Perpisahan Haru Dokter Palestina dengan Keluarganya, "Tidak Ada Jalan Keluar di Sini. Seluruh Gaza Tidak Aman"
Seorang dokter di Gaza terpaksa melepaskan keluarganya untuk mengungsi ke luar negeri, sementara di tetap tinggal untuk merawat korban luka agresi Israel.
Perpisahan Haru Dokter Palestina dengan Keluarganya, "Tidak Ada Jalan Keluar di Sini. Seluruh Gaza Tidak Aman"
Mohammad Abu Namous, seorang dokter di Gaza memeluk putrinya untuk terakhir kali di perbatasan Rafah pada Selasa. Dengan emosional, dokter tersebut mengucapkan selamat tinggal kepada keluarganya setelah ia memilih menetap untuk merawat ribuan orang yang terluka, korban kebrutalan agresi Israel di wilayah yang terkepung itu.
Sumber: Middle East Monitor
Keluarga Namous yang memiliki kewanegaraan Moldova termasuk di antara ratusan warga Gaza dengan paspor asing yang diizinkan berangkat ke Mesir melalui perbatasan Rafah. Jalur ini merupakan satu-satunya jalan keluar dari Gaza dan tidak bebatasan dengan Israel.
- Dokter di Gaza Kecam Keras Dokter Israel yang Dukung Pengeboman Rumah Sakit
- Dokter di Gaza Ungkap Kondisi Korban Kekejaman Israel Lebih Mengerikan dari yang Ada di Film-Film
- Indonesia Kutuk Keras Serangan Bom Israel ke RS Gaza, Desak Akses Kemanusiaan Dibuka
- “Kami Tidak Akan Meninggalkan Rumah Sakit, Kecuali ke Surga”
“Tidak ada jalan keluar lain dari hal ini. Tidak ada keamanan. Seluruh Jalur Gaza tidak aman. Itulah mengapa yang terbaik adalah saya mengeluarkannya sehingga saya dapat fokus pada pekerjaan saya merawat pasien,” kata Namous kepada Reuters sambil duduk bersama istri dan putrinya di ruang tunggu.
“Tentu saja saya akan mengeluarkan mereka, tetapi saya sendiri akan tetap tinggal di Jalur Gaza. Saya tidak akan pergi.”
Putri Abu Namous, Dina, mengatakan merasa senang sekaligus sedih karena akan pergi meninggalkan ayahnya.
“Kami akan pergi ke sana, yang ada listrik, air, internet dan semuanya,” kata Dina.
“Tetapi pada saat yang sama, saya sedih karena ayah akan tetap di sini.”
Israel membombardir Gaza sejak 7 Oktober, setelah kelompok perlawanan Palestina, Hamas menembakkan ribuan roket ke Israel selatan. Agresi pasukan penjajah Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 10.000 warga sipil Palestina. Menurut pejabat kesehatan di Gaza, 40 persen dari korban yang tewas adalah anak-anak.
Hal ini telah membuat Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, memperingatkan bahwa Gaza telah menjadi "kuburan bagi anak-anak".