Koalisi Jadi Musuh, Presiden Filipina Dapat Ancaman Permbunuhan dari Wapresnya
Dua dinasti politik di Filipina, yaitu keluarga Marcos dan keluarga Duterte sebelumnya memiliki kerjasama yang erat.
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. menyatakan pada Senin (25/11), dia berkomitmen untuk menghadapi apa yang ia sebut sebagai ancaman yang sembrono dan meresahkan terhadap dirinya. Pernyataan tersebut disampaikan setelah wakil presidennya mengeluarkan ancaman akan membunuhnya jika terjadi hal buruk pada dirinya.
Dalam sebuah pesan video yang ditujukan kepada masyarakat Filipina, Marcos atau Bongbong Marcos ini tidak menyebut secara langsung nama Wakil Presiden Sara Duterte, tetapi menegaskan bahwa "rencana kriminal semacam itu tidak boleh diabaikan".
Pada Sabtu (23/11), Sara Duterte, yang merupakan putri dari mantan Presiden Rodrigo Duterte yang dikenal dengan kebijakan tegasnya, menyatakan ia telah memerintahkan seorang pembunuh untuk menghabisi Marcos Jr., istrinya, serta ketua DPR, jika terjadi sesuatu padanya. Pernyataan tersebut disampaikan saat ia ditanya mengenai keselamatannya, meskipun ia tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai ancaman yang ia hadapi.
"Pernyataan yang kami dengar beberapa hari lalu sangat meresahkan. Ada penggunaan kata-kata kasar dan ancaman sembrono untuk membunuh sebagian dari kita," ungkap Bongbong, seperti yang dilansir Channel News Asia pada, Selasa (26/11).
"Saya akan melawan mereka," ujarnya.
Bongbong menegaskan, ia tidak akan membiarkan tindakan kriminal seperti itu berlalu tanpa adanya konsekuensi.
"Jika merencanakan pembunuhan presiden semudah itu, bagaimana dengan warga biasa?" tegasnya.
Pembunuhan Benigno Aquino
Sara Duterte juga memberikan tanggapan kepada wartawan bahwa ia belum mendengar pernyataan Marcos Jr., tetapi ia teringat tentang pembunuhan mantan senator Benigno Aquino pada tahun 1983, yang menurutnya dilakukan oleh keluarga Marcos, meskipun ia tidak memberikan bukti konkret untuk mendukung klaim tersebut.
Setelah mundur dari jabatan sebagai menteri pendidikan pada Juni, Sara Duterte menghadapi pengawasan yang ketat dari legislatif terkait pengeluarannya selama menjabat. Ancaman terhadap Marcos Jr. muncul setelah anggota parlemen memutuskan untuk memenjarakan kepala staf Sara Duterte karena diduga menghalangi penyelidikan mengenai dugaan penyalahgunaan dana publik oleh wakil presiden.
Seorang pejabat senior dari kementerian kehakiman menyatakan wakil presiden tidak memiliki kekebalan hukum dari tuntutan pidana. Marcos Jr. menekankan pentingnya agar pejabat terpilih tidak menghalangi pekerjaan legislator demi kepentingan pemerintahan yang baik.
"Jika pertanyaan-pertanyaan sah dari Kongres dijawab, kita tidak akan sampai pada titik ini," kata Marcos Jr.
Serangan yang dilancarkan oleh Sara Duterte terhadap Marcos Jr. juga terjadi hanya beberapa pekan setelah ayahnya, Rodrigo Duterte, menjadi sasaran penyelidikan di DPR dan Senat terkait ribuan kasus pembunuhan selama masa "perang melawan narkoba" yang berlangsung dari tahun 2016 hingga 2022.
Dalam proses penyelidikan tersebut, pemerintahan Marcos Jr. untuk pertama kalinya menunjukkan kesiapan untuk berkolaborasi dengan upaya internasional guna menangkap mantan presiden tersebut, yang saat ini sedang diselidiki oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan. Rodrigo Duterte sendiri dalam sidang tersebut menyatakan ia sepenuhnya bertanggung jawab atas tindakan keras yang dilakukannya dan mendesak ICC untuk "mempercepat" proses penyelidikannya.