Badai Trami Mengamuk di Filipina, 130 Orang Tewas dan Hilang
Presiden Filipina, Ferdinand Marcos, menyatakan sejumlah wilayah masih terasing dan banyak penduduk yang memerlukan bantuan.
Jumlah korban yang tewas dan hilang akibat banjir serta tanah longsor yang disebabkan oleh Badai Tropis Trami di Filipina kini hampir mencapai 130 orang. Menurut Presiden Filipina Ferdinand Marcos, sejumlah daerah masih terisolasi dan banyak orang yang membutuhkan bantuan, sebagaimana dilaporkan oleh Japan Today pada Minggu (27/10/2024).
Badai Tropis Trami melanda Filipina bagian barat laut, mengakibatkan sedikitnya 85 orang meninggal dunia dan 41 lainnya dilaporkan hilang. Badan tanggap bencana Filipina menyatakan bahwa ini merupakan salah satu badai paling mematikan dan merusak yang terjadi di Asia Tenggara tahun ini. Diperkirakan, jumlah korban tewas akan terus bertambah seiring dengan laporan yang datang dari daerah-daerah yang sebelumnya terisolasi.
Dalam upaya pencarian, puluhan polisi, petugas pemadam kebakaran, dan personel darurat lainnya, dibantu oleh tiga ekskavator dan anjing pelacak, tengah menggali lokasi untuk menemukan dua penduduk desa terakhir yang hilang di kota tepi danau Talisay, provinsi Batangas. Seorang ayah, yang menunggu kabar tentang putrinya yang berusia 14 tahun yang hilang, terlihat menangis saat penyelamat mengeluarkan jenazahnya dari lokasi kejadian dan memasukkannya ke dalam kantong mayat hitam.
Dalam keadaan putus asa, sang ayah mengikuti petugas polisi yang membawa kantong mayat menyusuri gang desa yang dipenuhi lumpur menuju mobil polisi. Ia mengatakan bahwa ia yakin jenazah tersebut adalah putrinya, meskipun pihak berwenang perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan identitas penduduk desa yang ditemukan di gundukan tanah. Di sebuah gedung olahraga yang terletak dekat pusat kota, terdapat lebih dari selusin peti mati putih yang berjejer, berisi sisa-sisa jenazah yang berhasil ditemukan di antara tumpukan lumpur dan batu-batu besar.
Kesulitan dalam menangani banjir
Presiden Ferdinand Marcos menyatakan bahwa curah hujan yang sangat tinggi akibat badai telah membuat upaya pengendalian banjir di provinsi yang terkena dampak Trami menjadi sangat sulit. "Airnya terlalu banyak," ungkap Marcos kepada wartawan. Ia juga menambahkan, "Kami belum selesai dengan pekerjaan penyelamatan kami." Menurutnya, masih banyak daerah yang terendam banjir dan tidak dapat dijangkau bahkan oleh truk besar.
Marcos menegaskan bahwa pemerintah akan merencanakan proyek pengendalian banjir untuk mengatasi tantangan luar biasa yang ditimbulkan oleh perubahan iklim. Lebih dari 5 juta orang terpengaruh oleh badai ini, termasuk hampir setengah juta orang yang sebagian besar telah mengungsi ke lebih dari 6.300 tempat penampungan darurat di berbagai provinsi. Dalam rapat darurat Kabinet, Marcos menyampaikan kekhawatirannya mengenai laporan peramal cuaca yang menyebutkan bahwa badai tersebut mungkin akan berbalik arah minggu depan, didorong oleh angin bertekanan tinggi di Laut China Selatan.