Skandal Cambridge Analytica, politik kotor & bobolnya data Facebook
Kasus pembobolan data ini disebut merupakan yang terbesar di perusahaan besutan Mark Zuckerberg itu. Cambridge Analytica pernah disewa jasanya dalam kampanye Donald Trump di Pilpres AS 2016.
Cambridge Analytica, sebuah perusahaan konsultan politik asal Inggris tengah menghadapi tuduhan serius. Mereka diduga mencuri informasi dari 50 juta profil pengguna Facebook tanpa seizin pemiliknya. Data-data itu diduga kuat digunakan untuk membantu mereka merancang perangkat lunak (software) untuk memprediksi sekaligus memengaruhi pilihan para pemilih di bilik suara.
Kasus pembobolan data ini disebut merupakan yang terbesar di perusahaan besutan Mark Zuckerberg itu. Cambridge Analytica pernah disewa jasanya dalam kampanye Donald Trump di Pilpres AS 2016.
-
Di mana Mark Zuckerberg dan timnya membuat Facebook? Mereka merintis proyek ini dari sebuah kamar kos di Harvard pada tahun 2004.
-
Jam tangan mewah apa yang dikenakan Mark Zuckerberg? Menurut laporan, miliarder teknologi ini memakai jam tangan Patek Philippe Platinum in-line perpetual calendar dengan dial biru, yang harganya mencapai $141.400 atau sekitar Rp1,18 miliar.
-
Apa tujuan awal Mark Zuckerberg dalam membuat Facebook? Sejarah 4 Februari Hari Ulang tahun Facebook, yaitu dimulai Mark Zuckerberg ingin membuat platform chat. Bersama teman-temannya, Andrew McCollum, Eduardo Saverin, Chris Hughes, dan Dustin Moskovitz, Zuckerberg mengembangkan Facebook saat mereka masih kuliah di Universitas Harvard.
-
Apa saja yang dicakup dalam "kompensasi lain" Mark Zuckerberg? Tahun lalu, Meta mengatakan bahwa dana keamanan tersebut bisa digunakan Zuckerberg untuk membayar “personel tambahan, peralatan, layanan, perbaikan tempat tinggal,” dan kebutuhan keamanan lainnya. Di luar dana keamanan, Zuckerberg bisa menggunakan “kompensasi lain” yang ia punya untuk “biaya yang berkaitan dengan penggunaan pesawat pribadi.”
-
Apa yang ingin dicapai Mark Zuckerberg dengan Llama 3 dan Meta AI? “Dengan model baru ini, kami percaya bahwa saat ini Meta AI adalah asisten AI paling pintar yang bisa anda gunakan secara bebas,” ucap Zuckerbeg dalam unggahan di akun Instagramnya.
-
Siapa yang menciptakan Facebook? Sejarah 4 Februari Hari Ulang tahun Facebook, yaitu dimulai Mark Zuckerberg ingin membuat platform chat. Bersama teman-temannya, Andrew McCollum, Eduardo Saverin, Chris Hughes, dan Dustin Moskovitz, Zuckerberg mengembangkan Facebook saat mereka masih kuliah di Universitas Harvard.
Tak hanya itu, sejumlah taktik kotor juga diduga dilakukan perusahaan tersebut.
Skandal Cambridge Analytica terkuak berkat investigasi reporter media Inggris, Channel 4 News yang bertemu dengan sejumlah eksekutifnya dengan berpura-pura sebagai klien potensial dari Sri Lanka.
Berkedok perwakilan dari sebuah keluarga tajir di Sri Lanka, wartawan yang menyamar mengaku ingin mengubah hasil pemilu di negara Asia Selatan itu.
Dalam rekaman kamera tersembunyi, CEO Cambridge Analytica Alexander Nix terekam membeberkan cara kerja perusahaannya.
Meski awalnya membantah bahwa Cambridge Analytica menggunakan teknik 'jebakan' untuk lawan, Nix dalam rekaman kemudian justru membeberkan trik-trik 'kotor' yang lazim mereka gunakan.
Seperti dikutip dari News.com.au, Selasa (20/3/2018), Nix juga berkoar bahwa adalah hal yang mudah untuk menyebarkan informasi pernyataan seorang politisi agar dipercaya banyak orang, meski itu sejatinya tak benar.
"Terdengar mengerikan, namun informasi-informasi tersebut tak perlu sepenuhnya benar, yang penting mereka (pemilih) meyakininya," kata CEO Cambridge Analytica, Alexander Nix dalam rekaman yang beredar.
"Kami menggunakan perusahaan-perusahaan Inggris, beberapa perusahaan Israel," kata Nix. "Yang dari Israel, sangat efektif untuk mengumpulkan data intelijen."
Menurut media Inggris, Guardian, Nix juga menjelaskan secara rinci tentang layanan yang diberikan para eks mata-mata yang mereka pekerjakan. "Kami punya dua projek saat ini, yang melibatkan riset mendalam tentang pihak oposisi dan menyediakan sejumlah sumber, material yang bersifat sangat merusak, yang akan kami putuskan bagaimana cara untuk menerapkannya dalam kampanye," kata dia seperti dikutip dari Haaretz.
CEO Cambridge Analytica mengklaim mampu merekam pihak oposisi sedang menerima suap, atau menggunakan jasa gadis cantik pekerja seks komersial (PSK) asal Ukraina untuk menjebak target.
Perusahaan itu juga mengklaim bisa menganalisis data konsumen, termasuk dari media sosial dan menggelar jajak pendapat atau pooling -- untuk menyampaikan materi pemasaran ke orang-orang yang jadi sasaran.
Cambridge Analytica mengaku pernah bekerja di Italia, Kenya, Afrika Selatan, Kolombia and Indonesia.
Media New York Times dan The Observer of London melaporkan, Cambridge Analytica diduga mengeksploitasi informasi dari 50 juta pengguna Facebook dan menggunakannya untuk mengembangkan teknik yang bisa digunakan untuk mendukung kampanye Donald Trump dalam Pilpres 2016. Tujuannya, untuk mempengaruhi para pemilih.
Perusahaan yang terafisilasi dengan Strategic Communication Laboratories (SCL) itu punya kantor di London, New York, Washington DC, juga di Brasil dan Malaysia. Sementara, miliarder pengelola investasi global (hedge fund) sekaligus pendukung Donald Trump, Robert Mercer adalah pemiliknya.
Cambridge Analytica memiliki keterkaitan dengan dengan mantan kepala penasihat Trump Steve Bannon dan manajer kampanye Trump 2020, Brad Parscale.
Bobol lewat kuis kepribadian di Facebook
Seperti dikutip dari thejournal.ie, Psikolog Universitas Cambridge, Aleksandr Kogan menciptakan aplikasi prediksi kepribadian, thisisyourdigitallife, yang diunduh oleh 270.000 orang.
Aplikasi tersebut memungkinkan Kogan untuk mengakses informasi seperti konten seperti apa yang disukai pengguna Facebook, asal kota yang mereka dalam data profil.
Informasi-informasi tersebut kemudian diteruskan ke Strategic Communication Laboratories (SCL) dan Cambridge Analytica.
Kepada saluran televisi Kanada, CBC, Christopher Wylie, mantan karyawan Cambridge Analytica mengaku, perusahaan tersebut menggunakan data-data pribadi yang didapatkan tanpa persetujuan.
Itu adalah salah kasus pencurian data paling parah dalam sejarah Facebook.
Sejak kabar mengejutkan itu menyeruak, Facebook telah memblokir laman Strategic Communication Laboratories (SCL) dan Cambridge Analytica, juga akun milik Christopher Wylie dan Aleksandr Kogan.
Pihak Facebook berpendapat bahwa aplikasi thisisyourdigitallife berstatus resmi, namun menuduh Kogan kemudian melanggar persyaratan Facebook dengan mengirimkan data ke SCL atau Cambridge Analytica.
Perusahaan raksasa media sosial itu mengaku telah mengetahui insiden yang terjadi pada 2016 tersebut dan meminta semua pihak yang terkait untuk menghapus data-data yang mereka dapatkan.
"Klaim bahwa ini adalah pembobolan data sepenuhnya salah," kata pihak Facebook, Sabtu 17 Maret 2018.
Perusahaan tersebut mengatakan, pengguna aplikasi diduga dengan sadar memberikan informasi mereka.
Meski demikian, wakil kepala bagian Legal Facebook, Paul Grewal mengaku pihaknya terus menyelidiki klaim tersebut.
"Kami akan mengambil langkah hukum bila perlu untuk menuntut pertanggungjawaban dan akuntabilitas mereka atas perilaku apapun yang melawan hukum," ujar pihak Facebook, seperti dikutip VOA.
Pihak Cambridge Analytica membantah keras tuduhan yang diarahkan pada mereka. Perusahaan itu mengaku telah menghapus data-data Facebook dari pihak ketiga pada 2014, setelah mengetahui bahwa informasi-informasi tersebut tak memenuhi aturan.
Reporter: Rizki Akbar Hasan
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Pendiri WhatsApp serukan hapus Facebook
Co-founder WhatsApp serukan #deletefacebook
Cara keluarga kaya Sri Lanka bongkar siasat Cambridge Analytica
Mark Zuckerberg dalam tekanan Parlemen AS terkait kampanye Donald Trump
Dikabarkan data 50 juta pengguna bocor, Facebook siap turun tangan