Kaleidoskop 2023: Panas Dingin Hubungan Megawati dengan Keluarga Jokowi
Hubungan Megawati dengan keluarga Jokowi menjadi peristiwa politik yang menyita perhatian di tahun 2023.
Kaleidoskop 2023: Panas Dingin Hubungan Megawati dengan Keluarga Jokowi
Hubungan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dengan keluarga Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat membuat publik heboh. Bahkan kedua tokoh, Megawati dan Jokowi dikabarkan kian merenggang usai putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka dideklarasikan sebagai calon wakil presiden (cawapres) dari Prabowo Subianto.
Diketahui, pasangan Prabowo-Gibran diusung dari partai politik yang berada di pemerintahan Jokowi, di antaranya Partai Golkar, Gerindra, PAN. Bahkan, Demokrat, PSI, Garuda, PBB dan Prima pun berada di kubu paslon nomor urut 2 itu.
Posisi Gibran yang saat itu masih menjadi kader PDIP bertolak belakang dengan sikap partai berlambang kepala banteng itu yang mengusung Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Bahkan, relawan pendukung Jokowi yakni Pro Jokowi (Projo) yang dipimpin oleh Budi Arie Setiadi pun mendeklarasikan dukungannya kepada Prabowo-Gibran.
Selain itu, menantu Jokowi, Bobby Nasution juga tidak seirama lagi dengan PDIP. Dia secara terang-terangan mendukung langkah politik Gibran di Pemilu 2024.
Manuver Bobby ini berujung kepada surat keputusan PDIP Kota Medan, yang menyatakan bahwa Bobby dinyatakan tidak memenuhi syarat sebagai anggota PDIP karena tidak patuh terhadap partai.
Bahkan anak bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep diketahui tidak mengikuti jejak sang Ayah dan kakaknya dalam memilih partai politik.
Dia memutuskan untuk bergabung ke dalam Partai Solidaritas Indonesia (PSI), sebagai kendaraan politik. Tidak lama kemudian dia, ditetapkan sebagai ketua umum.
Terlebih, hingga kini antara Megawati dengan Jokowi terlihat tak pernah bertemu. Terakhir, keduanya bertemu saat Rakernas PDIP ke-IV, JIExpo Kemayoran, Jakarta, 29 September 2023.
Kala itu Jokowi dan Ganjar menampilkan kemesraan dengan menggandeng Megawati yang sedang menuruni podium. Jokowi juga menyampaikan pidatonya pada momen tersebut.
Dikabarkan, jika Gibran juga telah berpamitan kepada Ketua DPP PDIP sekaligus Ketua DPR RI Puan Maharani untuk menjadi kontestan di Pilpres 2024.
Atas manuver yang dilakukan tersebut, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto pun sempat mengungkapkan kesedihannya lewat keterangan tertulisnya pada 29 Oktober lalu.
Hasto mengatakan partainya telah memberi keistimewaan yang begitu besar kepada Presiden Jokowi, namun kini ditinggalkan. Hasto mengatakan PDIP saat ini dalam suasana sedih.
"Ketika DPP partai bertemu dengan jajaran anak ranting dan ranting sebagai struktur partai paling bawah, banyak yang tidak percaya bahwa ini bisa terjadi. Kami begitu mencintai dan memberikan privilege yang begitu besar kepada Presiden Jokowi dan keluarga, namun kami ditinggalkan karena masih ada permintaan lain yang berpotensi melanggar pranata kebaikan dan konstitusi," kata Hasto.
Selain itu, Hasto pun mengungkapkan Gibran sudah berwarna kuning usai menjadi cawapres Prabowo. Namun, Hasto tak bicara tegas apakah yang dimaksud bahwa Gibran telah menjadi kader Golkar. Belakangan Gibran juga telah membantah telah bergabung dengan Golkar.
Hasto juga mengatakan Gibran telah mengembalikan kartu tanda anggota (KTA) PDIP dan yang bersangkutan sudah pamit.
"Ya, sudah. Jadi, sudah diselesaikan oleh DPC PDI Perjuangan Kota Surakarta karena Mas Gibran kan menerima KTA dari DPC Kota Surakarta sehingga tidak lagi beranggota PDI Perjuangan karena sudah pamit," kata Hasto.
Sementara, Politikus PDIP Adian Napitupulu menyebut bahwa hubungan Jokowi dan PDIP merenggang karena permintaan Jokowi untuk memperpanjang masa jabatan presiden menjadi tiga periode ditolak Megawati.
"Ketika kemudian ada permintaan tiga periode, kita tolak. Ini masalah konstitusi, ini masalah bangsa, ini masalah rakyat, yang harus kita tidak bisa setujui," kata Adian Napitupulu dalam keterangan resminya.
Menurut Adian, PDIP menolak permintaan Jokowi tersebut karena tidak ingin mengkhianati konstitusi. PDIP ingin menjaga konstitusi karena terkait dengan keselamatan bangsa dan negara serta rakyat Indonesia.
"Kemudian ada pihak yang marah, ya terserah mereka. Yang jelas kita bertahan untuk menjaga konstitusi. Menjaga konstitusi adalah menjaga republik ini. Menjaga konstitusi adalah menjaga bangsa dan rakyat kita," tegasnya.
"Kalau ada yang marah karena kita menolak penambahan masa jabatan tiga periode atau perpanjangan, bukan karena apa-apa, itu urusan masing-masing. Tetapi memang untuk menjaga konstitusi. Sederhana saja," sambung dia.
Usai muncul pernyataan Andian, tiba-tiba Megawati muncul di hadapan ribuan relawan pendukung Pilpres 2024 Ganjar-Mahfud di JiExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, 27 November lalu.
Mega menyampaikan pidato dengan penuh emosional selama hampir satu jam. Dia mengaku kesal dengan dinamika politik menjelang masa kampanye yang dimulai Selasa (28/11).
Mega menyebut penguasa saat ini bertindak seperti Orde Baru. Dia mengatakan itu dengan nada menggebu-gebu.
"Mestinya Ibu enggak perlu ngomong gitu, tapi sudah jengkel. Karena apa, Republik ini penuh dengan pengorbanan, tahu tidak? Mengapa sekarang kalian yang baru berkuasa itu mau bertindak seperti waktu zaman Orde Baru," kata Mega.
Mega juga mengaku sudah tak tahan lagi dengan sejumlah laporan praktik intimidasi dan intervensi yang terjadi jelang masa kampanye Pilpres 2024.
"Aturan mbok diikuti ya, jangan dilanggar-langgar. Kalau nanti bener disemprit, ternyata kalian juga maling, haduh gawat," tegas Mega.
Sementara, Jokowi pada kesempatan terpisah hanya tersenyum dan menyatakan enggan menanggapi pernyataan Megawati tersebut.
Namun Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana membantah adanya keretakan hubungan antara Presiden Jokowi dan Megawati. Dia mengatakan hubungan keduanya baik-baik saja.
"Ya, baik-baik saja lah, ya kan, tidak ada masalah," kata Ari di Istana Negara, Jakarta, Jumat (1/12).
"Itu kan domainnya Ibu Mega. Saya kira Pak Presiden (Jokowi) tidak komentar," imbuh dia.