Rusia Hapus Taliban dari Daftar Organisasi Teroris, Janji Perkuat Hubungan Kerjasama
Pihak Rusia sudah memutuskan untuk menghapus Taliban dari daftar organisasi teroris.
Rusia mengumumkan telah memutuskan untuk menghapus Taliban, yang saat ini berkuasa di Afghanistan, dari daftar organisasi teroris pada Jumat lalu. Utusan kepresidenan Rusia untuk Asia Selatan, Zamir Kabulov, menyampaikan kepada kantor berita pemerintah TASS bahwa Kementerian Luar Negeri dan beberapa Badan Keamanan Nasional sedang memproses penghapusan tersebut sesuai dengan hukum federal yang berlaku.
"Kepemimpinan Rusia telah membuat keputusan penting mengenai hal ini," ujar Kabulov, seperti yang dilansir VOA Indonesia, Senin (7/10).
- Rusia Serang Ukraina dengan Rudal Hipersonik, Putin Peringatkan Negara Barat Juga Bisa Jadi Target Serangan
- Tentara Indonesia dan Rusia Gelar Latihan Militer Gabungan Untuk Pertama Kali, Ini Tujuannya
- Korea Utara Bantu Rusia Kirim Ribuan Tentara buat Perang di Ukraina, AS Panik Sampai Rayu China
- Prabowo Terima Kunjungan Kehormatan Dubes Rusia di Kemenhan
"Kami berharap pengumuman final akan segera dilakukan."
Pernyataan ini muncul bersamaan dengan konferensi regional yang diadakan di Moskow untuk membahas situasi di Afghanistan. Pertemuan tersebut dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov. Lavrov juga melakukan pembicaraan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Taliban, Amir Khan Muttaqi, yang memimpin delegasinya dalam acara multilateral yang berlangsung pada hari Jumat di ibu kota Rusia, di bawah kerangka Format Moskow.
"Kami sangat percaya akan pentingnya menjaga dialog pragmatis dengan pemerintah Afghanistan saat ini," kata Lavrov dalam pidato pembukaannya di hadapan delegasi dari negara-negara seperti China, India, Iran, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Pakistan, dan Uzbekistan.
"Moskow akan terus memperkuat hubungan politik, perdagangan, dan ekonomi dengan Kabul," tambah Lavrov.
Format Moskow 2017
Pada 2017, Rusia memperkenalkan Format Moskow, yang sejak saat itu menjadi forum rutin untuk membahas berbagai tantangan yang dihadapi oleh Afghanistan, negara yang dilanda kemiskinan dan konflik. Dalam pidatonya yang disiarkan pada pertemuan hari Jumat, Muttaqi menyambut baik keputusan terbaru Kazakhstan dan Kyrgyzstan untuk menghapus Taliban dari daftar kelompok terlarang.
"Kami juga menghargai pernyataan positif yang diberikan oleh pejabat tinggi Federasi Rusia mengenai isu ini dan berharap dapat segera melihat langkah-langkah yang lebih konkret," ungkap kepala diplomat Taliban tersebut.
Hubungan Rusia dengan Afghanistan telah mengalami banyak dinamika. Pada 1979, tentara Soviet masuk ke negara itu untuk mendukung pemerintah pro-Moskow di Kabul. Namun, satu dekade kemudian, Rusia terpaksa mundur setelah mengalami kekalahan signifikan akibat serangan pemberontak atau mujahidin Afghanistan yang didukung oleh Amerika Serikat (AS).
Sejak Taliban kembali berkuasa di Afghanistan tiga tahun lalu, setelah penarikan pasukan AS dan NATO yang mengakhiri konflik selama dua dekade, Moskow telah menjalin hubungan informal yang semakin erat dengan kelompok tersebut.
Sanjung Taliban
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, memberikan pujian kepada Taliban atas usaha mereka dalam memerangi narkotika di Afghanistan serta melawan cabang regional ISIS yang dikenal sebagai IS-Khorasan (IS-K). \
"Kami mendukung komitmen pemerintah Afghanistan dalam menghadapi ancaman terorisme," kata Lavrov.
Sementara itu, Muttaqi mengajak semua negara di kawasan untuk "bekerja sama dalam mencegah perekrutan warga mereka oleh ISIS yang kemudian dikirim ke Afghanistan dan negara lain untuk melakukan aksi subversif."
Ia merujuk pada IS-K, yang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dianggap sebagai ancaman teroris paling signifikan yang muncul dari wilayah Afghanistan. Meskipun Menteri Luar Negeri Taliban tidak menyebutkan negara tertentu, Kabul secara resmi menuduh kelompok teroris tersebut melakukan serangan dari basis di Pakistan. Namun, pejabat di Islamabad membantah tuduhan tersebut, yang mereka anggap tidak berdasar.
Hingga saat ini, belum ada negara yang secara resmi mengakui pemerintahan Taliban, meskipun China dan Uni Emirat Arab telah menerima duta besar yang ditunjuk oleh mereka.