Saat Ayahnya Sekarat, Dua Bersaudara di India Berburu Oksigen yang Melelahkan
Keluarga orang-orang yang sakit memenuhi media sosial dengan permohonan bantuan oksigen karena persediaan di rumah sakit-rumah sakit menipis atau karena mereka berusaha merawat keluarga di rumah.
Ketika pria 54 tahun Niranjan Saha mulai mengeluhkan sesak napas di rumahnya pekan lalu di New Delhi, istrinya, Usha Devi, langsung curiga suaminya terinfeksi virus corona. Dengan memburuknya wabah dan rumah sakit terpaksa menolak pasien, Usha bergegas ke kamar putra mereka.
“Lakukan apa pun yang kalian inginkan tapi carikan saya tabung oksigen,” kata Usha kepada Anikat (21) dan Mukul (19).
-
Di mana UMKM di Bontang terdampak oleh pandemi Covid-19? Wabah Covid-19 pada awal tahun 2020 memberikan dampak besar terhadap sektor perkonomian Indonesia, termasuk pada UMKM Kota Bontang.
-
Siapa yang memimpin aksi demo petani Kendeng saat pandemi COVID-19? Aksi demo petani Kendeng kembali dilakukan saat pandemi COVID-19. Kala itu mereka menolak aktivitas penambangan yang dianggap berpotensi merusak lingkungan.
-
Siapa yang dilibatkan dalam penanganan pandemi Covid-19 dalam disertasi Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung? Analisis ini menawarkan wawasan berharga tentang pentingnya kerjasama antar-sektor dan koordinasi yang efektif antara lembaga pemerintah dan non-pemerintah dalam menghadapi krisis kesehatan.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Bagaimana Pilkada 2020 diselenggarakan di tengah pandemi? Pemilihan ini dilakukan di tengah situasi pandemi COVID-19, sehingga dilaksanakan dengan berbagai protokol kesehatan untuk meminimalkan risiko penularan.
“Jual emasku, tapi beli sebuah tabung,” lanjutnya, seperti dikutip dari The New York Times, Kamis (29/4).
Di tengah parahnya krisis wabah Covid-19 gelombang kedua di India, keluarga-keluarga memohon bantuan, api dari tumpukan kayu pembakaran jasad atau kremasi menyala pagi dan malam. Oksigen menjadi satu komoditas langka.
Pada Rabu (28/4), Kementerian Kesehatan India melaporkan 3.293 kematian akibat virus ini, sehingga total kasus kematian telah melampaui 200.000. Selain itu, kasus infeksi baru yang tercatat pada Rabu sebanyak 357.000, memecah rekor kasus harian tertinggi di dunia.
Pemerintah India menyampaikan, ada cukup persediaan cairan oksigen untuk memenuhi kebutuhan medis dan pihaknya dengan cepat meningkatkan pasokan. Tapi fasilitas produksi oksigen yang berpusat di India timur, jauh dari pusat wabah terparah di Delhi dan di negara bagian Maharashtra di wilayah barat, memerlukan waktu beberapa hari melalui perjalanan darat.
Keluarga orang-orang yang sakit memenuhi media sosial dengan permohonan bantuan oksigen karena persediaan di rumah sakit-rumah sakit menipis atau karena mereka berusaha merawat keluarga di rumah. Orang lainnya meminta bantuan keluarga, teman, rekan kerja, politikus lokal, siapapun yang bisa membantu menyediakan tabung oksigen.
Saya tidak ingin mati
Beberapa hari setelah Niranjan Saha, seorang sales, pertama kali mengeluhkan gejala, dia dites positif virus corona. Melihat foto-foto pasien lainnya terengah-engah dalam ambulans, dia mengatakan kepada istrinya dia lebih baik mati di rumah daripada memohon bantuan orang asing.
Kedua putra mereka mulai mencari tabung oksigen.
Mereka keliling Delhi menggunakan sepeda motor, berhenti di rumah sakit ke rumah sakit lainnya menanyakan apakah ada oksigen dan tempat tidur. Mereka menghubungi teman-temannya dan mengirim pesan massal di WhatsApp. Mereka mendekati seorang politikus dari Partai Aam Aadmi. Tapi tak ada yang bisa membantu.
Kondisi Niranjan memburuk dan demamnya semakin tinggi. Terbaring di ranjang, dia memohon istrinya mencari seorang dokter.
“Saya tidak ingin mati,” cetusnya, sembari menggenggam tangan istrinya.
Naik enam sampai 10 kali lipat
Pada Minggu malam, empat hari setelah dites positif Covid-19, kedua putranya berhenti di luar sebuah toko isi ulang oksigen di Delhi selatan. Seorang pria mendekati mereka dan menawarkan bantuan. Lega, Anikat dan Mukul bersiap menyerahkan uang yang ibunya berikan: 10.000 rupee atau sekitar Rp 1,9 juta, harga standar sebuah tabung oksigen.
“Enam puluh ribu,” kata pria itu.
Dua anak muda itu kaget. Itu hampir setara dengan penghasilan ayahnya dalam setahun.
“Tapi apakah Anda punya pilihan?” kata Anikat Saha.
“Apa yang Anda lakukan ketika pasien Anda sekarat?”
Beberapa orang di Delhi mengatakan mereka membayar sedikitnya 10 kali lebih mahal dari harga biasa untuk oksigen, dan sejumlah media melaporkan tabung oksigen dijarah dari rumah sakit-rumah sakit.
Pada Selasa, pengadilan di Delhi mengatakan pemerintah lokal gagal mengatasi menjamurnya pasar gelap dan menyebut mereka yang menimbun oksigen sebagai “burung bangkai”.
“Ketika ratusan orang mati karena sesuatu yang mendasar seperti oksigen medis, itu kegagalan besar pemerintahan,” kata Asim Ali, seorang peneliti di Center for Policy Research, sebuah wadah pemikir di New Delhi.
Matanya terpejam tak bergerak
Dua bersaudara itu menyampaikan ke ibunya, yang berusaha menghubungi tetangga dan kerabat di Assam, kampung halaman ayahnya. Akhirnya, mereka tidak perlu menggadaikan perhiasan emas ibunya: Mereka mengumpulkan uang bersama dan berhasil membawa pulang tabung oksigen menggunakan sepeda motor mereka.
Di rumah, mereka tidak langsung paham bagaimana memasang oksigen tersebut. Ketika mereka berhasil, oksimeter di jari ayahnya menunjukkan tingkat oksigen darahnya turun di bawah 50 - sangat rendah. Selama beberapa jam, Niranjan menarik napas pendek melalui selang.
Tapi kemudian matanya terpejam dan tubuhnya terbaring tak bergerak.
Mereka menelpon ambulans dan Usha Devi berangkat ke rumah sakit mendampingi suaminya di mana mereka kemungkinan bisa mendapatkan tempat tidur. Mereka tiba mendapati antrean ambulans menunggu di luar rumah sakit bersama pasien. Niranjan Saha meninggal sebelum diterima rumah sakit.
(mdk/pan)