi, terdakwa lain asal Vietnam Doan Thi Huong yang saat itu bersama SA lah yang justru terlihat memaparkan racum VX nerve agent ke wajah Kim.
"Doan Thi Huong mengaku melakukan sesuatu, tetapi kalau SA tidak. Hal itu bisa dilihat jelas lewat rekaman CCTV," ungkap Gooi.
Kejanggalan lain yang ditemukan oleh Gooi selama mendalami kasus ini adalah keterangan dari Kim sendiri usai diserang di Bandara Internasional Kuala Lumpur. Usai terpapar, Kim langsung mencari klinik setempat guna mendapat perawatan atas musibah yang menimpanya.
"Di pengadilan, jaksa menyebut bahwa petugas keamanan bilang Kim diserang oleh ‘dua perempuan’ yang mengacu pada SA dan Doan. Namun saat berada di klinik, berdasarkan keterangan perawat yang memeriksa, juga dilihat dari catatan medis korban, Kim mengaku diserang oleh ‘satu wanita’ (one woman)," papar Gooi.
"Jadi memang tidak ada bukti bahwa SA lah yang melakukan serangan," lanjutnya.
Saat itu Gooi pun diminta hakim untuk menjelaskan mengapa SA berada di bandara saat insiden berlangsung. Dengan tegas Gooi menjawab bahwa SA diminta oleh empat warga Korut yang kini melarikan diri ke negaranya untuk melakukan semacam prank atau jebakan jahil kepada orang tak dikenal.
Bukti lain yang dirasa lemah oleh Gooi untuk menuntut SA adalah penemuan kaus yang dikenakan SA saat insiden pembunuhan berlangsung. Kaus tersebut disebut-sebut terpapar racun agen saraf VX.
Namun keterangan yang didapat dari polisi dan jaksa terkait kasus tersebut tidak selaras.
"Ketika polisi mengambil kaus itu di hotel SA, saya bertanya ditaruh di mana kaus itu lalu dijawab di plastik hitam. Tetapi saat saya tanya di pengadilan, kaus itu disimpan di plastik transparan. Polisi juga mengaku memberi tanda di kausnya (bagian yang terpapar), namun kemudian tanda di kaus itu hilang,” papar Gooi.
"Selain itu, disebutkan juga kaus itu digunakan SA saat insiden. Tetapi tidak ada DNA SA ditemukan di kaus tersebut, padahal kaus itu tidak pernah dicuci. Kaus itu kemudian dikirim ke ahli kimia yang membenarkan ada sisa racun terpapar namun kemudian bukti tersebut malah dihancurkan. Kenapa dihancurkan? Benda ini jelas tidak bisa lagi dijadikan bukti karena sudah dimanipulasi," tambahnya.
Gooi juga menambahkan bahwa jaksa penuntut menyebut SA bekerja sama dengan empat warga Korut untuk membunuh Kim. Namun berdasarkan pengamatannya, SA justru tidak tahu yang dilakukannya adalah tindakan kriminal.
"Jika dia tahu racun itu mematikan, kenapa dia tidak pakai sarung tangan saat beraksi? Selain itu dari CCTV terlihat si empat warga Korut ke toilet untuk mengganti baju dan menghilangkan jejak, tetapi SA tidak. Kausnya masih dia pakai sampai pulang, dia juga tidak mencuci atau menghancurkannya. Dia juga disebut-sebut langsung mencuci tangannya setelah insiden tetapi sebenarnya tidak karena dari CCTV tidak terlihat SA masuk ke toilet," beber Gooi.
"Empat warga Korut itu langsung bertolak ke negaranya usai insiden. Tapi SA pulang ke rumahnya dan melakukan kegiatan seperti biasa, mulai dari bekerja dan lain-lain. Dia melakukannya selama 3 hari tanpa tahu apa yang sudah terjadi. Jika memang benar dia pembunuhnya, maka tidak mungkin dia tidak bersembunyi atau menutupi kejahatannya," tambahnya.
Gooi menyebut bahwa bukti-bukti diajukan oleh jaksa justru semakin menunjukkan ketidakbersalahan SA dalam kasus ini. SA jelas dikambinghitamkan oleh pihak tertentu untuk melakukan tindak kriminal.
Selain itu, SA juga tidak memiliki motif apapun jika dia benar-benar membunuh Kim.
"Jaksa penuntut tidak bisa menunjukkan motif SA melakukan pembunuhan. Kita tahu, setiap kasus pembunuhan pasti ada motifnya. Tapi ini tidak ada. Bukan perampokan, bukan didasari rasa iri dengki dan lainnya, SA bahkan tidak tahu siapa Kim dan Doan sebelumnya. Dia hanya dijadikan alat untuk melakukan pembunuhan," pungkas Gooi.
Baca juga:
Yakin Korut dalang dibalik pembunuhan Kim Jong-nam, AS beri sanksi ekonomi baru
AS tuduh Korea Utara gunakan cairan kimia VX untuk bunuh Kim Jong Nam
Siti Aisyah sempat kunjungi Kamboja sebelum terlibat pembunuhan Kim Jong-nam
Sidang pembunuhan Kim Jong-nam, Siti Aisyah dibayar Rp 1,3 juta buat acara hiburan
Kim Jong-nam bertemu intel Amerika lima hari sebelum dibunuh di Malaysia