Saudi, UEA dan 7 Negara Islam Lain Tolak Putus Hubungan dengan Israel
Saudi, UEA dan 7 Negara Islam Lain Tolak Putus Hubungan dengan Israel
Saudi dan Uni Emirat Arab menolak proposal untuk memutus hubungan dengan Israel.
- Israel Bunuh Lebih dari 700 Warga Gaza Dalam 24 Jam
- Usai Sepakat Gencatan Senjata dengan Hamas, Israel Bom Kawasan Makam Cucu Nabi Muhammad
- Pemimpin Hamas Sebut Kesepakatan Gencatan Senjata dengan Israel Semakin 'Dekat'
- "Mereka Percaya Alquran dan Tidak Akan Menyakiti Kami", Pengakuan Tawanan Israel yang Dibebaskan Hamas
Saudi, UEA dan 7 Negara Islam Lain Tolak Putus Hubungan dengan Israel
Arab Saudi yang dianggap sebagai pemimpin de facto dunia muslim bersama tetangganya Uni Emirat Arab menjadi bagian dari negara-negara yang memblokir proposal untuk memutuskan semua hibungan dengan Israel dalam pertemuan KTT Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang digelar di Riyadh, Arab Saudi, dua hari lalu.
Proposal yang diajukan Aljazair itu bertujuan memutus semua hubungan diplomatik dan ekonomi dengan Tel Aviv serta menolak wilayah udara Arab untuk penerbangan Israel.
Negara-negara muslim yang memproduksi minyak harus "mengancam menggunakan minyak sebagai alat untuk menekan Israel" agar mencapai gencatan senjata di Gaza. Demikian dilaporkan The Times of Israel mengutip Ehud Ya'ari, pengamat isu Arab dari kantor berita Israel Channel 12.
Proposal tersebut ditolak oleh beberapa negara termasuk Arab Saudi, UEA, Yordania, Mesir, Bahdain, Sudan, Maroko, Mauritania, dan Djinouti, tambah laporan Ya'ari.
Dalam komunike resmi yang dikeluarkan setelah KTT Islam-Arab, tidak ada rincian yang dibagikan terkait dengan proposal tersebut.
Namun, dua delegasi yang menghadiri pertemuan puncak tersebut mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa Aljazair telah mengajukan proposal yang meminta pemutusan total hubungan dengan Israel.
Negara-negara Arab lainnya menentang permintaan tersebut karena mereka ingin menjaga saluran komunikasi tetap terbuka dengan Tel Aviv di tengah krisis yang sedang berlangsung, kata mereka.
Arab Saudi sebelumnya dijadwalkan menjadi tuan rumah pertemuan Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada 11 November, dan KTT Liga Arab pada 12 November.
Namun, mengingat krisis kemanusiaan di Gaza, Saudi memutuskan menjadi tuan rumah pertemuan puncak gabungan di Riyadh pada 11 November.
Putera Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammed bin Salman (MBS) pada sesi pembukaan KTT mengatakan tanggung jawab ada di tangan Israel atas “kejahatan yang dilakukan terhadap rakyat Palestina.” Jalan ke depan untuk mengakhiri krisis ini memerlukan gencatan senjata segera, tambahnya.
KTT tersebut juga menandai adanya kunjungan pertama kepala negara Iran ke Arab Saudi dan terjadi hampir delapan bulan setelah China menjadi perantara perdamaian kedua negara.
Presiden Iran, Ebrahim Raisi meminta berkumpulnya negara-negara Islam untuk menetapkan militer Israel sebagai “organisasi teroris.”
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan konferensi perdamaian internasional harus diadakan untuk menemukan solusi jangka panjang terhadap konflik Israel-Palestina.
“Apa yang kita perlukan di Gaza bukanlah jeda selama beberapa jam, melainkan kita memerlukan gencatan senjata permanen,” kata dia.
KTT tersebut dihadiri oleh perwakilan dari 57 negara mayoritas muslim. Presiden Indonesia Joko Widodo, selaku negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia mengatakan “OKI harus menggunakan semua lini untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas kekejaman kemanusiaan yang telah dilakukannya”.