Tanpa Lockdown & WFH di Taiwan, Ini Cara KDEI Lindungi WNI Pekerja Migran dari Corona
Tiga warga negara Indonesia (WNI) di Taiwan dilaporkan positif virus corona (Covid-19) per 30 Maret lalu
Tiga warga negara Indonesia (WNI) di Taiwan dilaporkan positif virus corona (Covid-19) per 30 Maret lalu, menurut Kamar Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) Taipei. Ketiga WNI tersebut kini sedang dalam perawatan intensif di tiga rumah sakit di Taiwan.
Fajar Nuradi, Kepala Bidang Perlindungan WNI dan Penerangan Sosial Budaya KDEI Taipei, menjelaskan ketiganya terdiri dari dua perempuan dan satu pria, merupakan pekerja migran Indonesia (PMI). Dari tiga kasus WNI ini, satu kasus terinfeksi lokal di Taiwan, sedangkan dua kasus mengalami gejala setelah tiba di Taiwan dari Indonesia.
-
Bagaimana tanggapan Taiwan terhadap tuduhan China? Dalam pernyataannya kepada wartawan di parlemen, yang dikutip oleh Reuters pada Rabu (25/9), Menteri Pertahanan Taiwan Wellington Koo menyatakan bahwa China merupakan peretas utama di dunia. "China adalah negara yang pertama kali melancarkan serangan siber setiap hari, yang ditujukan kepada Taiwan dan negara-negara lain yang memiliki aspirasi demokrasi serupa. Mereka adalah pelaku utama," ujarnya.
-
Bagaimana Pertempuran Wuhan berakhir? Pada 25 Oktober 1938, pasukan Jepang berhasil memasuki Wuhan setelah mengalahkan pertahanan Tiongkok.
-
Kapan Pertempuran Wuhan terjadi? Pertempuran ini berlangsung pada 11 Juni 1938, mencakup serangkaian operasi militer yang terjadi antara pasukan Kekaisaran Jepang dan pasukan Republik Tiongkok di wilayah Wuhan, yang merupakan pusat politik, militer, dan ekonomi yang penting bagi Tiongkok pada masa itu.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa tujuan serangan siber yang dituduhkan China kepada Taiwan? Kementerian Keamanan Nasional China menuduh kelompok hacker yang diduga didukung oleh militer Taiwan, yaitu Anonymous 64, melakukan serangan siber dengan tujuan sabotase antipropaganda terhadap sejumlah target di China.
-
Mengapa China menuduh Taiwan sebagai pelaku serangan siber? Taiwan, yang memiliki sistem pemerintahan demokratis, di klaim oleh China sebagai bagian dari wilayahnya, sering melaporkan bahwa mereka menjadi korban peretasan dan disinformasi dari China. Namun, jarang terjadi Beijing membalikkan situasi dengan melontarkan tuduhan kepada Taipei.
"KDEI Taipei secara rutin memantau kondisi ketiga WNI dan memastikan mereka mendapatkan perawatan yang terbaik. Kondisi kesehatan mereka stabil dan cenderung membaik," ujar Fajar pada Merdeka.com via aplikasi percakapan, Rabu (1/4).
KDEI Taipei mencatat WNI yang tinggal di Taiwan lebih dari 300 ribu orang yang didominasi pekerja migran termasuk anak buah kapal (ABK). Detailnya; yang bekerja di lembaga berbadan hukum 72.251 orang dan bekerja di perorangan atau domestik 197.382 orang. Jumlah pelajar/mahasiswa di Taiwan sebanyak 14.489 orang, sementara WNI yang melakukan kawin campur 26 ribu orang.
Menurut Fajar, saat ini Taiwan mengalami gelombang kedua (second wave) penyebaran Covid-19, yang ditandai dengan peningkatan jumlah kasus positif sejak pertengahan Maret lalu. Hingga 30 Maret, ada 306 kasus positif Covid-19. Sebanyak 262 kasus diklaim sebagai imported cases yang berasal dari mereka yang memiliki riwayat perjalanan dan terinfeksi dari negara-negara terdampak. Dari total kasus tersebut, 39 orang dinyatakan sembuh alias negatif, sedangkan 5 orang meninggal dunia.
"Namun, otoritas Taiwan tidak memberlakukan kebijakan stay at home atau work from home, apalagi lockdown, selama pandemik Covid-19. Aktivitas pemerintahan, bisnis, dan perkantoran berjalan normal seperti biasa," ujar Fajar yang bertugas di KDEI Taipei sejak 2018.
Secara umum, kata dia, seluruh WNI di Taiwan dalam kondisi baik. Secara dekat, KDEI Taipei memantau kondisi mereka baik langsung maupun tidak langsung melalui organisasi-organisasi WNI yang ada.
Sejak 29 Februari, otoritas Taipei melarang warga Taiwan dan warga negara asing berkumpul di hall Taipei Main Station (TMS) hingga batas waktu yang belum ditentukan. Padahal TMS menjadi lokasi berkumpul utama para WNI saat berlibur di akhir pekan. Namun demikian, stasiun kereta dan moda transportasi kereta di Taipei tetap beroperasi seperti biasa.
Pekerja Migran Rentan Terpapar Covid-19
Fajar menjelaskan, pandemik Covid-19 di Taiwan tentu berdampak kepada sekitar 300 ribu WNI. Dampak langsung, misalnya, berkurangnya kesempatan mengadakan aktivitas-aktivitas sosial, karena otoritas lokal sangat membatasi kegiatan-kegiatan yang melibatkan banyak orang.
Bagi sebagian besar PMI yang bekerja di sektor domestik, seperti merawat jompo dan asisten rumah tangga, sangat rentan terpapar Covid-19 karena pekerjaan menuntut mereka tidak dapat menghindari kontak langsung dengan orang-orang di dalam rumah tempatnya bekerja. Bahkan pekerja di sektor manufaktur/pabrik punya kerentanan sama ketika ada pekerja lain terinfeksi yang harus dikarantina selama 14 hari sehingga pendapatannya tidak optimal.
KDEI Taipei sejauh ini mencatat belum ada keluhan WNI yang terlalu berat. Hanya permintaan bantuan masker dan hand sanitizer, karena agak sulit mendapatkannya. Keluhan lain terkait realisasi kebijakan-kebijakan baru untuk mencegah penyebaran Covid-19 yang langsung berkaitan dengan kepentingan para pekerja migran, pelajar, dan WNI lainnya.
Untuk urusan masker ini, KDEI Taipei melihat ada masalah meski otoritas Taiwan mengizinkan warga asing yang memiliki kartu asuransi atau kartu izin tinggal dapat membeli masker sebanyak 3 masker per minggu sesuai jadwal yang ditentukan. Karena jadwal bekerja, banyak pekerja migran Indonesia tidak dapat membeli masker sesuai jadwalnya. Akibatnya kebanyakan tidak memiliki stok masker memadai sekaligus menambah kerentanan mereka.
"Melihat permasalahan masker tersebut, KDEI Taipei mengambil inisiatif dengan membagikan bantuan masker seluas mungkin dengan cara mendatangi daerah-daerah di seluruh Taiwan. Bantuan masker juga dibagikan kepada para mahasiswa Indonesia dan WNI undocumented," ujarnya.
Sejak awal Februari, KDEI Taipei menjalankan program pembagian masker kepada WNI di Taiwan yang terdiri dari PMI, mahasiswa/pelajar, dan WNI lainnya ke hampir seluruh Taiwan hingga ke Kinmen County yang berada di pulau terpisah. Bantuan masker kesehatan ini, selain pengadaan mandiri, juga diperoleh dari BNPB, Kementerian Luar Negeri RI, Kementerian Tenaga Kerja, BNP2TKI (BP2MI), sejumlah pemerintah daerah, BUMN; BNI dan BRI, dan pihak swasta lainnya.
Selain itu, KDEI Taipei juga mencatat sejumlah organisasi masyarakat Indonesia, seperti PCI Muhammadiyah Taiwan, PCI NU Taiwan, Indonesian Diaspora Network Taiwan, PPI Taiwan, dan PERPITA turut mengadakan program pembagian masker bagi WNI di Taiwan sebagai bentuk solidaritas.
Rencana Mitigasi dan Satgas Dampak Covid-19
Kata Fajar, KDEI Taipei juga menyusun rencana kontijensi dalam kondisi darurat dan membentuk Satgas Penanganan Dampak Covid-19. Selain itu, secara rutin disebarluaskan kepada WNI melalui website dan akun media sosial KDEI Taipei informasi Covid-19.
"Pada 29 Maret kemarin, kami mengadakan acara bertajuk NgobraSS Bareng KDEI, kegiatan diskusi dan sosialisasi bahaya Covid-19 kepada seluruh WNI di Taiwan melalui fasilitas live streaming Facebook. Acara ini menghadirkan narasumber Bayu Sakti Wiratama, ahli epidemiologi Universitas Gadjah Mada dan kandidat PhD di Taipei Medical University, dan mendapat perhatian WNI cukup banyak hingga 5.500 viewers," ucapnya.
Selain menyebarluaskan informasi terkini dan imbauan kepada WNI di Taiwan mengenai pencegahan Covid-19 melalui website resmi, media sosial dengan mencantumkan nomor-nomor Hotline 24/7, KDEI Taipei juga terus memantau secara dekat dan cermat perkembangan kondisi pandemik COVID-19 dan penanganannya di Taiwan dari berbagai aspek terutama yang terkait dengan kepentingan dan keselamatan WNI.
KDEI Taipei secara intensif menjalin komunikasi dan koordinasi dengan otoritas terkait untuk mengantisipasi potensi kondisi memburuk dan mengancam jiwa serta keselamatan WNI. Saat ini hampir semua sumber daya dan konsentrasi KDEI Taipei difokuskan untuk perlindungan WNI dalam situasi wabah COVID-19.
(mdk/pan)