Pertama Kali Sejak 34 Tahun, PBB Tekan Tombol Panik karena Situasi Gaza Makin Memburuk Akibat Serangan Israel
Tombol panik terakhir kali digunakan pada tahun 1989.
Tombol panik terakhir kali digunakan pada tahun 1989.
Pertama Kali Sejak 34 Tahun, PBB Tekan Tombol Panik karena Situasi Gaza Makin Memburuk Akibat Serangan Israel
Sekjen PBB Antonio Guterres menggunakan Pasal 99 dari Piagam PBB untuk mengeluarkan peringatan mendesak atas kekejaman tanpa akhir Israel di Gaza dan ancaman keruntuhan kemanusiaan bagi warga Palestina. Guterres pertama kali menggunakan pasal ini sejak dia menjabat dan pertama kali digunakan PBB dalam 34 tahun terakhir.
Dalam surat yang dirilis pada Rabu (6/12), Guterres memperingatkan Dewan Keamanan PBB tentang penderitaan yang tak terhitung selama dua bulan terakhir di Gaza. Ia mendesak anggota Dewan Keamanan untuk bersatu menyerukan gencatan senjata permanen di wilayah tersebut.
- Israel Kembali Bom Gaza Hanya Beberapa Menit Setelah Gencatan Senjata Berakhir, Sejumlah Warga Palestina Terbunuh
- 3.300 Pengacara Sebut Israel Lakukan Genosida di Gaza, AS Juga Terlibat
- Turki Beberkan Bukti Israel Pelaku Bom Rumah Sakit di Gaza, Bukan Militan Palestina
- Mengenal Bahaya Fosfor Putih yang Digunakan Israel Serang Gaza, Padahal Dilarang PBB
"Sistem perawatan kesehatan di Gaza sedang runtuh. Rumah sakit berubah menjadi medan pertempuran. Hanya 14 rumah sakit dari 36 fasilitas yang masih berfungsi sebagian," tulis Guterres, dilansir Huffington Post.
"Dua rumah sakit utama di Gaza selatan beroperasi dengan tiga kali lipat kapasitas tempat tidur mereka dan kehabisan pasokan medis dan bahan bakar. Mereka juga menjadi tempat berlindung bagi ribuan pengungsi," lanjut Guterres.
Dengan kondisi ini, Guterres menegaskan bahwa lebih banyak orang kemungkinan akan meninggal tanpa pengobatan dalam beberapa hari dan minggu mendatang.
"Tidak ada tempat yang aman di Gaza," tulis Guterres.
Penggunaan Pasal 99 ini memungkinkan Guterres membawa perhatian Dewan Keamanan terhadap masalah yang dianggapnya dapat mengancam perdamaian dan keamanan internasional.
"Di tengah bombardir terus-menerus oleh Pasukan Pertahanan Israel, dan tanpa tempat perlindungan atau kebutuhan dasar untuk bertahan hidup, saya mengharapkan ketertiban umum akan benar-benar runtuh karena kondisi putus asa, membuat bantuan kemanusiaan yang terbatas pun menjadi tidak mungkin," tulis Guterres.
"Situasi yang lebih buruk bisa terjadi, termasuk penyakit wabah dan meningkatnya tekanan perpindahan massal ke negara-negara tetangga."
Israel memerintahkan warga Palestina di Gaza untuk meninggalkan wilayah utara saat intensitas serangannya meningkat, mendorong warga sipil yang tersisa pergi ke daerah yang lebih kecil di wilayah tengah dan selatan. Tetapi warga Palestina mengatakan bahwa tidak peduli di mana mereka tinggal, pasukan Israel tetap membombardir mereka.
Guterres mengatakan krisis kemanusiaan di Gaza dapat memiliki "dampak yang berpotensi tidak dapat diubah" bagi penduduk Palestina, serta bagi perdamaian dan keamanan di wilayah tersebut.
"Masyarakat internasional memiliki tanggung jawab untuk menggunakan semua pengaruhnya untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan mengakhiri krisis ini. Saya mendesak anggota Dewan Keamanan untuk menekan mencegah bencana kemanusiaan," katanya.
"Saya ulangi seruan saya agar gencatan senjata kemanusiaan diumumkan. Ini mendesak. Penduduk sipil harus terhindar dari bahaya yang lebih besar," lanjutnya.
"Dengan gencatan senjata kemanusiaan, sarana bertahan hidup dapat dipulihkan, dan bantuan kemanusiaan dapat disampaikan dengan aman dan tepat waktu di seluruh Jalur Gaza."
Usaha sebelumnya yang dilakukan Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 negara untuk mengesahkan resolusi gencatan senjata gagal karena veto oleh Amerika Serikat, sekutu keuangan dan diplomatik Israel. AS abstain bulan lalu dari resolusi Dewan Keamanan yang meminta jeda sementara dalam pertempuran untuk memungkinkan bantuan masuk ke Gaza.
AS telah melihat surat Guterres tetapi menolak mengomentari isinya, menurut juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller. Dia mengatakan AS akan terus berkonsultasi dengan sekjen dan anggota Dewan Keamanan lainnya.
"Kami mengatakan hal tersebut tak lama setelah 7 Oktober, dan kami dengan tegas menyatakan bahwa salah satu hal yang sedang kami coba lakukan adalah mencegah konflik ini meluas."