Perubahan Iklim Bukan Masalah di Masa Depan, Tapi Saat Ini & di Seluruh Dunia
PBB melalui Panel Perubahan Iklim Antarpemerintah (IPCC) mengeluarkan laporan terbaru terkait perubahan iklim. Salah satu poin yang disampaikan adalah manusia akan lebih sering mengalami cuaca ekstrem. Namun ada juga kabar baik yang bisa menjadi rujukan para pemangku kepentingan untuk mengatasi masalah ini.
PBB mengeluarkan laporan terbaru terkait perubahan iklim yang disusun para ilmuwan yang tergabung dalam Panel Perubahan Iklim Antarpemerintah (IPCC). Dalam laporan terbaru yang dirilis beberapa hari lalu, para ilmuwan memperingatkan manusia di berbagai belahan dunia akan lebih sering mengalami cuaca ekstrem dalam tahun-tahun mendatang akibat perubahan iklim yang disebabkan naiknya permukaan air laut dan melelehnya es di Benua Artik.
Laporan para ilmuwan menyebut umat manusia akan mengalami keadaan yang tidak pernah terjadi sebelumnya dan penyebab dari semua ini tidak diragukan lagi adalah manusia sendiri yang gagal memenuhi kesepakatan untuk mengurangi emisi global dalam Paris Agreement 2015.
-
Bagaimana cara mengatasi perubahan iklim? Ada beberapa cara mengatasi perubahan iklim yang bisa dilakukan, di antaranya: Mengehmat Energi Salah satu cara mengatasi perubahan iklim adalah menghemat energi. Dengan menghemat energi, kita bisa mengurangi efek rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim.
-
Apa itu perubahan iklim? Menurut PBB, perubahan iklim adalah mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Pergeseran ini mungkin alami, seperti melalui variasi siklus matahari. Namun sejak tahun 1800-an, aktivitas manusia menjadi pendorong utama perubahan iklim, terutama akibat pembakaran bahan fosil seperti batu bara, minyak dan gas.
-
Di mana Pertamina mempresentasikan capaian target iklimnya? Pertamina pamerkan deretan capaian tersebut pada gelaran Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2023 atau Conference of the Parties 28 di Uni Emirat Arab.
-
Bagaimana Kementerian PUPR mendorong kerjasama internasional dalam bidang pengelolaan air? Indonesia dikatakan Presiden, konsisten mendorong tiga hal pada forum. Pertama, adalah meningkatkan prinsip solidaritas dan inklusifitas untuk mencapai solusi tantangan bersama terutama bagi negara-negara pulau kecil yang mengalami kelangkaan air. Kedua, memberdayakan hydro-diplomacy untuk kerja sama konkret dan inovatif sesuai kebutuhan negara penerima disamping mencegah persaingan dalam pengelolaan sumber daya air lintas batas berdasarkan hukum internasional. Ketiga, adalah memperkuat political leadership sebagai kunci dalam menyukseskan berbagai bentuk kerja sama menuju ketahanan air yang berkelanjutan.
-
Kenapa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan keringanan PBB? Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan keringanan PBB dengan tujuan untuk: Membantu masyarakat: Terutama bagi mereka yang mengalami kesulitan ekonomi. Meningkatkan kepatuhan wajib pajak: Dengan memberikan kemudahan, diharapkan semakin banyak wajib pajak yang taat membayar pajak. Mendukung pertumbuhan ekonomi: Keringanan pajak dapat mendorong aktivitas ekonomi dan investasi.
-
Kapan Hari Fiksi Iklim Internasional diperingati? Even, ditetapkan peringatan khusus, yaitu Hari Fiksi Iklim Internasional setiap 20 April.
"Skala perubahan yang terjadi baru-baru ini mengubah secara keseluruhan sistem iklim yang ada dan kondisi saat ini tidak pernah terjadi dalam beberapa abad hingga ribuan tahun lalu," kata laporan yang dibuat IPCC, seperti dilansir Aljazeera, Selasa (10/8).
Suhu permukaan Bumi rata-rata diperkirakan akan mencapai 1,5 atau 1,6 derajat Celcius melebihi masa pra-industri pada 2030 nanti, menurut laporan IPCC. Namun ternyata apa yang diprediksi IPCC 3 tahun lalu itu sudah terjadi 10 tahun lebih cepat.
Hal-hal yang perlu dipelajari dari laporan IPCC tersebut. Pertama, bahwa perubahan iklim itu meluas, cepat, dan meningkat.
“Perubahan iklim bukan masalah masa depan, ia ada di sini dan saat ini dan berdampak pada setiap wilayah di dunia,” kata salah satu penulis laporan IPCC PBB yang juga ilmuwa Universitas Oxford, Dr Friederike Otto, dikutip dari BBC, Kamis (13/8).
Keyakinan dari pernyataan yang sekarang dibuat para ilmuwan itulah kekuatan sebenarnya dari publikasi laporan baru ini.
Ungkapan "sangat mungkin" muncul 42 kali dalam 40 halaman Ringkasan untuk Pembuat Kebijakan. Dalam istilah ilmiah, 90-100 persen pasti bahwa hal itu nyata.
Yang paling jelas dari poin-poin ini adalah tentang tanggung jawab umat manusia terhadap perubahan iklim.
Tidak ada lagi keraguan - ini adalah tanggung jawab kita.
Hal kedua yang dipelajari dari laporan itu terkait suhu permukaan Bumi 1,5 derajat Celcius.
Ketika laporan IPCC terakhir tentang ilmu perubahan iklim diterbitkan pada tahun 2013, gagasan 1,5 derajat Celcius sebagai batas global yang aman untuk pemanasan hampir tidak dipertimbangkan.
Namun dalam negosiasi politik yang mengarah ke Paris Agreement 2015, banyak negara berkembang dan negara kepulauan mendorong batas suhu yang lebih rendah, dengan alasan itu adalah masalah kelangsungan hidup bagi mereka.
Salah satu cara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak mungkin agar suhu permukaan bumi tetap dikendalikan yaitu menggunakan teknologi ramah lingkungan dan menanam pohon.
"Skenario emisi paling rendah yang kami nilai dalam laporan ini menunjukkan bahwa tingkat pemanasan stabil di sekitar atau di bawah 1,5 derajat Celcius di akhir abad ini. Jika itu adalah jalur yang akan kita ikuti, maka dampaknya akan dapat dihindari secara signifikan,” jelas salah satu penulis laporan IPCC, Dr Amanda Maycock dari Universitas Leeds.
Air laut akan tetap naik
Kabar buruknya, apapun yang kita lakukan, air laut akan tetap naik.
Di masa lalu, IPCC telah dikritik karena terlalu konservatif dalam menilai risiko kenaikan permukaan laut. Kurangnya penelitian yang jelas melihat laporan sebelumnya mengecualikan dampak potensial dari pencairan lapisan es Greenland dan Antartika.
Tidak kali ini.
Laporan tersebut menunjukkan, di bawah skenario saat ini, laut bisa naik di atas kisaran hingga 2 meter pada akhir abad ini dan hingga 5 meter pada 2150. Meskipun ini adalah angka yang tidak mungkin, mereka tidak dapat dikesampingkan di bawah skenario kondisi emisi gas rumah kaca yang tinggi.
Bahkan walaupun kita menangani emisi dan menjaga suhu sekitar 1,5 derajat Celcius pada tahun 2100, air laut akan terus naik di masa yang akan datang.
“Makalah itu menunjukkan bahkan dengan pemanasan 1,5 derajat Celcius kita melihat (dalam) jangka panjang (kenaikan air laut) 2 hingga 3 meter. Dan di bawah skenario tertinggi, kita bisa melihat kenaikan permukaan laut beberapa meter pada tahun 2150,” jelas Profesor Malte Meinshausen dari Universitas Melbourne dan penulis laporan IPCC.
Bahkan jika kenaikan permukaan laut relatif ringan, dampaknya tidak dapat kita hindari.
"Dengan naiknya permukaan laut secara bertahap, peristiwa ekstrim yang pernah terjadi di masa lalu, hanya sekali dalam satu abad, akan semakin sering terjadi di masa depan," kata Valerie Masson-Delmotte, salah satu ketua kelompok kerja IPCC yang menyiapkan laporan baru tersebut.
"Yang terjadi hanya sekali per abad di masa lalu diperkirakan akan terjadi sekali atau dua kali per dekade pada pertengahan abad. Informasi yang kami berikan dalam laporan ini sangat penting untuk diperhitungkan dan dipersiapkan untuk peristiwa ini."
Cara penanganan
Walaupun kabar buruk itu sangat mengkhawatirkan, ada juga kabar baiknya: para ilmuwan lebih yakin terkait cara menangani perubahan iklim ini.
Sejak lama para ilmuwan khawatir iklim bisa lebih sensitif terhadap karbon dioksida daripada yang mereka perkirakan.
Mereka menggunakan frase - sensitivitas iklim keseimbangan - untuk menangkap kisaran pemanasan yang dapat terjadi jika tingkat CO2 digandakan.
Dalam laporan terakhir pada 2013, berkisar antara 1,5 derajat Celcisu sampai 4,5 derajat Celcius, tanpa perkiraan terbaik.
Kali ini, kisarannya dipersempit dan penulis memilih 3 derajat Celcius sebagai angka yang paling mungkin.
Mengapa ini penting?
"Kami sekarang dapat membatasi itu dengan tingkat kepastian yang baik dan kemudian kami menggunakannya untuk benar-benar membuat prediksi yang jauh lebih akurat," kata Prof Piers Forster dari University of Leeds, dan seorang penulis laporan tersebut.
"Jadi, dengan begitu, kita tahu bahwa nol bersih akan benar-benar berhasil.”
Kejutan besar lainnya dalam laporan tersebut adalah peran metana, gas pemanasan lainnya.
Menurut IPCC, sekitar 0,3 derajat Celcius dari 1,1 derajat C yang telah meningkatkan suhu Bumi berasal dari metana.
Mengatasi emisi tersebut, dari industri minyak dan gas, pertanian dan budidaya padi, bisa menjadi kemenangan besar dalam jangka pendek.
Landasan negosiasi
Laporan terbaru IPCC ini disampaikan hanya beberapa bulan sebelum konferensi iklim COP26 di Glasgow. Artinya laporan ini kemungkinan akan menjadi landasan negosiasi.
Penelitian baru ini jauh lebih kuat, lebih jelas dan lebih yakin tentang apa yang akan terjadi jika politisi tidak bertindak.
Jika mereka tidak bertindak cukup cepat dan COP26 berakhir hasil yang tidak memuaskan, maka kemungkinan pengadilan akan lebih banyak terlibat.
Dalam beberapa tahun terakhir, di Irlandia dan Belanda, para aktivis lingkungan menggugat lewat pengadilan, memaksa pemerintah dan perusahaan bertindak berdasarkan ilmu perubahan iklim.
"Kami tidak akan membiarkan laporan ini disimpan oleh kelambanan lebih lanjut. Sebaliknya, kami akan membawanya ke pengadilan," kata Kaisa Kosonen, penasihat politik senior di Greenpeace Nordic.
"Dengan memperkuat bukti ilmiah antara emisi manusia dan cuaca ekstrem, IPCC telah menyediakan cara baru yang kuat bagi semua orang di mana pun untuk meminta industri bahan bakar fosil dan pemerintah bertanggung jawab langsung atas darurat iklim,” lanjutnya.
Dia mencontohkan baru-baru ini sebuah LSM menang melawan Shell di pengadilan dan itu harus dijadikan contoh. Hal itu menurutnya menjadi bukti kuatnya pengaruh ilmu pengetahuan yang menjadi dasar laporan IPCC.
(mdk/pan)