Trump Dinilai Bakal Makin Kuat Dukung Israel di Timur Tengah, Ini Tanda-Tandanya Kata Pengamat
Trump menang Pilpres AS berdasarkan hasil penghitungan suara sementara, mengantong sekitar 51 persen suara.
Donald Trump diperkirakan menang sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) berdasarkan hasil perolehan suara sementara. Politikus Partai Republik ini akan kembali ke Gedung Putih sebagai Presiden AS ke-47, setelah sebelumnya menjabat sebagai Presiden ke-45 pada 2017-2021.
Berdasarkan data perolehan suara sementara yang dikutip dari Associated Press, Trump mengantongi 51 persen suara dan 277 electoral college. Sementara pesaingnya dari Demokrat, Kamala Harris memperoleh 47,5 persen suara dan 224 electoral college.
- Perjalanan Karier Donald Trump, dari Pengusaha Sukses ke Calon Presiden Lagi
- Kampanye Pilpres AS Dipenuhi Deklarasi Kesetiaan ke Israel, Biden Mengaku Zionis, Trump Pilih Cawapres Pendukung Perampasan Yerusalem
- Pelaku Penembakan Trump Sudah Dilihat Aparat Keamanan 30 Menit Sebelum Dia Menembak
- Sebelum Penembakan Terjadi, Donald Trump Pernah Diramal, Tebakannya Mengejutkan
Trump telah mendeklarasikan kemenangannya di Florida di hadapan para pendukungnya, menyebut kemenangannya kali ini sebagai "kemenangan politik yang berbeda dengan pemilihan lainnya dalam sejarah AS". Dia berjanji masa jabatannya kali ini akan menjadi "zaman keemasan" dalam sejarah AS.
Salah satu pemimpin dunia yang paling awal menyampaikan selamat kepada Trump adalah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Israel selama ini merupakan sekutu dekat AS.
Dalam perang genosida Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza yang berlangsung setahun lebih, AS menjadi pendukung utama dengan terus menerus memasok negara penjajah itu dengan bantuan persenjataan. Menurut data Costs of War Project di Brown University, AS telah menggelontorkan total dana sebesar USD17,9 miliar bantuan militer ke Israel dalam setahun terakhir.
Lebih Lunak ke Israel
Setelah menang, apakah Trump akan meningkatkan dukungannya untuk Israel?
Trump dinilai lebih lunak terhadap Israel dibandingkan Harris. Saat Netanyahu berkunjung ke Washington dan bertemu Harris, Harris yang juga menjabat sebagai wakil presiden menyatakan dia tidak suka dengan jumlah warga sipil yang dibunuh Israel di Gaza.
Sementara itu ketika masih menjabat sebagai presiden, pada 6 Desember 2017, Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Terkait perang Israel di Gaza, Trump beberapa kali menegaskan Israel harus diizinkan untuk "menyelesaikan tugasnya" di wilayah Palestina tersebut, seperti dilansir ABC News, Rabu (6/11).
"Tampaknya hanya sedikit orang yang tahu apa sebenarnya maksudnya. Namun yang jelas adalah Trump akan jauh lebih mendukung Israel dibandingkan Harris," tulis editor urusan global ABC News, John Lyons dalam laporannya.
Hapus Pembatasan Untuk Israel
Namun, ada pula yang berpendapat pada masa jabatan Trump yang kedua, pembatasan terbatas yang diterapkan AS terhadap Israel akan dihapuskan.
“Saya pikir dengan Kamala Harris, Israel mungkin akan mengharapkan pendekatan yang lebih konfrontatif yang bertujuan, dalam beberapa hal, mengikat tangan Israel,” kata Shmuel Rosner, seorang komentator Israel, kepada NPR.
“Dengan Donald Trump, nampaknya Israel akan lebih bebas melakukan perang sesuai keinginannya,” lanjutnya, dikutip dari The Jewish Chronicle.
Israel telah membunuh lebih dari 43.000 warga Palestina di Gaza dan melukai lebih dari 100.000 lainnya sejak 7 Oktober 2023 sampai saat ini, berdasarkan data Kementerian Kesehatan di Gaza.