UNICEF: Pandemi Sebabkan Anak-Anak Kehilangan Pendidikan Tak Tergantikan
Menurut UNICEF, di banyak negara, jutaan anak yang kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kemampuan dasar, mempengaruhi dampak kesehatan mental mereka dan membuat mereka berisiko mengalami penganiayaan dan kekurangan gizi.
Badan PBB untuk urusan anak-anak, UNICEF kemarin mengatakan penutupan sekolah karena pandemi Covid-19 menyebabkan anak-anak di seluruh dunia kehilangan pendidikan yang hampir tidak bisa tergantikan.
Lebih dari 616 juta siswa di dunia masih terdampak penutupan sekolah, bagian separuh atau sepenuhnya.
-
Bagaimana UNICEF membantu pemerintah dalam penyediaan air bersih? UNICEF juga memberikan dukungan dalam 5 area strategis untuk penyediaan akses air minum dan sanitasi, salah satunya adalah membantu pemerintah dalam mengambil keputusan dan peningkatan komitmen, serta menyediakan akses sanitasi yang aman bagi masyarakat.
-
Apa yang dilakukan dosen muda ini di kelas? Sebelum masuk ke kelas, dosen muda bernama Akbar ini memang sudah berkenalan dengan mahasiswanya yang masih baru. Saat masuk ke kelas, mahasiswanya pun bertanya apakah ia kakak tingkat.
-
Bagaimana sekolah tersebut mendukung bakat anak-anak? Hilman mengatakan jika semua anak yang sekolah di sana selalu mendapatkan support untuk mengembangkan bakatnya. “Kan nggak dibatasi ya? Punya bakat apa itu bakal disupport ya?” tanya Hilman. “Iya,” jawab Boy.
-
Kenapa pantun edukasi penting untuk anak? Pantun edukasi merupakan sarana terbaik untuk mengajarkan kepada anak maupun remaja bahwa belajar adalah hal yang penting.
-
Apa kepanjangan dari UNHCR? UNHCR singkatan dari United Nations High Commissioner for Refugees, Ini adalah lembaga PBB yang bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan, bantuan, dan advokasi bagi para pengungsi di seluruh dunia.
-
Kenapa ucapan kelulusan sekolah dianggap penting? Ucapan tersebut juga menjadi penyemangat untuk membantu mereka ketika mereka memulai tahap kehidupan selanjutnya.
Laman Channel News Asia melaporkan, Selasa (25/1), menurut UNICEF, di banyak negara, jutaan anak yang kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kemampuan dasar, mempengaruhi dampak kesehatan mental mereka dan membuat mereka berisiko mengalami penganiayaan dan kekurangan gizi.
"Sederhananya, kita mengalami kehilangan pendidikan pada anak-anak dalam skala yang tidak tergantikan," kata Kepala Pendidikan UNICEF Robert Jenkins dalam pernyataan setelah hampir dua tahun pandemi.
Membuka kembali sekolah saja masih tidak cukup, kata dia. Jenkins menyerukan ada dukungan tambahan untuk memulihkan hilangnya pendidikan pada anak-anak.
UNICEF melaporkan, penutupan sekolah membuat 70 persen anak usia 10 tahun tidak bisa membaca atau memahami kalimat sederhana. Angka itu naik dari 53 persen pada sebelum pandemi di negara berpenghasilan menengah ke bawah.
Di Ethiopia misalnya, anak-anak sekolah dasar hanya mampu mempelajari 30-40 persen materi pelajaran matematika dibanding jika mereka menjalani sekolah normal, kata UNICEF.
Di negara kaya pun demikian. Di Amerika Serikat hilangnya pendidikan terlihat di sejumlah negara bagian termasuk Texas, California, Maryland.
Anak putus sekolah juga menjadi masalah. Di Afrika Selatan, ada sekitar 400-500 ribu siswa harus putus sekolah, menurut data sejak Mei 2020 hingga Juli 2021.
Pada akhirnya penutupan sekolah karena pandemi ini menyebabkan lebih dari 370 juta anak di seluruh dunia tidak mendapat bekal makanan yang sepatutnya bagi kebutuhan nutrisi sehari-hari mereka.
Baca juga:
Memahami Strategi Nol Covid China, Akankah Bertahan Melawan Omicron?
WHO: Omicron Bisa Membawa Akhir Pandemi di Eropa
Suntikan Booster Vaksin Moderna dan Pfizer 90 Persen Efektif Lawan Omicron
PM Selandia Baru Jacinda Ardern Batalkan Pernikahan karena Maraknya Kasus Omicron
Cinta Bersemi Saat Terjebak Lockdown Kedua Kali
Austria Bujuk Warga Agar Mau Divaksin dengan Hadiah Voucher Uang Rp8 Juta
Ada Isu Rasisme di Balik Temuan Omicron oleh Ilmuwan Afrika Selatan
Penyanyi Ini Meninggal Setelah Sengaja Kena Covid-19
Sudah Lewati Puncak Omicron, Inggris Cabut Aturan Pakai Masker dan WFH Pekan Depan
Dirjen WHO Sebut Pandemi Covid-19 Masih Jauh dari Selesai