Warga Filipina Sepakat Cara Duterte Habisi Pengedar Narkoba
Survei yang dilakukan oleh Social Weather Stations itu melibatkan sekitar 1.200 responden dan mereka mengaku puas dengan tiga tahun kampanye Duterte memerangi narkoba. Sebanyak 82 persen dari responden menyatakan puas atas tindakan Duterte dengan alasan peredaran narkoba dan kejahatan sudah berkurang.
Sebuah jajak pendapat di Filipina menyimpulkan rakyat cukup puas dengan cara Presiden Rodrigo Duterte memerangi narkoba.
Sejak menjabat presiden Duterte memerintahkan aparat keamanan menghabisi para pelaku yang dianggap terlibat dengan narkoba, baik pemakai, pengedar, dan penjual.
-
Kenapa elang Filipina terancam punah? Ancaman utama mereka adalah kehilangan habitat akibat pertanian, pertambangan, perburuan, penebangan, dan perubahan iklim.
-
Bagaimana Filipina menjadi negara merdeka? Baru tanggal 4 Juli 1946, republik Filipina mencapai kemerdekaan penuh setelah mencapai kesepakatan dengan Amerika. Manuel Roxas mengambil kembali sumpahnya sebagai Presiden pertama Republik Filipina, setelah menyepakati perjanjian dengan Amerika Serikat.
-
Di mana elang Filipina yang terlihat di video ini mendiami? Dikenal dengan sebutan 'elang pemakan monyet' di wilayahnya, burung ini memiliki reputasi yang legendaris di dalam hutan hujan yang lembab di kepulauan Filipina.
-
Bagaimana cara elang Filipina berburu monyet? Untuk berhasil mengejar monyet, dibutuhkan kerja sama antara sepasang elang Filipina. Salah satu elang akan mengalihkan perhatian kera sementara elang yang lain akan menyergap dari atas dan menangkap kera tersebut.
-
Kenapa pelatih Filipina mengeluh tentang wasit Yudi Nurcahya? Ia merasa Filipina berpotensi meraih kemenangan jika wasit Yudi Nurcahya memberikan penalti kepada mereka.
-
Di mana Tiongkok dikabarkan melakukan tindakan pengadangan terhadap Filipina? Hal ini dapat tergambarkan dalam konflik perseteruan belum lama ini di Desember 2023, ketika Angkatan Laut (AL) Filipina dihambat dan dihalang-halangi oleh Tiongkok saat melakukan operasi pengiriman logistik ke basis militer Filipina di area Second Thomas Shoal (Pollock & Symon, 2024).
Survei yang dilakukan oleh Social Weather Stations itu melibatkan sekitar 1.200 responden dan mereka mengaku puas dengan tiga tahun kampanye Duterte memerangi narkoba. Sebanyak 82 persen dari responden menyatakan puas atas tindakan Duterte dengan alasan peredaran narkoba dan kejahatan sudah berkurang.
Dikutip dari laman Arab News, Senin (23/9), tapi ada 12 persen responden menyatakan tidak puas karena mereka meyakini pengedar narkoba masih banyak dan terlalu banyak pelanggaran dan pembunuhan dilakukan oleh polisi. Survei ini dilakukan sejak akhir Juni lalu.
Laporan survei ini dirilis hanya dua hari sejak bocornya informasi memo presiden yang memerintahkan lembaga pemerintah dan perusahaan negara untuk menolak pinjaman atau bantuan dari 18 negara yang termasuk Dewan Hak Asasi PBB, di antaranya Spanyol, Inggris, dan Australia. Negara-negara itu selama ini mendukung resolusi PBB untuk menyelidiki cara Duterte menghabisi pelaku narkoba.
Polisi mengatakan mereka telah membunuh lebih dari 6.700 tersangka pengedar narkoba yang semuanya menolak ditangkap serta menyangkal keterlibatan mereka dalam tewasnya ribuan pengedar narkoba lain yang masih penuh misteri.
Polisi menyangkal tuduhan kelompok pembela HAM yang menyebut mereka mengeksekusi target, merekayasa laporan, dan merusak barang bukti dan lokasi kejadian.
Juru bicara kepresidenan, Salvador Panelo mengatakan survei ini memperlihatkan komunitas internasional salah paham dalam menyikapi apa yang terjadi selama ini.
"Jika benar ada pelanggaran hak asasi maka rakyat negeri ini akan bangkit melawan pemerintah," kata Panelo.
"Tidak benar polisi membunuh seenaknya, mereka tidak boleh melakukan itu."
Sebanyak 47 negara Dewan HAM PBB Juli lalu setuju meminta laporan lengkap tentang pembunuhan yang terjadi. Namun menteri luar negeri Filipina mengatakan tindakan itu tidak akan diizinkan di Filipina.
©Reuters/Romeo Ranoco
Panelo menuturkan penyelidikan di dalam negeri sudah dilakukan dan resolusi PBB itu tidak adil dan sebuah penghinaan.
Mahkamah Kriminal Internasional sejak tahun lalu menggelar penyelidikan awal untuk menentukan apakah ada alasan untuk menyelidiki Duterte. Sebagai respons atas tindakan itu Duterte menarik keanggotaan Filipna dari Mahkamah Kriminal Internasional.
Phil Robertson perwakilan Human Rights Watch Asia menuturkan survei di dalam negeri yang memperlihatkan dukungan terhadap Duterte dan tindakan kerasnya ini justru memperlihatkan di situlah perlunya penyelidikan internasional.
"Sungguh konyol mengatakan sudah ada penyelidikan nasional atas kejahatan ini. Itu menggelikan," kata Robertson kepada stasiun televisi ANC.
"Mereka-mereka yang terlibat dalam kejadian ini selama ini kebal hukum," kata dia.
Baca juga:
Mobil Pikap DFSK Super Cab Made in Cikande Diekspor ke Filipina
Kemlu Imbau Nelayan Tidak Melaut di Sabah, Ada Potensi Abu Sayyaf Beraksi
Produk Semen Indonesia Terbebas dari Bea Masuk ke Filipina
KJRI Peringatkan Nelayan soal Militan Abu Sayyaf Akan Beraksi di Perairan Sabah
Wijaya Karya Beton Tengah Lebarkan Sayap Bisnis ke Afrika dan Filipina
KKP Tangkap 6 Kapal Pencuri Ikan Ilegal Asal Vietnam dan Filipina